"apakah kamu masih menangis?"
Liana yang sedang menghisap sepuntung rokok di jarinya menoleh melihat Layla yang menunjukan wajah sangat seidh
"aku sangat minta maaf atas apa yang aku lakukan."
Liana menarik tangan layla membuat wanita manja itu duduk dipangkuannya, duduk dipangkuannya membuat gadis manja itu merasakan getaran hebat ia sangat merasakan kenyamanan berada di pelukannya membuat seluruh tubuhnya menjadi hangat
"apakah kamu masih marah denganku?"
Liana menghabiskan satu puntung rokok setelah itu ia menjawab semua pertanyaan gadis manja dipangkuannya ia mengecup layla yang gembul membuat pipinya basah
"jawab aku, kak."
"apa, kamu panggil aku apa tadi?"
"kakak, kamu bilang aku adalah adikmu."
Liana tersenyum gemas ia mengenggam erat jari jemari layla kembali mencium pipinya yang gembul
"aku paling sensitif dengan suara sentakan keras, karena itu jangan membuat aku mendengar sentakan lagi ya, gadis nakalku."
"maaf ya, tadi aku sudah kasar."
"tidak masalah untukku, aku memahami situasimu dan keadaan hatimu yang masih belum menerima keadaan pernikahanku dengan mas Roy."
"dia laki-laki yang jahat."simpul Layla yang hanya melihat keadaan rumah tangga liana dari luarnya saja
"dia laki-laki paling baik yang pernah aku temui. Kenapa kamu bisa menyimpulkan jika ia bukanlah laki-laki yang baik?"
"kalian baru menikah, kenapa dia bisa langsung meninggalkanmu sendirian dirumah."
"karena dia harus mencari uang untuk keluarga kami."
Layla kembali kesal ia mengerucutkan bibirnya dengan kesal mendengar wanita yang ia cintai terus membela suaminya
"salahku, karena aku mengharapkan kamu akan berpihak padaku."
Liana memeluk erat pinggang layla ia mencium pipi layla dengan manja
"berpihak?"
"apakah kamu telah melakukan"Layla menyatukan kedua jarinya membuat Liana tertawa
"kenapa ketawa sih?"
"kamu mau melakukannya denganku?"
Layla menanggapi perkataan Liana dengan serius ia menatap kedua matanya dengan bahagia membuat Liana tertawa terbahak-bahak
"aku hanya bercanda."
Layla merengut sedih ia bangun dari pangkuan Liana membuat Liana semakin memeluk erat pinggang Layla membuatnya tetap berada dipangkuan
"berhenti untuk menggodaku, aku tidak ingin kita semakin larut dalam kesalahpahaman."
Liana menggendong layla membawanya beranjak pergi kekamarnya ia menidurkan layla tepat diatas tempat tidurnya yang masih tertata rapih dengan aroma bunga mawar
"kamar pengantin memang sangat beda, ya?" Layla mencoba untuk menggoda Liana meskipun hatinya semakin sakit
"kamu mengatakan seolah hatimu tidak merasakan sakit." Liana tertidur disamping dirinya yang menangis sedih
"apakah kamu membawaku hanya untuk membuatku iri dengan melihat kamar pengantinmu?"
Liana terkekeh ia mengenggam erat jari jemari wanita disampingnya menatap kedua matanya dengan tatapan serius
"berapa usiamu, layla?"
"tujuh belas."jawabnya
"itu bagus, apakah kamu tertarik untuk menjadi sekretaris pribadiku?"
"apakah waktumu segitu padatnya hingga kamu harus memiliki sekretaris. Pasti waktumu tersita untuk suamimu, benar?"
"kamu mau tidak?"
Layla menyeringai ia menolak permintaan Liana "maaf, aku tidak ingin semakin terjebak didalam lingkaran yang semakin menyakitiku."
"aku pasti akan membuatmu mau menjadi sekretaris pribadiku, Layla."
Merasakan kenyamanan berada di atas tempat tidur membuat Layla semakin mengantuk ia tanpa sengaja memenjamkan matanya tertidur dengan pulas
"gadis nakal." Liana mengelus kepala Layla ia mencium pipi layla dengan sangat gemas memeluk erat tubuhnya "kamu satu-satunya gadis paling nakal yang pernah aku miliki."
Keesokan paginya Layla terbangun ia mendapati dirinya berada didalam kamar yang terlihat sangat indah tampilannya dengan aroma mawar di sekeliling ruangan ia melihat pakaiannya yang telah diganti dengan lenjery pendek
"sudah bangun?"Liana duduk disampingnya
"apa yang kamu lakukan padaku?"
"aku mengganti pakaianmu karena pakaianmu basah akibat hujan kemarin."
"ooh, apakah dia sudah pulang?"
Liana terkekeh ia mengerti siapa orang yang dituju oleh Layla tapi ia hanya tidak suka jika Layla masih membencinya
"siapa, La?"
"Mas Roy tercintamu."
Liana tertawa melihat dengan jelas wajah cemburu wanita menggemaskan disampingnya "mau jalan-jalan denganku?"
"kemana?"
"ikut saja, aku sudah menyiapkan pakaianmu disana cepatlah bersiap kita akan pergi."
Layla segera berjalan menuju toilet yang ada didalam kamar ia membersihkan dirinya ia berjalan mengambil gaun cantik berwarna pink muda
"ini sangat cantik, ternyata dia suka dengan selera gaun seperti ini?"layla menyeringai menatap gaun itu dengan bingung
"itu gaun untukmu, aku baru saja membelinya."jawab Liana yang masuk kedalam kamar tanpa izin sontak membuat Layla berteriak kaget ia langsung menutupi tubuhnya yang masih telanjang
"apa yang kakak lakukan?"layla menatap kedua mata liana dengan heran menyimpan pertanyaan dengan wanita yang tanpa malu melihatnya telanjang
"kenapa kamu malu? Kita sama-sama wanita." Goda Liana ia tersenyum nakal
"kamu tahu kalau aku menyukai wanita." Layla mengatakannya dengan perasaan sangat cemas ia takut jika Liana tidak bisa menerima akan dirinya, liana tersenyum ia mencium pipi layla mengambil pakaian yang dipegang Layla ia memakaikan pakaian tersebut
"aku akan menerima dirimu apa adanya, kamu tetap menjadi kamu yang sempurna untukku."
Layla menangis haru ia sangat bahagia jika wanita yang ia sayang mampu menerima dirinya apa adanya "terimakasih banyak kamu telah menerimaku, meskipun aku tidak dapat memiliki dirimu aku sudah sangat bahagia karena aku diizinkan untuk tetap dekat denganmu."
Liana memeluk layla tatapannya terlihat sendu setelah mendengar penjelasan dari layla sebenarnya ia sangat ingin menjaga layla untuk tetap berada didalam hatinya
"sudah, kita harus pergi."
Liana mengenggam erat tangan Layla membawanya pergi ke suatu tempat ia mengajaknya pergi ke suatu taman dengan banyak bunga mawar disana
"lihatlah, disana sangatlah indah."
Layla melihat laki-laki yang kini telah menjadi suami dari wanita yang ia cintai
"mas Roy!"panggil Liana membuat Layla merengut sendu ia terus menatap genggaman tangan Liana yang semakin erat seakan ia tidak akan pernah melepaskan genggaman erat itu
"Layla, bagaimana kabarmu." Roy tersenyum menyapa Layla yang sedari tadi menatap genggaman erat tangan Liana ia langsung menatap Roy dengan kaget
"h-hai kak Roy."
"bagaimana kabarmu?"
"aku baik, bagaimana kabar kakak?"
"aku sangat baik, bagaimana jika kita makan di foodcourt."
Layla merasakan canggung ia melepakan genggaman erat tangan Liana
"maaf kak, aku harus pulang sekarang."
Liana merangkul pundak wanita nakal yang mencoba melarikan diri darinya "tidak,Layla tidak memiliki urusan apapun dia akan ikut dengan kita."
"tapi Kak." Layla menatap dengan gelisah sementara tangannya ditarik paksa untuk masuk kedalam mobil ia duduk dibangku belakang tepat disamping Liana
"kenapa kamu tidak duduk didepan saja dengan suamimu?"
Liana mengambil bungsu plastik supermaket ia membuka plastik tersebut mengambil keripik kemasan dan memakannya
"kenapa kamu tidak duduk dengan dia didepan saja sih?"
Liana menyodorkan tangannya memasukkan beberapa keripik kedalam mulut Layla
"enak kan?"
"iya, enak sekali. Iih Kak!!" kesalnya yang tidak diizinkan untuk protes kekesalannya itu membuat Liana tertawa geli
"berhentilah bertanya, aku belikan kamu susu kesukaanmu."
Layla tersenyum menyeringai ia memegang kardus susu berukuran besar
"bagaimana kamu tahu?"
"apa sih yang nggak aku tahu tentangmu?"
Layla menyeringai "terimakasih kak" ia menyeruput susu dengan sekali seruput sudah langsung habis "enak sekali."
Berkat susu stroberi matanya menjadi sangat berat ia perlahan memejamkan matanya bersandar di jendela mobil untuk tertidur
"gadis nakal." Liana merangkul tubuhnya ia menyenderkan kepala layla di pundaknya memeluk tubuhnya
"Mas Roy, terimakasih banyak kamu adalah sosok laki-laki yang sangat baik untukku." Liana tersenyum bahagia perlahan ia ikut tertidur menyandarkan kepalanya diatas kepala Layla yang sudah pergi ke alam mimpi
"aku hanya ingin kamu bahagia, Lia." Mas Roy tersenyum melihat mereka berdua dari pantulan kaca
Sesampainya di foodcourt mereka berdua segera memilih tempat duduk dan memesan makanan, seraya menunggu makanan yang akan datang Layla merasakan sedikit canggung melihat Roy yang terus memperhatikan Liana yang duduk disampingnya hal itu membuat Layla tidak nyaman ia bangun dari tempat duduknya
"kak Roy, bisa tuker tempat duduk?" permintaanya membuat kedua orang di meja yang sama heran dengannya
"ada apa, La?"tanya Liana mengerutkan alisnya dengan heran
"aku kedinginan." Layla harus berbohong demi membuat Liana percaya dengan alasannya
"tentu saja."
Kini Liana melihat suaminya yang dengan wajar duduk disamping istrinya
"permisi, makanannya sudah siap."
Roy mengambilkan sendok dan garpu untuk istrinya "terimakasih, mas." Roy tersenyum ia melihat mata Layla yang berkaca-kaca membuat layla yang sadar dengan dirinya yang terus diperhatikan membuatnya harus berpura-pura tersedak
"maaf aku harus pergi ke toilet."
Didalam toilet Layla menangis ia mengenggam erat lingir wastafel hatinya benar-benar sangat sakit meski begitu ia harus menuntaskan semua ini sampai akhir ia tidak ingin membuat wanita yang ia cinta terluka
"aku harus tetap kuat, aku pasti kuat."
Layla membersihkan wajahnya dengan air mengalir ia menghapus jejak airmata yang baru saja mengalir setelah benar-benar hilang jejak airmata di wajahnya ia kembali untuk berada ditempatnya namun ia harus berhenti di pertengahan jalan melihat Liana yang sedang bercanda dengan suaminya membuat hatinya menjadi sangat rapuh ia tak kuasa untuk kembali berada di bangkunya
"ini benar-benar sangat menyakitkan, tuhan."
Layla kembali kedalam toilet ia mengenggam erat surai gaunnya menahan rasa sakit yang mencoba untuk membuatnya lemah
"aku tidak bisa terus membebani mereka yang sudah sangat baik padaku, aku harus tetap kuat."