Sementara Emma melajukan motornya dengan kecepatan penuh ia berhenti tepat didepan rumah Layla ia bergegas masuk kedalam dengan cemas tangannya terus mengetuk pintu rumah layla ia mendapati rumahnya yang sangat gelap membuatnya segera masuk tanpa izin
"Emma?!!"
Bola mata Emma sontak terbelalak kaget setelah mendapati Rose yang sedang berhubungan intim dengan seorang laki-laki yang merupakan seorang suami dari sahabatnya
"Roy?!!"
*****
Ploy merasakan tetesan airmata Liana yang jatuh di pipinya membuatnya menatap bingung wanita yang menindihnya
"kamu kenapa?"bisik ploy dengan sangat lembut ia memegang wajah Liana dengan kedua tangannya ia melihat betapa rapuhnya Liana
"maafkan aku, ploy."
Liana menghentikan permainan mereka ia duduk di sudut kamar memegang kepalanya yang pening menangis sesenggukan membuat wanita yang baru saja berhubungan dengannya juga kebingungan
"Liana?" ploy memeluk tubuh liana mereka berpelukan dengan erat
*****
Emma memutuskan untuk kembali pergi dari rumah layla setelah ia mendapati pertunjukan adegan yang tidak senonoh untuk dilihat orang lain
"emma, kamu mau kemana diluar hujan deras."
Emma tersenyum menyeringai ia melirik Rose dengan tatapan sinis "hujan masih air belum hujan api." Emma meraih ponselnya ia menghubungi seseorang didalam ponselnya
"tolong datang tapi kau harus ingat untuk tidak panik."
Emma melajukan motor ninja nya memerangi hujan deras yang terus menghujani tubuhnya
*****
"layla?"
Sapa sahabat dekat layla membuat layla menangis ia memeluk erat tubuh sahabatnya
"aku takut, Carmel. Aku sangat takut." Rengek Layla nenangis sesenggukan memeluk erat tubuh sahabatnya
"layla, apa yang terjadi denganmu?"
Carmel melepaskan pelukannya ia memegang tangan Layla menatap kedua matanya dengan cemas
"dia kembali Carmel, dia kembali."
Layla menangis sesenggukan ia benar-benar terlihat sangat ketakutan lalu carmel kembali menepuk perlahan tubuhnya
"Layla, siapa yang kamu takutkan?"
"kamu mengingat Miss Emma guru les kita dan juga wali kelas kita yang dulu?"
Carmel mengigit bibirnya ia berupaya menahan sesuatu
"kamu menahan sesuatu Carmel?"
"aku harus pergi ke kamar kecil sebentar, oke?"
"baiklah, aku akan menunggumu."
Carmel keluar kamar Layla dengan sangat cemas ia menahan perasaanya yang semakin menggebu
"maaf aku telah memaksamu melakukan semua ini, adikku." Emma menarik tubuh carmel memeluknya dengan erat
"kak, aku tidak bisa melakukannya."
"bagaimana jika kita membeli segelas susu hangat untukmu?"
Dengan menggunakan mesin kopi dan mesin susu mereka mengambil dua gelas, ditengah hujan deras hanya berteman segelas kopi digenggaman tangan emma
"kak, katakan sejujurnya dengan Layla."
Emma menghirup aroma kopi yang sangat menghangatkan tubuhnya yang telah basah kuyup
"kak, jawab aku."pinta carmel melihat kakaknya yang hanya berdiam diri
"carmel!"panggil seorang laki-laki dengan nama Deran menghampirinya untuk menjemout diirnya
"aku tidak bisa meninggalkan kakakku sendiri."
"Carmel, pulanglah."
"tapi, kak" bantah Carmel yang cemas melihat kakaknya yang sedang dalam kebingungan
"Deran, jaga kekasihmu dengan baik."
Emma melemparkan segelas kopi yang telah habis kedalam tong lalu ia melangkahkan kakinya untuk pergi kembali ke dalam ruangan Layla
"Carmel, ayo pulang."
Emma duduk didalam ruangan pasien ia memperhatikan Layla yang terbaring lemah diranjang rumah sakit, tangannya mengambil sebuah buku dari dalam tas nya ia membaca sebuah buku dengan menggunakan kacamatanya
"eughhh..." layla perlahan terbangun ia melihat keberadaan emma yang duduk disana sambil memegang bukunya jantungnya berdebar sangat cepat namun ia juga merasa iba dengannya yang menahan dingin karena tubuhnya yang basah kuyup dengan perasaan yang sangat gelisah dan debaran jantung yang cepat Layla bertekad untuk memanggilnya
"Miss Emma?"
Mendengar suara lemah Layla sontak membuat Emma yang sedang serius membaca buku terkejut ia menatap Layla yang memanggilnya
"iya?" balas emma kembali bertanya atas alasan layla memanggilnya
"kamu pasti kedinginan." Layla meraih tas di atas meja ia mengambil pakaiannya yang lumayan kebesaran
"aku berharap ini muat untuk tubuhmu. Kamu bisa memiliki ini, ganti pakaianmu aku tidak mau kau sakit."
Mendengar setiap kalimat yang memiliki makna yang mendalam membuat Emma menangis haru ia menolak pemberian pakaian dari Layla
"aku tidak butuh."
Layla kembali memasukkan pakaian tersebut kedalam tas nya ia kembali memejamkan matanya karena rasa pening di kepalanya kembali datang, Layla tertidur dengan sangat pulas sementara Emma sibuk membaca bukunya
*****
Tiga hari kemudian Layla berhasil pulih dari rasa shyok beratnya selama didalam rumah sakit ia ditemani oleh ibunya namun selama empat hari pula ia kehilangan sosok Liana wanita yang sangat ia cintai.
"Layla, selamat. Akhirnya anak ibu akan menginjak tahun ajaran pertama di sekolahnya."
Layla tersenyum sangat bahagia ia menata rambutnya menjadi kepangan dua ia menggendong tas nya dan segera menaiki mobil untuk tiba di sekolah
"Layla!!"
Tepat di hari pertama sekolah Layla disapa oleh Karen si wanita dengan rambut biru mereka tersenyum dengan bahagia menyambut hari pertama masuk sekolah
"Layla, ayo kita harus segera pergi ke kelas."
Layla mengangguk bahagia mereka berdua yang telah diberikan nomor bangku mencari bangku masing-masing
"syukurlah, aku tidak jauh darimu Layla. Hanya dengan kamu menoleh ke belakang kamu sudah dapat melihatku."
Layla terkekeh ia melihat semua teman sekelasnya kembali kedalam kelas karena melihat kehadiran seorang guru yang akan masuk kedalam kelas mereka
"Miss Liana!!" Layla tersenyum bahagia ia akhirnya kembali melihat seorang wanita yang sudah sangat lama tidak hadir didalam bola matanya
"anak-anak ayo kembali duduk di bangku masing-masing. Aku sebagai guru pengantar sementara kalian akan memperkenalkan kalian semua dengan murid baru, ayo masuklah." Ajak Liana meminta seorang wanita cantik dengan rambutnya yang tergerai indah masuk kedalam kelas
"wah dia cantik banget ya." Ujar teman-teman sekolah lainnya kagum melihatnya
"dia cantik banget ya, Karen." Layla menoleh ke belakang melihta Karen yang menatap dirinya dengan tatapan sangat tajam ia menggertakkan giginya menahan emosi yang hampir memuncak eskpresi wajah Karen membuat Layla menjadi sangat bingung
"salam kenal semuanya, namaku Monik aku berasal dari amerika, aku berharap kalian semua dapat berteman baik denganku."
Liana tersenyum ramah "lalu, berapa nomor bangkumu?"
"nomor enam belas."
Layla sontak tersenyum senang "wah, dia akan duduk denganmu Karen, monik kemarilah!"
Monik tersenyum ramah ia mendekati Layla melihat nomor bangkunya ia sedikit terlihat sedih melihat kenyataan ia harus duduk disamping Karen
"Hai, Ka." Sapa monik yang terlihat sangat gelisah setelah melihat karen seolah tak peduli ia ingin duduk namun bangkunya di tendang oleh Karen hingga membuatnya terjatuh
"pergi kau jalang!!" Karen melontarkan kalimat kasar kepada seorang gadis yang telah terjatuh ia menarik perhatian semua orang yang ada didalam kelas untuk membicarakan tentang perilaku dan pembicaraanya yang sangat buruk
"Monik, bangunlah." Layla membantu Monik untuk bangkit
"kau hanya gadis gak berguna." Karen pergi keluar kelas dengan sangat marah dan tatapan yang sangat kecewa
"Karen, karen!"
Layla mengejar wanita yang telah sangat kasar untuk bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan
"Layla, biarkan saja." Perintah Liana menahan Layla untuk tidak pergi keluar kelas
"maaf Miss, aku izin keluar sebentar."
Layla masih bersikeras untuk mencari keberadaan Karen ia sama sekali tidak terima dengan tindak kasar yang dilakukan Karen kepada murid baru
"Karen! Tunggu!." Teriak Layla mencoba untuk menahan kepergian Karen namun Karen sama sekali tak mempedulikan Layla ia menjadi sangat egois
"layla?"
Langkah kaki Layla dihentikan dengan kehadiran Emma yang berada tepat didepan matanya membuat Layla sangat terkejut ia terdiam mematung berada didepan wanita yang membuatnya selalu ketakutan