Chapter 13 - Bab 13

Layla melihat kedua temannya yang sedang berbincang di belakang sekolah dengan sangat serius dan suara berbisik

"saat kita di NY, kamu telah banyak sekali bohong padaku,Mon."

"harus berapa kali lagi aku mengatakannya kalau dia hanyalah sahabatku, Ka?"

"beranikah kamu untuk bersumpah?"

"haruskah aku bersumpah hanya untuk sesuatu yang memang tidak aku lakukan?"

Layla segera pergi membeli beberapa makanan ia tidak ingin semakin memasuki zona mereka berdua ia hanya ingin tahu letak kesalahannya saja agar ia bisa kembali memperbaiki kerusakan yang terjadi pada kedua temannya

******

Emma sangat sibuk didalam ruang kerjanya ia mengambil beberapa dokumen dan membuka laptop untuk mengurus semua pendataan tersebut

"emma, aku belikan salad buah dan juga jus jeruk untukmu."

"terimakasih, Arin."

"baiklah, kalau begitu aku keluar untuk melanjutkan pekerjaanku, ya. Semangat em!"

"terimakasih, ya."

Arin segera pergi dari dalam ruangan emma untuk berbincang dengan guru-guru diluar yang sedang menyantap makan siang mereka

"miss Emma benar-benar wanita yang sangat pekerja keras, ya. Bahkan dia sama sekali tak peduli dengan jam istirahatnya."ujar Arin yang baru saja mengantarkan makan siang untuk kepala sekolahnya ia terus menyendok semangkuk salad buah di tangannya 

"dia sangat ceroboh untuk urusan kesehatan tubuhnya."lanjut Rani yang juga ikut merumpi

"tapi bukankah dia punya penyakit,ya?"lanjut Ratih yang juga membuat mereka sama-sama kaget

"penyakit?"tanya Arin setengah terkejut tapi tangannya terus menyendok salad buah

"Kanker paru-paru."jawab Ratih membuat kedua orang rumpi disana terkejut bahkan Arin pun hampir saja tersedak buah

"kudengar hanya Liana yang mengetahuinya."

"ssshhh, lihatlah Liana masuk kedalam ruangannya."

"dia terlihat sangat marah,ya."lanjut Rani 

Mereka bertiga mendekati pintu ruangan Emma untuk mendengarkan suara perbincangan Liana dan Emma didalam sana.

***** 

Liana memasang wajah penuh emosi ia meletakkan beberapa makanan dan juga susu untuk atasannya yang sedang sangat sibuk

"berhenti!"

"aku sedang sangat sibuk, Lia."

"berhenti sekarang juga,emma!!"

Emma melihat wajahnya yang sangat marah ia kembali melanjutkan penulisan data ia tak peduli keberadaan emma dan itu yang membuat Liana harus mencabut kabel laptop membuat laptop Emma mati, apa yang dilakukan Liana membuat Emma sedikit jengkel dengannya

"apa yang kau inginkan, sih?" emma mengerutkan alisnya dengan kesal ia berusaha menahan darah yang akan keluar dari hidungnya

"kau mimisan! Wajahmu semakin pucat dan lihatlah kamu mengabaikan jam makan siangmu! Kau sangat keterlaluan, Emma." 

"Aku harus segera menyelesaikannya Liana, deadline nya besok."

Liana menyeringai ia sangat marah padanya ia tak ingin kembali ribut dengan sahabatnya dan memutuskan untuk pergi keluar ruangannya

"Emma, apa yang dikatakan Liana benar adanya." Bela Ratih ia melihat emma yang memegang kepalanya

"Ratih, kumohon pergilah."

Didalam ruangan Emma menarik laci ia mengambil beberapa botol obat untuk ia minum dan mengambil salad buah yang diberikan Arin padanya ia memakan semua salad itu hingga habis

******

Layla berjalan kedepan pintu gerbang untuk menunggu seorang wanita yang telah berjanji padanya satu jam ia berdiam diri menunggu disana menahan malu setelah beberapa orang yang lalu lalang berjalan melihat kearahnya ia tetap berdiri dengan senyuman tipis yang terlukis di ekspresi wajahnya yang menahan rasa sakit pada bagian lututnya

"Layla, menunggu siapa kamu?" tanya Arin yang membuka kaca mobilnya 

"aku menunggu kekasihku, Miss."

Arin terkekeh ia mengepalkan tangannya keatas seakan memberikan semangat untuknya 

"semangat! Baiklah miss pulang duluan,ya."

Layla tersenyum lebar ia senang mendapatkan dukungan dari gurunya tersebut meskipun akhirnya ia harus berdiam diri sendirian menunggu seorang wanita yang telah ia anggap menjadi seorang kekasih, kepalanya menoleh ke arah kantor guru hanya terdapat motor ninja hitam disana itu adalah motor seorang guru yang sangat ia benci

"duh, apakah semua guru sudah pulang?"

Sangat terkejut dirinya setelah melihat seorang guru yang berjalan dari arah belakang sekolah ia mencium wanita di depannya, kini Layla melihat jelas itu adalah kekasihnya yang menghampiri seorang wanita seksi namun tangannya langsung ditarik keras hingga ia terjatuh didalam rengkuhan seorang wanita

"syukurlah, aku menemukan dirimu."

Pelukan erat yang menutupi seluruh pemandangan mata layla dari kekasihnya, takdir seakan tak mengizinkannya untuk melihat perselingkuhan yang terjadi tepat di depannya hinga harus terjatuh didalam pelukan seorang wanita yang tak asing baginya.

"aku selalu mencari keberadaanmu, Layla."

"siapa wanita itu?"

Karen melepaskan lengannya yang merengkuh Layla dengan erat kini pandangan mata Layla kembali melihat seberkas cahaya namun kekasihnya menghilang begitu saja membuatnya menyimpan pertanyaan besar didalam hatinya

"dimana dia?"

"huh, siapa?"

"Miss Liana, apakah kamu melihatnya?"

Karen menggelengkan kepalanya ia menepuk pelan kepala Layla memberikan senyuman tipis padanya

"jangan khawatir, kita harus segera pulang karena malam akan segera menjemput kita."

Karen mengenggam erat tangan layla ia menuntunnya untuk pulang kerumah berjalan dibawah matahari yang perlahan-lahan tenggelam, sepanjang jalan Karen merasakan sensasi dingin yang mengalir melalui tangan Layla 

"Layla, kamu ingin makan sesuatu?"

Layla hanya diam pikirannya hanya terfokus kepada seorang kekasih yang berlari dengan senyuman bahagia di wajahnya mendatangi seorang wanita didepannya

"siapa dia, apa hubungan mereka berdua?"

"Layla?. Layla apakah kamu  mendengarku?"

Karen terus memanggil namanya namun Layla hanya diam hingga akhirnya ia tersadar dari lamunan panjang dan keegoisannya untuk berdiam diri tak memikirkan apapun

"maaf Ka, ada apa?"

Karen menghentikan langkah kakinya ia memegang pundak Layla menatap kedua matanya dan tersenyum simpul 

"kamu memikirkan apa?"

"tidak ada, aku hanya egois dengan diriku sendiri yang memaksa aku untuk terus memikirkan apa yang terjadi denganku, sudahlah."

Karen melihat kecemasan didalam bola mata Layla yang membuatnya semakin merasakan iba padanya ia memeluk erat tubuh layla membawanya masuk kedalam kehangatan tubuhnya

"Layla, tubuhmu mengigil."

"aku takut, Ka."

"aku akan membawamu pergi."

Liana dan ploy berada didalam restaurant iga panggang mereka berdua makan bersama di satu meja namun Liana hanya diam ia menatap dengan tatapan kosong

"aaaa" ploy menyodorkan sebuah daging yang ada diatas sendok ke mulutnya namun Liana hanya diam tapi ploy terus membujuk dirinya untuk makan 

"ploy!! Bisakah kamu diam?" sentakan itu membuat Ploy sangat terkejut ia hanya diam menerima emosi Liana yang bahkan tak ia pahami 

"kamu kenapa?" tanya Ploy dengan bingung ia memegang tangan Liana menatapnya dengan resah namun Liana hanya diam ia tak menjawab pertanyaan apapun

"Ploy, bisakah kamu diam? Aku sedang berusaha berpikir."

"oke, aku akan diam dan tidak akan menganggumu."

Ploy menahan airmatanya yang mengalir namun airmatanya justru tumpah ia menangis sesenggukan

"ploy? Ploy kamu menangis?"

Liana memegang tangan ploy membuat ploy mengelak ia menghapus airmatanya

"aku ingin pesan jus."

Liana memegang tangan ploy ia menarik tangannya membuatnya duduk di pangkuannya ia tak suka melihat kekasihnya itu bersedih

"aku minta maaf, sayang."

Liana memeluk pinggang Ploy ia menyandarkan kepalanya di pundak Ploy berusaha untuk terus membujuknya

"aku minta maaf, ya?"

Ploy hanya diam ia terus menangis mengerucutkan bibirnya menahan sedih

"aku minta maaf, sayang. Aku tidak sengaja meluapkannya denganmu, maaf."

Liana mengecup pipi Ploy membuatnya tetap berada di pangkuannya 

"aku takut kalau kamu galak seperti itu." Protes ploy yang masih larut dalam kesedihannya

"aku gak akan seperti itu lagi, aku minta maaf sayang."

"iya, gapapa." Ploy mengangguk menyudahi Liana yang terus meminta maaf padanya

"kamu mau maafin aku?"

"aku mau kok maafin kekasih tersayang aku."

Liana semakin dibuat gemas ia memeluk pinggang ploy mengecup pipinya dengan sangat gemas

"i love you, sayang."

"i love you too, Lia."

Liana memotong daging ia menyodorkan sendok itu di bibir ploy "aaa" ploy menyuapnya

"aku akan kembali duduk disana."

"gak boleh, kamu harus tetap disini."

Ploy tersipu malu "mereka melihat kita." ia tersenyum malu dan juga senang karena diperhatikan

"aku gak peduli, aku ingin kamu tetap disini."

"oke,oke." Ploy menyodorkan sendok ke dalam mulut liana dan ia menerima suapan dari ploy ia mengecup pipi ploy dengan gemasnya.