Pagi sangat cerah membuat seorang gadis lugu dengan baju tidurnya yang berwarna biru terbangun dari mimpinya
"Hoaam, aku masih sangat mengantuk."
Ia kembali ke alam mimpinya melanjutkan tidur pulasnya menikmati udara pagi yang cerah hingga pada akhirnya ia dibangunkan oleh jam weker yang terpasang di dekat telinganya sontak ia terkejut dan langsung bangun dari tidurnya
"Layla, Layla bangun!."
Layla yang kepalanya masih sangat pening akibat berisiknya suara jam weker yang terletak di dekat telingannya itu ia memilih untuk duduk sejenak diatas kasurnya sebelum seorang ibu berjalan mendekati putri tunggalnya itu untuk membangunkan dirinya yang masih sangat malas untuk meninggalkan tempat tidurnya yang nyaman
"Layla, kenapa belum rapih. Miss Liana sudah menunggu dibawah, ayo kita turun."
"Tunggu, miss siapa mah?"
"Miss Liana, hari ini kamu akan les privat dengannya."
Layla memang gadis yang sangat pelupa bahkan ia lupa dengan janjinnya semalam untuk les privat hari ini dengan seorang guru bahkan ia mengabaikan pertemuannya.
"Astaga, aku lupa mah. Tunggu sebentar ya, aku mau ganti baju dulu."
"Ya udah sana, mamah tunggu tapi jangan lama-lama, kasian miss Liana udah dateng kesini."
"Iya mah, tunggu."
Layla langsung masuk kedalam toilet untuk membersihkan badannya, ia memakai kaus pink dan celana hotpants ia juga mengepang rambutnya menjadi dua ia tidak berdandan sedikitpun di wajahnya karena tidak suka membuat wajahnya menjadi merah merona baginya natural itu sangat cantik
ptak... ptak... ptak... Suara langkah kaki layla menuruni tangga untuk berada di ruangan utama wajah cemas yang selalu tergambar di setiap langkah kakinya
"Aku datang."
Senyuman manis dan wajah ceria layla menghiasi pandangan bola mata seorang guru muda yang sejak lama duduk di kursi seraya menunggu kedatangan si gadis pelupa
"Dimana miss Liana?"
Bola mata Layla mencari seorang guru yang ada didalam pikirannya, yaitu seorang guru yang wajahnya sangar dan terlihat seperti seorang pembunuh jika ia tidak bisa menjawab satu soal matematika. Namun, kini hanya ada seorang wanita yang dengan wajah yang terlihat muda didepan kedua matanya ia tersenyum melambaikan tangannya memberikan tanda kalau orang yang dicari Layla adalah dirinya
"Hai Layla."
"Siapa kamu?"
"Salam kenal, aku Miss Liana."
"Hahh?!!!" suara teriakan Layla yang begitu nyaring mengisi satu ruangan utama eskpresi wajahnya seakan tak percaya setelah melihat seseorang yang akan menjadi gurunya
"Tapi, bukankah seorang guru matematika seharusnya itu menyeramkan seperti seorang pembunuh yang akan menerkam siapa saja yang tidak bisa menjawab soal."
Sontak Liana tertawa geli melihat wajah lucu seorang gadis dengan wajahnya yang tak percaya
"Baiklah, kalau begitu ibu akan pergi. Layla, kamu layani Liana dengan baik ya, dan Miss Liana tolong untuk tidak segan memarahi Layla, dia memang sedikit telat pemikirannya."
Liana tertawa ia menyetujui permintaan tuan rumahnya, ia yang sedari tadi menggenggam erat buku dan kotak pensil segera ingin memberikan pelajaran hari ini untuk calon muridnya itu
"Baiklah, ayo segera kita mulai saja pelajarannya,ya."
"Aku tidak ingin belajar seperti belajar resmi."Pinta Layla sebelum ia memulai pelajarannya ia bahkan menawarkan permintaan khusus untuk dirinya sendiri
"Lalu, kamu ingin yang seperti apa?"
"Ikut denganku, ayo."
Mereka berada di taman yang ada di halaman belakang rumah terdapat meja dengan bangku taman disana
"Ayo, duduklah. Aku ingin setiap hari kita belajar disini."
"Aku akan menuruti keinginanmu asalkan kamu tetap fokus dengan pelajaran."
"Baiklah, ayo kita mulai."
"Jadi, jika x pangkat 2 ditambah dengan tiga adalah?"
"Miss Liana?" panggil Layla ia terus memainkan rambutnya demi mengusir rasa bosan yang perlahan membuatnya mengantuk dan lelah
"Ada apa?"
"Mengapa guru semuda kamu menjadi guru privat."
"Hmm, berbagi ilmu pengetahuan?"
"Ternyata benar, kamu wanita yang dingin."
Liana hanya tersenyum simpul sebelum ia melanjutkan pelajarannya, membuka halaman berikutnya dengan harapan agar si muridnya dapat fokus karena sedari tadi ia selalu mencari bahan pembicaraan untuk keluar dari pelajarannya
"Pernahkah kamu merasakan jatuh cinta?"
"Tidak."
"Bagaimana kalau jatuh cinta dengan seorang wanita?"
Liana menatap kedua mata Layla dengan sedikit tegas membuat Layla kembali tersadar akan kesalahannya telah berlama-lama menatap mata gurunya
"Kembali ke pelajaranmu, sekarang."
"Baiklah, aku pasti akan menemukan jawabannya sendiri."
Ibu datang membawa kue dan es coklat di udara yang panas karena teriknya matahari mengarah ke arah mereka berdua membuat mereka sangat kehausan seakan mencari jejak air namun malas untuk beranjak pergi
"Ibu memang selalu datang disaat yang tepat."
"Selamat menikmati, Layla jangan banyak bicara dan tetap berusaha untuk terus belajar."nasihat seorang ibu
Layla mengambil secangkir es coklat lalu ia kembali berbicara suatu hal yang membuat guru privatnya itu terkejut tak habis pikir dengan kejujuran anak muridnya
"Aku suka dengan seorang wanita tomboy."
Matanya yang terbelalak kaget membuat layla terkejut dan menjatuhkan secangkir es coklat tepat di atas kemeja putih gurunya itu membuatnya langsung terkejut dan menyesali perbuatannya
"Astaga, maafkan aku."
Liana segera mengambil tisu basah dari dalam tas nya dan menghapus bercak coklat disana ia melihat tatapan mata Layla yang semakin menyesali perbuatannya
"Aku akan ambilkan baju ganti untukmu, ayo."
Layla menuntun gurunya yang baru saja ia tumpahkan es coklat untuk mengambil baju ganti di kamar ibunya
"Ada apa layla?"
Tanya seorang ibu dengan bingung yang sedang berada didalam kamarnya sedang membaca buku dan merebahkan tubuhnya di atas bangku sofa panjang
"Ibu, aku ingin meminjam baju untuk Miss Liana, boleh?."
"Kamu mulai berulah lagi, layla?."
"Aku tidak sengaja menumpahkannya, maaf."
Kini seorang ibu memberikan baju ganti kepada gurunya itu dengan tatapan sinis kepada anak tunggalnya
"Layla, minta maaf sekarang!!" Perintah si ibu yang merasa tidak enak dengan seorang guru yang baru saja datang langsung di tumpahkan es coklat di pakaiannya
"Aku sudah meminta maaf, ibu."
"Tapi aku tidak melihatnya, Layla!!"
"Baiklah, baik."
Layla membungkukkan tubuh dan kepalanya memohon untuk meminta maaf atas kecerobohan yang ia lakukan, ia sedikit tersinggung menerima sentakan keras dari seorang ibu
"Maafkan aku."
Layla menatap kedua mata si ibu dengan kesal ia masih menyimpan perasaan kesal akibat sentakkan yang ia terima hingga akhirnya melontarkan kalimat kasar padanya
"Bahkan ibu tidak pernah mengajariku bagaimana caranya meminta maaf dengan baik!!"
Layla segera kabur dari rumah ia membawa tas dan berlari pergi dari rumahnya dengan wajah yang sembab karena menangis ia melangkah dengan kesal meninggalkan rumah
"Maaf Liana, dia seperti itu mungkin karena ia sangat merindukan sosok ayah. Sekarang, kamu bisa pergi ke kamar Layla untuk membersihkan tubuhmu, karena toilet dibawah sedang tidak bisa digunakan."
"Mengapa?"
"Keran air mampet lagi."
"Akan aku perbaiki nanti."
"Tidak perlu repot-repot, sementara menunggu tukang keran aku bisa mengandalkan toilet Layla."
"Baiklah, kalau begitu aku akan mengganti pakaianku."
Liana bergegas untuk berada di dalam kamar Layla ia menatap setiap bagian dari kamarnya yang terhias dengan warna pink yang membuat kamarnya terlihat sangat manis, Liana melepaskan pakaiannya terlihat jelas tatto tengkorak kecil di dada kirinya, sepertinya ia menyimpan suatu rahasia kelam dibalik alasan adanya tatto tersebut. Bola matanya mengarah ke poster wajah Lea Seydoux dalam film La vie d'adele
"Apakah dia terobsesi dengan wanita tomboy?"gumamnya yang masih sangat heran
Layla yang baru saja pulang setelah membeli camilan ia langsung masuk kedalam kamarnya membuka pintu kamar melihat Liana yang telah selesai mengganti pakaian ia sedang menatap setiap bagian tubuh dari idolanya
"Kau penggemar Lea Seydoux?"
"Bukan, aku penyuka wanita yang baik hati dan tidak bicara kasar dengan ibunya."
Layla terbungkam menyesal setelah mendapatkan sedikit tamparan atas apa yang telah ia lakukan
"Maaf karena tidak meminta izin darimu dulu untuk menggunakan toilet di kamarmu."
Si ibu yang dengan panik melihat anaknya sudah berada didalam kamar melihat orang lain didalam kamarnya
"Jangan salahkan Miss Liana atas apa yang telah ia lakukan, ini karena toilet dibawah mati dan belum ada tukang yang bisa memperbaiki ini."
Layla dengan santai menanggapi kepanikan dari sang ibu yang hampir membuatnya juga ikut terkejut
"Tidak apa." Layla hanya tersenyum kecil ia melangkahkan kakinya untuk menuruni tangga berada di taman halaman belakang rumah untuk menghabiskan camilan yang baru saja ia beli
"Aku akan memperbaiki keran air."
Liana yang tampilannya terlihat seperti wanita feminim dengan rambut panjang yang tergerai, setelah ia mencoba memperbaiki keran air membuat aura feminim itu menghilang dan berganti menjadi seorang wanita maskulin.
"Kamu yakin dengan ini, Liana?."
"Percayalah padaku"
Layla yang sedikit penasaran dengan guru barunya itu ia berjalan mendekatinya seraya menggodanya
"Apakah aura feminim bisa membuat keran ini kembali berfungsi?."
Liana tersenyum menyeringai ia menatap kedua mata muridnya dengan tatapan menantang
"Kalau aku bisa, apa yang akan kamu berikan?."
"Aku akan belajar lebih giat."
Liana tersenyum menyeringai ia menerima tantangan itu karena baginya tantangan itu akan sangat berguna untuknya membantunya untuk tidak terlalu bersusah payah membuat anak muridnya itu bisa fokus dengan pelajaran yang akan ia berikan
"Pegang kata-katamu mulai dari sekarang."
Dengan alat perkakas ia mulai memperbaiki ledeng tersebut, ia memutar keran air dan airnya mulai mengalir
"Kamu hebat, Liana."
Liana tersenyum menyeringai mengingatkan muridnya akan janjinya itu dan dibalas senyuman menyeringai oleh Layla seakan menagih janji yang telah dibuat anak muridnya
"Itu tidak sulit untukku."