Layla tertidur sangat pulas di dalam mobil ia tertidur dengan sangat pulas dan terlihat sangat kelelahan, Liana menyelimuti kaki Layla yang hanya tertutupi dengan celana hotpans agar tidak kedinginan ia sangat memperhatikan Layla
"kamu satu satunya gadis paling nakal, Layla."
Liana mengantarkan Layla pulang kerumah, ia menggendong gadis yang beratnya 43Kg itu untuk tertidur diatas kasur ia benar-benar sangat perhatian dengan wanita yang ia anggap lebih dari anak muridnya
"Liana, terimakasih banyak."
"tidak masalah untukku, Layla akan menjadi bagian dari hidupku."
Rose mengeluh memegang kepalanya ia terlihat seperti orang yang habis mabuk
"ya, aku sangat pening sekarang."
Liana mencium bau alkohol di seluruh tubuh wanita yang lebih tua darinya, ia sedikit tidak nyaman dan ingin segera kembali pulang kerumahnya namun wanita itu justru menatap kedua mata Liana dengan penuh gairah
"Emma.... aku sangat berterimakasih."
Kini Rose mendorong Liana keatas bangku perlahan ia membuka kancing kemeja Liana ia mencumbu setiap bagian tubuh Liana dengan sangat baik menggunakan tangannya untuk memberikan kepuasan kepada Liana, sementara Liana hanya dapat diam karena ia yakin jika Rose sedang sangat tidak sadar jika ia mengelak hasilnya akan sama saja Rose tidak akan berhenti tapi jika ia berteriak maka ia akan membangunkan Layla, ia hanya bisa menikmati setiap kepuasan yang diberikan Rose dari setiap inci jarinya, sesaat Rose ingin memasukkan jarinya kedalam Liana sama seperti yang dilakukan pasangan lesbian lainnya sontak Rose sangat terkejut hingga membuatnya berhenti dengan eskpresi wajah yang penuh kejut
"berbeda? siapa kau!"
"shhhh...berhenti, dia bisa melihat kita!!."
Rose menggosok gosok matanya berupaya untuk sadar dari mabuknya dengan sangat terkejut ia menatap Liana
"Liana, apa yang terjadi denganmu?"
Liana tidak bisa menahan emosinya ia segera membenarkan pakaiannya dan langsung pergi ke dalam mobilnya bergegas pergi dari rumah Rose yang hampir memperkosa dirinya
"Liana?."
Rose menuruni tangga ia berlari ke dalam kamarnya untuk menangis menyesali perbuatannya
"apa yang telah aku lakukan padanya?."
Liana yang kini berada di halaman belakang rumahnya ia melepaskan baju hingga celana ia juga melepaskan wig rambut panjangnya, seorang Liana yang feminim menyembunyikan sisi Liana yang aslinya terlihat sangat manis dengan rambut merahnya yang pendek se pundak ia melompat ke kolam menenggelamkan dirinya dibawah air yang sangat tenang berlama didalam kolam
kringgg... kringg... kringg... ponsel Liana berdering keras membuat dirinya harus segera naik ke permukaan untuk menolak panggilan dari kekasihnya.
Setelah mendapatkan ketenangan dari dalam kolam, kini waktu baginya untuk mengganti pakaian ia membersihkan tubuhnya mandi dibawah air yang mengucur dan segera memakai kaus tipis dan celana hotpans ia membawa paper bag yang berisi ponsel baru Layla serta laptop, kini ia berada di halaman belakang rumahnya ditemani lampu kuning ia duduk dibangku dekat dengan kolam ia menghubungi salah seorang temannya
"berikan aku video memindahkan data ponsel, Aku butuh secepatnya."
Liana membakar sepuntung rokok ia menghisap rokok, apa yang ia lakukan malam ini sangat berbeda dengan Liana yang feminim ia jauh lebih manis dari Karen rambut merahnya dengan wajahnya yang sangat manis itu lebih menggoda dari seorang wanita tomboy biasanya, Liana memiliki aura yang sangat ingin dijamah oleh semua orang, ia menghabiskan dua puntung rokok seraya memperbaiki ponsel milik Layla.
"aku akan mengajaknya pergi melihat sekolah barunya. Dia pasti akan sangat suka."
Liana mendapatkan notifikasi dari Karen seorang wanta yang ia temui di mall bersama dengan layla
"apa yang sedang kau lakukan?."
Liana tersenyum mendapatkan pesan tersebut ia membalasnya dengan cepat "memikirkanmu." Mereka berdua tertawa saling membalas pesan.
keesokan harinya, sebelum matahari terbit Liana telah meletakkan paper bag berisi ponsel baru milik Layla di gantungan dekat jendela rumah, ia segera bergegas pergi kembali kerumahnya.
"Layla, layla bangunlah."
Sayup-sayup suara seorang ibu membangunkannya, Rose memicingkan matanya memegang paper bag berisikan ponsel baru ia segera membangunkan putrinya dengan kasar agar ia cepat terbangun
"bangunlah!!."
Suara ibunya membuat layla sangat terkejut ia segera bangun dari tidur pulasnya melihat paper bag tersebut
"ada apa ibu, kenapa kau membangunkan aku?."
"lihatlah ini, dari siapa?."
Layla memegang paper bag tersebut ia melihat ponsel baru yang kemarin dibeli oleh Liana, ia memegang ponselnya tersebut dan memeriksa bahwa semua data disana sangat lengkap
"ponsel lamaku kembali, aku sangat senang."
Layla melompat girang ia segera meletakkan ponselnya di atas meja dan bergegas untu mandi bersih-bersih sebelum ia menemui seorang wanita yang menjadi alasannya untuk bahagia
"apakah dia memiliki pacar?." Tanya Rose menyimpan kebingungan untuknya sendiri
Layla yang tidak biasanya tidak memakai alas bedak, kini ia memakai alas bedak dan pelembab bibir ia memakai gaun yang sangat cantik
"aku datang."
Kedatangan Liana disambut oleh seorang wanita cantik yang sedang belajar berdandan
"Miss Liana, terimakasih banyak." Sontak Layla memeluk erat tubuhnya dengan manja
"ada apa, kenapa kamu tampil berbeda hari ini?."
"aku menunggumu, untuk mengucapkan banyak terimakasih padamu." Layla tersenyum lebar hingga matanya mengecil karena mengembangkan senyumannya
"Layla, apakah kamu akan terus memelukku sampai kita selesai belajar?."
Layla terkekeh ia melepaskan pelukannya "hehehe, maaf ya. Ayo, kita masuk."
Layla menarik erat tangan Liana untuk segera masuk dan mengajaknya berada didalam kamanya
"tunggu sebentar!"
Layla mengambil ponsel barunya diatas meja ia menunjukannya kepada Liana dengan sangat bangga
"lihatlah, ponselku sudah kembali!."
Liana kembali tersenyum setelah melihat senyum lebar muridnya yang sangat lugu dan tulus
"kamu senang?."
"sangat senang, terimakasih ya." Layla tersenyum lebar ia memicingkan matanya membentuk smile eyes
"jaga itu dengan baik, oke?."
"siaap."
Liana menarik ponsel layla untuk lepas dari tangannya "akan aku simpan ini sampai pelajaran selesai."
"huhh, baiklah."
"sekarang, buka halaman berikutnya."
Layla mengerucutkan bibirnya ia membaca semua isi halaman berikutnya yang berhasil membuatnya sangat pening
"aku sangatlah pening."
"coba kamu kerjakan semua soal ini, semua soal ini dari materi yang telah aku rangkum dari materi kemarin."
Layla mengerjakan semua soal itu dengan sangat tenang hanya dalam waktu sepuluh menit ia memberikan semua jawaban itu kepada Liana.
"bagaimana?."
Liana tidak ingin memberikan hasil dari jawaban yang telah dikerjakan oleh Layla dari hasil kerja kerasnya
"layla, apa mimpimu?."
"aku ingin menjadi seorang pelukis."
"apakah kamu telah mencoba untuk melukis sesuatu?."
"sudah, kamu ingin melihat lukisanku?."
Layla mengambil lukisan didalam lemarinya, sebuah lukisan yang sangat cantik terletak di ruangan yang telah usang
"lihatlah."
Liana terkesima ia benar-benar sangat kagum dengan hasil lukisan milik layla yang terlihat sangat indah
"tolong, jangan katakan apapun dengan ibuku ya."
"ini sangatlah bagus, mengapa tidak kamu beritahukan padanya?."
"karena dia melarangku untuk itu, jika tidak maka dia tidak akan membiarkan aku melukis untuk selamanya."
"begitu?. Itu sangatlah tidak adil."
Layla tersenyum ia diliputi banyak sekali kebahagiaan yang membuatnya menjadi sangat berfikir positif mengenai lukisannya tersebut.
"apakah kamu memiliki hobi, Miss Liana?."
"Hobi?. Ya, aku sangat hobi untuk menangani anak nakal sepertimu."
Layla tertawa terbahak-bahak menanggapi pembicaraan gurunya itu
"aku ingin menunjukan sekolah terbaik untukmu."
"oh ya, dimana?."
Mereka berdua pergi bersama menaiki mobil untuk menuju sebuah sekolah tempat dimana Liana bekerja
"ini sekolah yang sangat bagus."
"bagus bukan?. Disini adalah tempat dimana aku bekerja."
"waah keren, ini sekolah yang elite."
Liana membawa Layla mengelilingi sekolah tersebut, mereka melihat bagaimana bagusnya gedung dan kelengkapan fasilitas yang ada disana
"ini sangat cantik, aku ingin sekolah disini." Pinta Layla meskipun ia tak pernah tahu berapa nilai yang harus ia raih untuk mampu berada disana
"tentu, kamu bisa kok ada disekolah ini. Aku akan membantumu untuk bisa berada disini."
Ponsel Layla berdering ia mendapatkan panggilan dari seorang temannya untuk mengabarkan kalau ia sudah ditunggu oleh temannya ditempat mereka akan mengadakan acara pesta
"Miss Liana, maaf aku harus pergi sekarang."
"ada apa?."
"temanku mengundang aku untuk pergi ke acara pesta."
"baiklah, aku akan mengantarmu."
Sesampainya di sebuah restaurant dengan tempat karaoke disana, tempat itu sangat ramai dipenuhi lampu warna-warni disana
"Layla, jangan pulang malam ya."peringatan Miss Liana kepadanya
"enggak kok, cuman sebentar aja. Terimakasih ya, sudah mengantarku pergi."
"baiklah, hati-hati dan ingat jangan mabuk-mabukan."
Layla segera masuk kedalam tempat pesta bersama dengan temannya yang lain
"kekasihmu?." Tanya seorang sahabatnya yang bernama Carmel ia berbisik ditelinganya ia sudah sangat mengenal kalau Layla memang sangat terobsesi dengan seorang wanita
"bukan, dia guru privatku."
"hah?!. Guru privat kok mau nganterin kamu untuk datang ke pesta, apakah dia tidak punya pekerjaan lain?."
"ya, pekerjaannya itu jadi guru disekolah elite dan guru privatku."
"oh begitu, yasudah ayo kita pesta."