Chapter 2 - Bab 2

Layla melihat ibunya yang sedang duduk di taman halaman belakang  ia bergabung untuk duduk bersamanya dan memulai sedikit pembicaraan

"aku minta maaf telah bicara kasar padamu."

Mendengar anaknya meminta maaf secara baik-baik membuat ibunya kaget 

"aku menyesal dengan apa yang sudah aku lakukan."

"tumben banget kamu bicara lembut, tapi ibu sudah memaafkan kamu."

"karena aku merasa kalau apa yang telah aku lakukan adalah suatu hal yang salah."

"maaf juga karena sudah membuat orang asing masuk kedalam kamarmu."

"Miss Liana bukanlah orang asing bagiku, ibu."

Layla duduk di meja belajar seraya membuka dua buku tebalnya untuk membaca keseluruhan isi buku ia bekerja keras untuk belajar diatas meja berupaya untuk menepati janji, tatapan matanya tertuju pada sebuah gantungan kunci yang memaksanya untuk mengingat kembali masalalu nya ia mengenggam erat gantungan kunci tersebut amarahnya yang mengalir ke tangannya tanpa sadar mematahkan gantungan kunci tersebut

***

"Layla, bangun."

Sayup-sayup suara lembut masuk kedalam telinga Layla yang tertidur diatas meja belajar 

"ada apa?. Aku sangat mengantuk."

"bangun, aku sudah membeli tiket bioskop untuk kita berdua. Ayo, bangunlah."

Layla membuka matanya perlahan ia melihat dua tiket bioskop didepan matanya yang langsung membuatnya tersenyum senang

"hehehe, hehehe apa ini?" ia terkekeh kekeh 

"hehehe, cepat mandi aku tunggu lima menit."

"sabar dulu, baru juga bangun belum ngulet."

"aku nunggu dibawah."

Liana berjalan menuruni tangga ia melihat sahabatnya yakni ibu dari Layla sedang menjemur pakaian, sontak membuat Liana mengambil pakaian dan membantu sahabatnya itu

"biar aku bantu."

Liana membantunya menjemur pakaian di halaman depan rumah

"terimakasih, kamu sudah banyak melakukan perubahan pada anak itu."

"perubahan?."

"dia menjadi anak yang manis setelah kamu pulang, dia meminta maaf padaku dan mengatakan kalau kamu mendapatkan izin VIP untuk masuk ke kamarnya, padahal kamar adalah ruangan yang paling privasi baginya bahkan sahabatnya saja tidak ia izinkan untuk bersinggah."

Liana tertawa ia kembali membantunya menjemur semua pakaian yang telah di keringin di mesin cuci

"aku akan mengatakan kepada gadis kecilku tentang ayahnya."

"perlahan dia pasti akan mengerti."

"maaf ya, kamu jadi repot membantuku menjemur pakaian."

"aku juga sudah banyak berhutang budi padamu, kak. Terimakasih banyak."

"meskipun kamu orang asing, tapi kamu sudah aku anggap sebagai adik kecilku sejak kamu tinggal dirumahku untuk kuliah."

"ayo pergi!"

Layla terlihat sangat cantik meskipun ia tidak berdandan namun wajahnya yang polos dengan kaos biasa dan celana pendek serta tas kecil di pundaknya, wajahnya terlihat sangat cantik meskipun tak ada banyak riasan yang menghiasi wajahnya

"cie yang mau diajak jalan-jalan. Liana, kalau Layla keras kepala ataupun nakal jangan segan untuk memarahinya,ya."

Liana tertawa ia mengenggam erat tas nya dan memakai sepatu heels hitam

"sudah, ayo kita pergi."

"kami pergi dahulu ya, sampai jumpa."

Liana membuka pintu mobil ia duduk dibangku setir dengan Layla yang duduk disampingnya

"layla, kamu tunggu disini aku ingin mencari tempat parkir."

Layla berdiri di pintu masuk basemant ia memainkan ponselnya saking kesibukan main ponsel, ia tanpa sengaja di senggol seorang wanita yang sedang buru-buru hingga ponselnya terjatuh sontak wajahnya terlihat sangat tertekan melihat ponselnya yang mati dan retak parah

"aduh maaf!."

Layla melihat ponselnya yang lensanya retak ia terlihat sangat cemas ia semakin cemas tak tahu apa yang harus ia lakukan karena ibunya tentu akan sangat marah setelah tahu ponselnya itu rusak

"jangan cemas, aku akan mengganti ponselmu tapi tidak sekarang." Pinta wanita tomboy dengan rambut biru itu memelas menatapnya

"yaudah deh."

Wanita tomboy itu memberikan ID Card miliknya "aku berikan ID Card milikku, namaku Karen." Karen terlihat sangat cemas namun ia juga sangat bertanggung jawab atas kecelakaan yang telah ia lakukan

Miss Liana menghampiri mereka berdua yang keadaannya sedang sangat genting 

"tidak perlu dipikirkan.Layla, kembalikan ID Card miliknya."

"tapi, ponselku?."

Miss Liana merebut id card tersebut ia segera mengembalikan ID Card milik Karen ia menarik tangan Layla membawanya pergi kedalam mall, sepanjang jalan menuju ruangan bioskop Layla merunduk sangat sedih terus menatap layar lensa ponselnya yang retak

"berikan ponselmu."

Liana membawa ponselnya ke tukang service hp di dalam mall 

"bukankah akan segera dimulai?"

"tidak apa, kita bisa menontonnya lain waktu."

"tapi, kamu kan mengharapkan untuk menonton film itu."

"layarnya sudah retak parah, bagaimana kalau beli baru saja?."

"tidak mau, semua data ada didalam sana." Tolak keras Layla membuat si penjual ponsel tersebut sedikit tersinggung

"baiklah, aku ganti dengan yang baru saja."

"tidak mau, aku tidak mau."

Mereka berdua sama sekali tidak mendengarkan ocehan si pemilik ponsel 

"terimakasih telah membeli ponsel di toko kami."

Liana menggandeng erat tangan Layla mengajaknya pergi 

"kenapa sih kamu belikan aku ponsel baru, kenapa tidak dibetulkan saja?."

"karena ponsel kamu sudah rusak parah tidak bisa digunakan kembali, untuk semua data aku bisa memindahkan semua data di ponsel lama kamu ke ponsel baru kamu."

Layla masih mengerucutkan bibirnya ia masih sangat kesal

"lalu, bagaimana dengan tiket menonton ini?."

"berikan tiketnya."

"kamu mau kemana?."

Liana mengenggam erat tangan layla ia mengajak gadis itu pergi untuk menukar tiket bioskop tersebut ia membeli kembali tiket yang baru

"kamu ingin pesan yang jam berapa?."

"jam delapan malam."

Pilihan Liana membuat Layla tersenyum lebar karena ia sangat ingin merasakan pulang larut malam karena selama ini ia tidak pernah di izinkan untuk pulang larut

"pesan berapa tiket?."

"tolong dua tiket jam delapanya."

Keduanya menoleh melihat wanita yang berhasil membuat retak ponsel Layla mereka saling menatap dengan tatapan terkejut

"Kak Karen?." Sapa Layla ia sepertinya melupakan apa yang telah dilakukan wanita itu

Karen yang memasukkan tangannya kedalam saku jaket ia terlihat sangat maskulin

"kalian memilih film yang sama denganku."ujarnya membalas sapaan Layla

Layla menjadi salah tingkah karena ia sangat menyukai wanita ganteng itu dari rambut dan wajahnya yang sangat manis

"kamu sangat manis." Pujian Layla didengar oleh Karen dan juga Liana, sontak Liana mengenggam erat tangan Layla yang sedikit nakal telah berhasil menggoda seorang butchy (wanita dengan penampilan seperti laki-laki)

"bagaimana jika kita menunggu di foodcourt?." Ajak Liana ia terus mengenggam tangan Layla agar tidak kembali nakal karena ia sangat terganggu jika Layla terus menggoda Karen

"aku juga belum makan apapun." Sahut Karen yang ikut mereka berdua dari belakang

Mereka bertiga berjalan menuju foodcourt, Karen yang berjalan di belakang Layla membuat Layla terus menoleh ke belakang untuk memandangi wanita yang ia sebut manis

"Kak Karen, kelas berapa kamu kak?."

"aku baru lulus SMP."

Layla terkesima ia melanjutkan perbincangannya seraya terus menatap rambut biru Karen yang baginya sangat manis, tatapannya benar-benar sangat berbinar setiap kali menatap rambut biru Karen ia sangat dibuat jatuh cinta

"wah, kamu ingin sekolah dimana?."

"kenapa kamu terus menatap rambutku, apakah kamu menyukainya?."

Layla mengangguk girang ia terpesona dengan rambut Karen yang berwarna biru

"kamu seperti Lea Seydoux."pujian itu membuat Liana sedikit merasakan sakit perlahan ia merasakan Layla melepaskan genggaman erat tangannya dan ia pun melepaskannya

"Lea Seydoux?. Kamu pernah melihat film itu?."

"tentu, aku sangat menyukainya dia seperi dirimu."

Perlahan langkah kaki Layla mundur ke belakang ia berjalan berdampingan dengan Karen mereka semakin asik dalam perbincangan itu

"aku sangat mencintainya, dia tipeku."

"itu bagus, dia memang manis."

Mereka berada di dalam foodcourt, Liana menarik bangku untuk mempersilahkan Layla duduk disampingnya 

"Layla, kemarilah."

"tidak, aku ingin duduk dengan Karen."

Layla duduk disamping seorang wanita yang baru saja ia kenal dan menolak duduk di samping Liana, tentu hal itu membuat Liana sedikit sedih dan sedikit cemburu

"permisi, kalian ingin pesan sesuatu?."

"aku ingin eskrim stroberi satu dan mie ayam satu." Layla tersenyum 

"porsi makanmu besar ya." Karen tanpa sengaja ia bertanya seperti itu

"mie ayam untuk Miss Liana."

"aku ingin pesan satu steak."

"kamu suka steak, karen?."

"aku bukan orang asli Indonesia, aku berasal dari amerika."

"begitu ya, tapi bagaimana kamu bisa berbahasa indonesia?."

"aku sering tinggal dengan pamanku."

"begitu ya, oh iya Mis Liana dia adalah guru privat aku."

"guru privat?. Jarang lho, seorang guru yang mau mengajak muridnya untuk pergi nonton."

Mendengar Layla yang menjelaskan mengenai status  mereka kepada orang asing membuatnya sedikit tersinggung

"Liana?."

Seorang laki-laki tampan dengan kacamata yang berdiri di dekat meja makan mereka 

"Roy?."

"sayangku, apa yang kamu lakukan disini?."

"aku?. aku sedang menemani anak-anak."

"sayang?." Layla memicingkan matanya dengan sangat terganggu ia menatap tajam laki-laki yang baru saja datang itu langsung memanggilnya dengan sebutan sayang

"aku adalah Roy, kekasih Liana."

Layla tersenyum menyeringai ia menjabat mengenggam erat tangan laki-laki yang ia tatap sinis

"aku Layla, murid kesayangan miss Liana."

"salam kenal, Layla. Bolehkah aku bersama kalian."

Roy duduk disamping Liana membuat Layla sedikit tidak nyaman dengan kehadirannya dan keberadaannya yang seolah ingin akrab dengan mereka yang ada di sana

"Roy, pergilah. Tolong."pinta Liana yang tidak ingin membuat suasana semakin tidak menyenangkan.

"baiklah."

Layla yang sedari tadi makan eskrim stroberi ia terus menatap laki-laki yang berhasil membuatnya kesal itu dengan tatapan sinis hingga jejak langkahnya menghilang.

"Layla, apa yang kau lakukan?." Karen tertawa geli ia menarik tissue basah dan menghapus noda eskrim di pinggir bibir Layla

"terimakasih, Karen." Layla tersenyum ia lebih memperhatikan eskrimnya