Chereads / Twister The Story Of Me And My Miss / Chapter 4 - Ciuman Menyakitkan

Chapter 4 - Ciuman Menyakitkan

Liana yang disuguhkan secangkir susu hangat oleh Rose, mereka berdua berada di halaman belakang rumah Rose sedang menikmati udara yang mulai dingin

"ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu, kak."

"mengenai hal apa?."

"mengenai seorang putri yang kamu sebut sangat mengenalnya dengan baik."

"oh, maksudmu Layla. Bagaimana akademik nya apakah berkembang?."

"apakah kamu tidak tahu kalau ia memiliki minat dan keahlian yang sangat baik?."

"minat dan keahlian?."

"aku ingin kau ikut aku sebentar."

Liana mengajak seorang ibu untuk masuk kedalam kamar anaknya, ia segera menunjukan sebuah lukisan yang baru saja ia lihat dan berhasil membuatnya terkesima

"dia masih melukis?!."sontak Rose langsung marah ia mengenggam erat kanvas lukisan tersebut

"dimana janjimu, kak?."

Rose menyadari akan janjinya namun ia hanya diam tidak ingin mendapatkan dampratan keras dari sahabatnya

"apakah kamu sudah membuang semua janji itu dan menghianatinya?. Aku sangat kecewa padamu, kak." Liana menatapnya dengan sinis wajahnya penuh dengan kekecewaan

"aku menyadarinya, tapi aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku benci dengan pelukis, karena itu hanya akan mengingatkan aku kepada ayahnya."

"yang salah adalah satu orang, bukanlah profesinya. Kau tidak bisa terpaku dengan pemikiran bodohmu itu,kak."

Liana meninggalkan dirinya dengan keadaan menyesal ia hanya mampu menangis dan memeluk erat lukisan yang dibuat anaknya itu

"apakah kamu memiliki perasaan berbeda dengan anakku, Liana?."

Liana sontak melawan praduga tersebut "tidak, bagaimana bisa aku jatuh cinta dengan seorang anak yang baru masuk SMA?."

Tanpa mereka sadari, malam semakin larut namun layla belum juga menghubungi untuk meminta dijemput

"mengapa Layla belum juga menghubungiku, apakah dia sedang mabuk atau ada apa dengannya?." Tanya seorang ibu yang mulai cemas dengan anaknya

"biarkan aku yang menjemputnya." Kecemasan Liana jauh lebih besar dibandingkan seorang ibu yang telah melahirkannya hal itu semakin membuat Rose curiga padanya.

Liana dengan cemas sepanjang jalan menuju tempat pesta tersebut ia terus menghubungi Layla, namun panggilannya terus saja ditolak olehnya hal itu tentu membuatnya semakin panik 

"kenapa kamu tidak mengatakan apapun, setidaknya angkat telponku Layla."

Sesampainya di tempat pesta, dengan sangat cemas Liana langsung masuk kedalam pesta  ia segera mencari dimana keberadaan seorang gadis yang berhasil membuatnya menjadi sangat cemas. Liana melihat sosok wanita yang sama seperti Layla sedang pesta dan minum alkohol bersama teman-temannya sontak bibirnya memanggilnya 

"Layla?" Dengan memanggil namanya, membuat gadis yang sedang pesta minum-minum itu pun menoleh ia melihat tatapan kemarahan dari seorang Liana membuatnya terkekeh 

"Miss Liana." Layla memeluk erat tubuh Liana ia bermanja di pelukannya tersebut ia sama sekali tidak sadarkan diri

"apa yang kamu lakukan, kenapa dia minum sangat banyak?"Liana bertanya dengan Carmel yang mengudangnya berada di pesta

"dia tidak mabuk, aku melihatnya sendiri."jawab Carmel ia terlihat sedikit mabuk

Liana segera mengalungkan tangan Layla dilehernya menuntunnya untuk berada didalam mobil 

"masuklah, jangan memberontak. Kamu akan menjadi gembel disini jika aku tidak mengantarmu pulang."

Berada didalam mobil, Layla hanya diam ia terlihat seperti orang yang sedang mabuk 

"apa yang harus aku lakukan?." Liana menghentikan mobilnya menepi untuk sejenak berfikir dengan jernih

"apa yang harus aku katakan kepada ibumu setelah tahu kalau kamu mabuk berat, Layla?."

"bawa aku ke hotel."jawabnya yang masih dalam kondisi mabuk

"tidak, aku akan bertanggung jawab atas dirimu Layla, karena sepandai apapun menyembunyikan kebohongan pasti akan terungkap juga."

Kedua tangan layla menjaga Liana menyudutkan tubuhnya bersandar di kaca mobil ia menatap kedua mata Liana dengan tatapan manja

"apakah kamu tahu kalau aku lucu, menggemaskan dan sangat menyenangkan?."

"ya." Jawab liana menyetujui apa yang dikatakan orang yang sedang mabuk itu

Kemudian dengan wajahnya yang semakin menggemaskan ia menatap kedua mata Liana dan kembali mengajukan pertanyaan

"bisakah kamu mencintai seorang wanita yang menggemaskan seperti aku?." Layla memasang ekspresi sangat menggemaskan membuat Liana tidak bisa lagi menahan perasaanya itu ia memeluk erat layla dan berbisik di dalam telingannya 

"aku sangat mencintai Layla, aku benar-benar ingin menikah denganmu, Layla."

Sontak Layla yang hanya pura-pura mabuk berat, ia tersenyum dengan sangat bahagia

"terimakasih ya, Liana."

Pada akhirnya, ia yang membantu Liana menghilangkan perasaan cemasnya memikirkan Layla yang mabuk berat

"apa yang kamu lakukan, Layla?."

"aku hanya pura-pura mabuk, tidak apa'kan?. Tenanglah, ini hanya demi mengungkapkan bagaimana perasaanmu kepadaku."

Liana mengenggam erat setir mobilnya berusaha menahan kecewa besar dengan muridnya itu 

"kamu menggunakan aku hanya sebagai lelucon bodohmu?"Liana benar-benar sangat kecewa sepanjang jalan mobil ia sama sekali tidak bicara dengan Layla mereka saling diam meskipun Layla mulai angkat bicara, namun Liana sama sekali tidak menanggapi pembicaraan itu ia masih dalam keadaan yang sangat kecewa.

Layla menarik wajah guru privatnya itu ia mengecup bibirnya ia melumatkan bibirnya yang sangat menggoda

"menikahlah denganku, Miss Liana." Layla meringis sendu memegang wajahnya ia menangis memeluk erat tubuhnya menghirup aroma tubuhnya yang semakin membuatnya ingin jatuh kedalam pelukan 

"Layla hentikan, jika tidak maka aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan selanjutnya kepadamu."

"lakukan, aku tidak akan melarang. Lakukan apapun yang kamu inginkan dengan tubuhku. Dengan begitu, kita akan menikah, benar?."

Liana melepaskan pelukan erat layla ia segera mengakhiri bencana besar yang akan menimpannya mengingat kembali bagaimana hubungannya dengan Rose 

"aku harus kembali, pergilah."perintah Liana mengusirnya dari dalam mobil membuat layla sangat kecewa ia segera membanting pintu mobil dan bergegas masuk kedalam rumah dengan amarahnya yang memuncak

"maaf Layla, kamu hanya anak kemarin yang tidak apa-apa tentang dunia."

Liana tancap gas ia kembali kedalam rumahnya yang ternyata terdapat seorang wanita sedang menunggunya duduk di bangku terasan rumahnya

"bagaimana bisa kamu masuk kerumahku, Ploy?"

Wanita dengan pakaian seksi itu menunjukan kunci gerbang cadangan yang diberikan Liana padanya

"bagaimana pekerjaanmu?"

"semuanya baik."

Wanita dengan pakaian seksi ia mendekati Liana menghirup aroma tubuhnya mengerutkan alisnya dengan kecewa

"kamu mabuk?"

"muridku, ibunya memintaku untuk menjemputnya."

"kamu selingkuh, sayang?"

"tidak, aku hanyalah guru privatnya. Tidak ada apapun diantara kita berdua ploy. Sudahlah, ayo masuk."

Wanita dengan gaun merah itu melingkarkan tangannya di pinggang Liana mengajaknya masuk kedalam rumah 

"awas ya, kalau kamu nakal."

Liana terkekeh ia mengecup kening wanita disampingnya dengan manja

"tidak ada yang perlu dipikirkan ploy. Duduklah, aku akan menyiapkan segelas wine."

"terimakasih, sayang." Bola matanya terus memutar mencari celah untuk mereka bertengkar sementara Liana mengganti pakaiannya didalam kamar

"kamu yakin tidak ada yang lain selain aku?."

"tidak ada. Kemanapun aku pergi, tetap saja hatiku hanya ada di kamu, Ploy. Kamu adalah kekasihku, sayang."

Layla menatap ke langit-langit kamar ia menyesali akan semua yang ia lakukan, ia memegang bibirnya menangis serta hatinya yang sangat sakit

"andai saja jika aku tidak menciumnya, aku telah melepaskan ciuman pertamaku dengan orang yang salah. Rasanya ingin bunuh diri saja." Layla menangis sesenggukan ia memeluk erat boneka Teddy Bear dikamarnya  hingga sang ibu mendatangi anaknya untuk mengajaknya bicara

"putriku sayang? Apakah ada seuatu yang salah?"

Layla segera menggelengkan kepalanya menolak terjadi sesuatu yang buruk ia terus menangis tidak ingin mengatakan apa yang telah terjadi antara dirinya dengan sahabat ibunya

"layla, pergilah makan malam dulu."

"tidak, aku tidak akan makan malam. Aku ingin langsung pergi tidur saja."

Rose semakin cemas dengan keadaan putri tunggalnya itu ia merasakan adanya kejanggalan, ia segera menghubungi Liana untuk bertanya mengenai sesuatu yang terjadi malam ini kepada anaknya, sepuluh panggilan tak terjawab membuat Rose menyerah dengan rasa penasarannya.

"ini sangat menyakitkan untukku." Layla menangis sesenggukan memeluk erat bone Teddy miliknya, hatinya yang sangat hancur karenanya cinta pertama.

Esok hari disambut oleh suara cerewet burung nuri yang hinggap di jendela kamar Layla mencoba untuk membangunkannya yang sedang tertidur sangat lelap 

"tidak bisakah kau untuk diam!!" kesal layla yang sama sekali tidak ingin bangun dari tempat tidurnya karena malas menyambut hari

"Layla, ayo pergi sarapan."

Layla melihat kelopak mata ibunya yang bengkak dengan matanya yang merah

"Ibu menangis?"tanya layla melihatnya membawa lauk pauk untuk mereka sarapan

"Layla, kamu ada surat dari Miss Liana, dia mengatakan hari ini tidak bisa mengajar."

Prang!! Suara sendok jatuh terlepas dari tangannya membuatnya tercengang 

"apa yang terjadi padanya?"

Rose memberikan sepucuk undangan berwarna pink dengan motif bunga cantik diatasnya

"apa ini, ibu?"

"cobalah untuk membukannya, kamu akan mengerti."

Layla yang tidak sempat meneruskan sarapannya ia lebih mengutamakan untuk melihat sebuah undangan yang hanya akan membawanya kepada duka

"acara pernikahan Liana dan Roy?"

Sepucuk undangan lepas dari tangannya, bibirnya gemetar sementara bola matanya menatap kosong penuh tanya didalam pikirannya yang tak dapat ia ucap satu persatu kalimat didalam pikirannya itu

"mengapa?" hanya kalimat mengapa yang dapat ia katakan karena sungguh sangat banyak kalimat ia ingin memaki, ingin teriak dan ingin menangis

Rose memegang tangan anaknya yang terasa dingin ia sangat paham jika anak tunggalnya itu sedang sangat sedih dan kecewa akibat laki-laki berengsek yang telah ia bawa datang kerumah "dia ingin kamu menghadiri pernikahannya, nak."

"bisakah ibu memberikan aku waktu untuk berpikir?"

Satu harian penuh Layla menghabiskan waktunya didalam kamar merenung dengan tatapan kosong 

"aku sama sekali tidak mengira jika orang yang benar-benar aku percaya telah menghianatiku."

"menangis tidak akan menyelesaikan masalah"

Sontak Layla menoleh melihat seorang wanita berdiri, wanita dengan rambut biru ia adalah Karen

"Karen?"

Hatinya yang sedang sangat rapuh segera berlari kedalam pelukan erat wanita lain berharap mampu mengobati hatinya yang terlanjur sakit.

Ditempat lain, seorang wanita dengan tubuh yang hanya tertutup surai putih meringis menangis memeluk erat jaket milik Liana ia adalah Ploy kekasihnya yang ditinggal menikah dengan orang lain

"bodoh, mengapa ka menorehkan luka paling dalam kepada wanita yang sangat mencintaimu."

Liana mengenggam erat tangan laki-laki disampingnya menatap ke langit dengan hati yang penuh resah

"apakah kamu ragu?"tanya Roy calon suaminya menatap calon istrinya yang sedang meresah

"tidak."jawabnya singkat