Chapter 10 - Bab 10

Layla meletakkan bukunya diatas tumpukan buku teman-temannya ia tak peduli tulisannya yang sangat ancur 

"akhirnyaa selesai juga, aku tidak peduli dengan hancurnya tulisanku. Monik, jajan yuk." Ajak Layla mengambil uang didalam tas nya ia juga membawa kain pel untuk dikembalikan didalam kantor

******

"apa hubunganmu dengan Layla?" 

Liana tak bisa menjawab pertanyaan Emma ia hanya diam dengan kebingungannya

"Miss Emma, aku ingin mengumpulkan buku."

Emma menerima tumpukan buku tersebut ia segera kembali kedalam kantor 

"Monik, aku harus mengembalikan kain pel ini kamu bisa kok langsung ke kantin sekolah kamu tunggu aku ya di kantin."

"oke, Layla."

Layla mengetuk pintu kantor guru ia masuk dengan canggung dan sangat berhati-hati 

"permisi."

Layla melihat guru-guru disana sedang sangat sibuk makan siang dan juga berbincang mengenai masalah rumah tangga serta pekerjaan mereka

"duh tadi miss Arin ambil ini dimana ya?"

Bola mata Layla berkeliling karena banyak orang di dalam ruang yang sangat besar itu membuat kepalanya pening hingga ia harus jatuh karena di senggol oleh seorang bapak-bapak disana

"aduh"

Layla memegang tulang belakangnya ia merasakan sangat sakit

"eh, kamu gapapa neng?" tanya bapak-bapak yang sangat menyesal telah menyenggol layla hingga ia jatuh dan menghantam tulang belakangnya

"sakit banget."

Ceklek suara pintu kantor terbuka, Emma yang baru saja masuk sudah disambut oleh Layla yang terjatuh dan tidak bisa berdiri 

"ayo bangun neng, biar bapak bantu ke UKS."

"pak anto, tolong urus data aku yang di laptop ya aku butuh selesai istirahat ini. Eh Layla, kamu kenapa?" tanya miss Arin yang cemas melihatnya duduk dilantai

Layla terkekeh ia berusaha untuk bangun "gapapa miss, Cuma kepeleset aja."jawabnya

"kayaknya parah deh. Layla, gue bantu jalan ya." Tomy meletakkan tangan Layla di pundaknya sementara Layla berusaha untuk tetap berjalan

"duh kayaknya parah deh itu." Sesal pak Anto ia juga bimbang karena terikat pekerjaan yang diberikan Arin dan harus segera di selesaikan

"Tomy, letakkan buku ini di atas meja kerjaku,ya. Layla, naiklah."

"eh??"

Emma berlutut ia menggendong layla mengantarnya ke ruang UKS detakan jantung Layla semakin tak menentu selama Emma membawanya ke UKS

"duduklah disana."

Layla duduk diatas ranjang UKS yang telah tertata dengan rapih sementara Emma mengambil kotak P3K yang ada didalam laci

"buka bajumu."

Sontak Layla yang sangat terkejut ia tak mengerti dengan apa yang dikatakan gurunya

"aku ingin mengobati memarnya, buka bajumu."

Layla melepaskan ikat pinggangnya ia melepaskan androk nya kini ia hanya memakai hotpans ia berbaring di ranjang UKS menaikkan sedikit surai kemejanya

"tolong pelan-pelan ya, miss."

Emma melihat memar yang lumayan lebar di pinggul belakang Layla ia mengoleskan salep di tangannya dan menggosok perlahan bagian memar tersebut

"apakah sakit?"

"iya, sakit banget."

Setelah menggosokkan salep tersebut layla kembali memakai androknya dan merapihkan seragamnya

"setelah pulang sekolah, kamu bisa mengompresnya dengan air hangat dan menggosokkan salep."

"iya miss, terimakasih banyak ya."

Emma mengangguk ia melihat Layla yang berjalan pincang menuju kelasnya sementara ia kembali merapihkan ruang UKS kembali mengunci ruangan tersebut

"Layla, bagaimana keadaanmu?" 

Liana bertanya dengan sangat panik setelah mendengar kabar kalau Layla jatuh dari teman sekelas layla

"aku baik-baik saja Miss."

Liana menggandeng tangan Layla membawanya pergi ke belakang kelas

*****

Ratih merengek menangis ia sangat sedih ia menghampiri Emma yang baru saja selesai melakukan koreksi tugas anak muridnya

"Miss Emma, ponsel aku jatuh di belakang sekolah."Ratih menangis sesenggukan merengek 

"lalu?"

"disana ada kumbang aku takut banget terus buru-buru kembali ke kantor tapi ponsel aku jatoh di belakang sekolah. Aku mohon ambilkan ponselku disana, aku takut dengan banyaknya kumbang disana, miss."

"baiklah." Emma beranjak pergi ke belakang sekolah untuk menolong sahabatnya 

*****

"aku tidak ingin kamu terluka lagi, tolong jaga dirimu dengan baik, oke?"

Liana menatap kedua mata Layla ia memeluk erat tubuh layla ia merasa sangat terluka

"aku tidak tahu harus bagaimana dengan hatiku aku mencintaimu tapi kamu telah menikah."

Liana menatap kedua mata Layla dengan tatapan penuh sayang ia mendekatkan wajahnya mencium bibir Liana yang sangat lembut ia melumat bibir seorang gadis yang baru saja memulai hari pertama sekolah

"lakukan apapun yang ingin kamu lakukan padaku, menikahlah denganku Miss Liana."

Emma yang telah tiba disana ia harus melihat seorang guru yang sedang bercumbu dengan muridnya ia menciumnya dan memberikan cupang di dada Layla, mereka yang sedang bercumbu di belakang sekolah harus berhenti setelah melihat keberadaan Emma yang melihat pertunjukan mereka berdua

"miss Emma?" Liana sangat terkejut ia benar-benar sangat lemas dan panik 

Emma mendekati mereka berdua ia mengambil ponsel yang terjatuh di atas tanah 

"Emma, akan aku jelaskan." Ujar Liana yang terlihat sangat cemas namun emma hanya diam seribu bahasa ia segera kembali kedalam kantornya 

*****

"miss emma, apa yang terjadi. Kamu terlihat sangat marah."tanya Miss Ratih yang senang karena ponselnya kembali

Emma yang pikirannya masih dipenuhi oleh adegan tidak senonoh yang dilakukan didalam sekolah membuatnya sangat marah ia tak menjawab pertanyaan dari semua sahabatnya, ia kembali masuk kedalam sekolah

"Hai miss cantik."

Tatapan Emma memburu keberadaan Layla yang semakin terlihat gelisah tangannya tak bisa berhenti diam ia terus berusaha menutupi tempat dimana Liana meninggalkan tanda namun Emma hanya bungkam ia terlihat sangat marah 

"aku akan bagikan hasil tugas kalian."

Mereka semua mendapatkan nilai terbaik hanya Layla yang gagal ia mendapatkan nilai satu 

"siapa yang mendapatkan nilai satu?" tanya emma

Tatapan wali kelas yang baru saja melihat anak muridnya bercumbu dengan seorang guru itu masih memburu dimana Layla berada ia menatap layla yang semakin dibuat gelisah ia mengangkat tangannya menyesal atas yang ia lakukan

"tidak ada lagi yang mendapatkan nilai satu?"

"tidak." Jawab orang sekelas

"baiklah, yang mendapatkan nilai satu pulang sekolah harus menghadapku di ruang kerjaku."

Layla semakin dibuat panik ia sangat gelisah melihat wali kelasnya yang menatapnya dengan tatapan sangat kecewa serta marah padanya.

"layla, semangat!!" ucap Monik memberikannya semangat penuh

"iya, terimakasih ya." Layla kembali diam ia sangat murung mengingat sebuah perbuatan yang akhirnya membuatnya sangat menyesal