Layla tak dapat mengatakan apapun tubuhnya menjadi sangat lemas ia hanya dapat menunduk
"ayo, kembali ke kelasmu." Emma merangkul pundak Layla ia berupaya membuat Layla menghilangkan sedikit ketakutannya meskipun secara perlahan-lahan
"permisi, Miss Liana?"
Liana terus memperhatikan tangan Emma yang berada di pundak Layla membuatnya merasa sedikit tidak nyaman namun ia segera tersenyum untuk menghilangkan ekspresi cemburunya
"Layla, lain kali jangan keluar kelas seperti itu lagi, ya." Miss Liana tersenyum
"baik, maafkan aku." Layla kembali duduk di bangkunya ia masih melihat monik yang terlihat sangat cemas
Liana merapihkan perlatan mengajar miliknya yang berserak diatas meja
"baik, semuanya. Karena wali kelas kalian telah datang aku izin pamit."
Sontak Layla sangat terkejut ia melihat Liana pergi dari dalam kelasnya dan melihat emma meletakkan tas ransel di atas bangku serta laptop yang ada diatas meja
"baik, selamat siang semua." Sapa Emma dengan biasa ia wanita yang tak suka basa-basi menyapa hanya sekedarnya
"selamat siang miss." Sapa mereka semua yang tersenyum senang mendapatkan wali kelas yang memiliki karisma yang sangat indah
"Salam kenal aku adalah Emma Willson aku akan menjadi wali kelas kalian selama tiga tahun"
"hah?!!! sialan!!" sontak suara layla yang begitu kerasnya membuat ia menjadi pusat perhatian
"maaf, apa yang kamu katakan Layla?" pertanyaan Emma yang semakin membuat Layla semakin gelisah dan sangat malu
"Miss, apakah kamu sudah memiliki kekasih?" Tanya seorang siswa yang bernama Tomy
"kamu pasti sudah menikah, benar?"sahut Roki teman sebangku Tomy
"tentu saja, Miss Emma sangat cantik dia pasti sudah menikah dan mungkin memiliki anak yang imut." Sahut Ryan
Emma terdiam menanggapi setiap pertanyaan mereka bertiga
"tanyakan sesuatu yang penting dan berkaitan dengan mata pelajaran yang akan aku ajarkan ke kalian karena jika tidak aku tidak akan menjawabnya."
Jawaban sinis Emma membuat ketiga siswa onar itu semakin kagum dengannya
"aku wali kelas kalian yang akan mengajar mata pelajaran matematika dan sains, aku sangat berharap tiga tahun kita akan menjadi tahun yang indah,"
Layla menatap dengan sangat gelisah "tuhan, kumohon selamatkan aku mungkin tiga tahun ini akan menjadi neraka untukku." Layla hampir menangis
Emma menorehkan tinta spidol diatas papan tulis ia memulai pelajaran pertamannya
"Layla, boleh meminjam penghapus?"
"ya, tentu."
Saking cemasnya membuat Layla tak sengaja menyenggol botol air minum diatas mejanya bdump!! Suara tersebut kembali menjadi perhatian orang sekelas yang hening
"maafkan aku!"
Layla melihat Emma yang terus menatapnya membuat Layla berlari pergi ke ruang kantor ia tak melihat seorang guru disana
"hei, guys apa yang kamu cari?" tanya seorang guru yang menepuk pundak Layla dari belakang
"aku mencari kain pel miss."
"ooh tunggu ya, aku akan membantumu untuk mengambilnya."
Ia mengambil kain pel yang digantung di sudut ruangan ia memberikannya kepada Layla
"terimakasih Miss, oh iya namanya siapa?"
"aku Miss Arin, aku akan menjadi guru bahasa indonesia kamu."
Layla tersenyum senang "akhirnya mendapatkan guru yang sangat baik setidaknya tiga tahun ini tidak terasa seperti di neraka."
Miss Arin tertawa "hei, kenapa bicara seperti itu?"
"wali kelasku sangatlah kejam dia itu benar-benar menakutkan,miss."
Miss Arin berupaya untuk berpikir dengan baik "sepertinya, tidak ada yang kejam disekolah ini. Mereka semua baik-baik asalkan kamu tidak nakal."
"aku sama sekali tidak berbuat masalah apapun miss tapi dia itu sangat kejam."
Arin tertawa ia yang telah lelah berpikir memilih untuk bertanya mengenai orang yang di bicarakan dengan buruk "memang siapa yang seperti itu?"
"Miss Emma."
Sontak Arin bingung ia tertawa "Kamu mungkin belum mengenal dia sepenuhnya, sudahlah nanti juga kamu kenal bagaimana dirinya. Kembalilah ke kelasmu."
"baik, miss."
Layla berlari membawa kain pellan ia masuk kedalam kelas dengan memperhatikan langkah kakinya
"biarkan saja disana, tulis saja dulu catatanmu." Perintah Emma yang sedang bekerja di balik layar laptop nya
"gapapa kok aku lap sekarang aja.'
Emma menatapnya dengan tajam membuat Layla tak bisa berkelit hingga akhirnya ia meletakan kain pel di samping mejanya ia mematuhi perintah yang dikatakan Emma untuk melanjutkan tulisannya
"aku sudah membuat catatan untuk kalian, sekarang buka buku paket kalian dan kerjakan soal di halaman lima sampai enam, terakhir di kumpulkan jam istirahat."
Emma menutup laptopnya ia menggunkan tas ranselnya dan mengenggam laptopnya
"siapa ketua kelas disini?"
Tomy mengangkat tangannya "aku miss."
"wakil ketua kelas siapa?"
Roki mengangkat tangannya "aku miss."
"tepat jam istirahat harus dikumpulkan aku tidak mau tahu sudah selesai atau belum."
"baik,miss."
Emma beranjak pergi dari kelas sontak Layla langsung mengepel membersihkan air yang menggenang di lantai.
*****
"Hai miss Emma." Sapa Arin yang sedang makan kue di bangku kerjanya
"Hai." Balas Emma
Emma meletakkan tas dan laptop nya diatas meja ia mengambil sepiring kue yang telah di sediakan untuk camilan
"haduh, kepalaku sangat pening. Anak-anak muda sekarang sangatlah berisik." Keluh Rani ia meneguk segelas air putih seraya menahan emosinya yang membuat kepalanya panas
"aku sangat lelah." Keluh Ratih ia duduk disamping Rani menyenderkan tubuhnya dengan manja
"bersenderlah disana, kau berat!" keluh Rani membuat Ratih meliriknya dengan tajam ia tersinggung dengan perkataannya
"kau benar-benar sangat keterlaluan."
"selamat siang semua." Sapa Liana membawa tas nya ia duduk disamping Emma yang sedang makan kue sambil menghirup kopi
"oh iya, kudengar besok akan datang guru baru benar begitu miss Emma?"tanya Arin sambil menyuap sesendok nasi dengan lauk
"Hei Arin, tumben sekali kau makan banyak." Protes Miss Ratih yang selalu memperhatikan porsi makan sahabatnya
"hehehe, demi baby." Arin mengusap perutnya seraya terkekeh
"wah beneran lagi hamil?" Ratih memegang perut Arin ia sangat senang dengan kehamilannya
"Oh iya, Miss Emma tadi ada yang membicarakanmu."
"sudah biasa Miss Emma dibicarakan oleh siswa ganteng sekolah ini." Ujar Rani membalas ocehan ibu hamil
"kali ini wanita."
Sontak Ratih yang sedang makan bolu ketan hitam ia tersedak mereka yang berada di ruang rumpi pun terkejut
"tidak biasanya seorang wanita membicarakan dirinya."
"namanya Layla."
Respon kejut Liana di sadari oleh Emma yang duduk tepat disampingnya
"dia mengatakan kalau miss Emma sangatlah menakutkan lalu mengatakan kalau tiga tahun semasa sekolahnya akan menjadi neraka untuknya." Oceh ibu hamil yang masih terus merumpi membicarakan anak muridnya sendiri
"waah segitu kejamnya kah miss Emma yang selalu di kagumi banyak siswa?" Tanya Ratih yang seolah tak percaya dengan perkataan ibu hamil rumpi
Emma berdehem ia menyudahi makan siangnya "miss Liana, bisa ikut aku sebentar?"
Miss Liana menelan saliva nya ia mengikuti kemanapun Emma melangkahkan kakinya, mereka berdua duduk di taman sekolah
"bagaimana keadaan ploy?" pertanyaan ringan yang membuat Liana merasa kecemasannya hilang
"oh, wanita itu. Semalam aku dan dia kami berhubungan selama tiga jam, mungkin atau lebih."
Emma melepaskan beban sebagai saksi hubungan Rose dengan Roy karena ia menyadari akan cinta Liana kepada kekasihnya Ploy
"saat mereka membicarakan Layla, kamu terlihat seperti tekanan."
Liana sangat cemas ia berpura-pura merapihkan rambutnya menyelipkan di daun telingannya seraya terkekeh
"apa hubunganmu dengan Layla?"
Emma memancing pembicaraan serius kepada Liana yang tentu sangat terbata-bata untuk menjawabnya
*****
Bell istirahat berbunyi sementara Layla baru menyelesaikan satu soal di halaman lima
"Layla, lihat punyaku saja." Monik memberikan buku miliknya dengan sangat senang Layla meniru hasil jawaban milik Monik di dalam bukunya
"cepatlah, cepat. Kalau tidak calon istriku akan sangat marah."ujar Tomy tersipu malu memanggil Emma sebagai calon istrinya didepan semua temannya
"mimpi kau!! Tidak mungkin Miss Emma mau dengan laki-laki bodoh sepertimu" ledek teman sekelasnya
"sudahlah ayo cepat!"
Layla meletakkan bukunya diatas tumpukan buku teman-temannya ia tak peduli tulisannya yang sangat ancur
"akhirnyaa selesai juga, aku tidak peduli dengan hancurnya tulisanku. Monik, jajan yuk." Ajak Layla mengambil uang didalam tas nya ia juga membawa kain pellan untuk dikembalikan didalam kantor
*****
"apa hubunganmu dengan Layla?"
Liana tak bisa menjawab pertanyaan Emma ia hanya diam dengan kebingungannya