Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

The Nymphea: Di mana kebenaran terungkap

🇮🇩Hariati22
--
chs / week
--
NOT RATINGS
11.8k
Views
Synopsis
Siapa yang tidak pernah merasakan keraguan dalam hidupnya? Semua orang pasti pernah, bukan? Tapi, pernahkah terbayang di benakmu kalau kau meragukan dari mana sebenarnya dirimu berasal? Hal itu bermula ketika Alie bertemu dengan lima orang berpakaian aneh, memiliki kekuatan yang berbeda, mengaku dari planet lain dan tengah mengikuti sayembara yang diadakan oleh raja mereka untuk menemukan tanaman langka yang bisa menyembuhkan segala jenis penyakit. Saat itu bibi Alie, yang merawatnya sejak kecil tengah sakit. Muncul ide di kepala Alie untuk ikut bersama mereka mencari tanaman tersebut. Dari sanalah keraguan Alie muncul tentang siapa dia sebenarnya dan dari mana dia berasal. Apakah Alie berhasil menemukan jawabannya?
VIEW MORE

Chapter 1 - ledakan di gudang

Terdengar helaan napas dari seorang perempuan yang usianya genap delapan belas tahun bulan lalu.

"Tidak punya orangtua bukan masalah bagiku, Tuhan. Aku sudah bisa menerimanya dengan ikhlas. Tapi kumohon, jangan lagi ambil bibiku," ucap wanita itu dengan penuh harap.

Namanya Alie Safira atau akrab disapa Alie (dibaca Eli). Seperti yang disebutkannya tadi, Alie sudah tidak punya orangtua. Dia hidup bersama bibinya yang kini tengah mengidap leukimia dan tengah dirawat di rumah sakit. Soal uang, Alie tidak perlu mengkhawatirkan itu karena bibinya adalah salah satu orang terpandang di kota mereka. Tidak sekaya mereka yang tengah viral saat ini atau tidak sekaya sultan yang tampil di acara televisi. Namun, kalau untuk membiayai hidup tiga sampai empat generasi setelah Alie, harta bibinya masih cukup.

Alie baru saja pulang sekolah. Sopir pribadi bibinya yang menjemputnya tadi.

Sampai di kamar, Alie tidak bersemangat. Alie biasanya langsung menggantungkan tasnya di gantungan di sebelah tempat tidurnya dan mengganti seragamnya dengan baju rumahan, kali ini Alie merebahkan tubuhnya di tempat tidur.

Kamar Alie bernuansa ungu. Ya, gadis itu penyuka ungu. Mulai dari sprei, sarung bantal, gorden, bahkan sampai buku-buku kesayangannya yang berbaris rapi di rak pun disampul menggunakan kertas berwarna ungu. Kamar Alie luasnya 5x5 meter persegi. Cukup luas. Meja belajar di bawah jendela, Alie bisa melihat keadaan luar dengan jelas. Lemari besar terbuat dari kayu jati, tempat tidur yang super nyaman, dan terakhir, meja belajar yang terbuat dari bahan serupa seperti lemarinya.

Di perjalanan pulang tadi, sopir pribadi bibinya mengabari bahwa bibinya kembali dilarikan ke rumah sakit sepulangnya mengantarkan Alie ke sekolah. Alie tidak habis pikir. Kenapa dia tidak diberi kabar langsung?

"Ibu melarang saya, Non Alie. Ibu tidak mau membuat Non Alie khawatir. Tapi saya rasa Non Alie harus tahu, makanya saya beritahu sekarang." Begitu ujar Pak Darman, sopir pribadi bibi Alie yang usianya genap lima puluh tahun.

Bibi Alie memang selalu begitu. Dan itulah sifat yang tidak disukai Alie. Setiap kali bibinya dilarikan ke rumah sakit, bibinya selalu meminta untuk dirahasiakan. Padahal kalau Alie tahu, suasana hatinya tidak akan seburuk ini. Maksudnya rasa khawatirnya tidak perlu dicampur dengan rasa kesal karena sakit bibinya itu dirahasiakan. Wajar bukan kalau Alie seperti itu? Hanya bibinya yang dia punya.

Lima belas menit kemudian, Alie bangkit. Dia berencana untuk makan siang terlebih dahulu setelah itu dia akan pergi ke rumah sakit. Cepat-cepat Alie mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian rumah. Kaos ungu dan celana pendek sepaha berwarna krim. Kulit putih Alie yang bersih itu membuatnya cocok memakai apa saja.

Saat Alie bersiap untuk turun tangga, tiba-tiba terdengar suara ledakan. Alie menoleh ke kanan, dia mencoba mendengarkan dengan seksama dari mana suara ledakan tadi berasal.

"Dari gudang," gumamnya.

Rumah bibi Alie memiliki dua lantai. Kamar Alie ada di lantai dua. Alie berjalan perlahan mendekati gudang.

"Dasar bodoh!"

"Hei, kasar sekali kau menyebutku bodoh?!"

"Lantas sebutan apa lagi yang cocok untukmu wahai, Reewrintaru?"

"Sebut aku tampan."

"Sudah, sudah. Jangan buang waktu. Sebelum pemilik rumah ini datang, baik kau buka portal kembali ke dunia kita. Kita dalam bahaya sekarang."

Alie sudah sampai di depan pintu gudang. Dia bisa mendengar dengan jelas percakapan tiga orang di dalam sana. Jelas Alie merasa penasaran, siapa yang ada di dalam gudang rumah bibinya? Mereka bilang mereka harus segera pergi dari sana. Tidak boleh. Alie harus melihat siapa mereka terlebih dahulu. Tanpa perlu berhitung, Alie membuka pintu gudang.

Bukan tiga orang, ternyata ada lima orang di dalam gudang bibi Alie.

"Ss-siapa kalian?" Alie memasang kuda—kuda.

Lima orang di dalam gudang terdiri dari dua laki-laki dan tiga perempuan. Pakaian mereka terbilang aneh. Model kain yang mengkilap warnanya. Perempuan pertama, dia memakai pakaian yang bagian atas dadanya terbuka dan rok yang ukurannya sama seperti celana pendek yang Alie kenakan. Bajunya berwarna pink dan roknya berwarna hitam. Perpaduan yang sangat aneh bagi Alie. Rambutnya hitam mengkilap, panjang sebahu. Perempuan kedua memakai baju super ketat dan celana yang ketat juga. Warnanya hitam. Di bagian lehernya terikat selendang yang panjangnya seperti milik superman dengan warna serupa—merah. Rambutnya panjang sepinggang berwarna hitam mengkilap. Dia satu-satunya di antara mereka berlima yang memiliki bola mata biru. Perempuan terakhir memakai baju yang warnanya sama seperti warna air di lautan. Biru laut. Rambutnya pirang panjang sepinggang . Dia memiliki lesung pipi di wajahnya.

Sekarang yang laki-laki. Pakaiannya berwarna ungu. Bola mata mereka berdua coklat. Yang membedakan yang satu ada semacam sapu tangan merah yang terikat di lengan kanan dan yang satunya tidak ada. Laki-laki dengan pakaian berwarna ungu? Meski warna ungu adalah warna kesukaan Alie, entah mengapa dua laki-laki itu membuat Alie seketika tidak menyukai warna ungu lagi.

"Tenang, kami tidak akan menyakitimu. Kami hanya tersesat. Percayalah." Perempuan yang memakai pakaian berwarna mirip seperti air laut menjelaskan. Dia juga terlihat lebih tenang dari yang lainnya.

"Apa yang kalian lakukan di rumah bibiku?" Suara Alie masih sedikit bergetar.

Alie tidak bisa merasa aman begitu saja. Melihat pakaian mereka yang sangat berbeda dengan makhluk bumi pada biasanya membuat Alie merasa harus lebih waspada.

"Izinkan kami pergi. Kami tidak akan melukaimu."

"Enak saja! Kalian harus bereskan kekacauan yang kalian buat terlebih dahulu."

Perempuan itu melihat sekeliling. Barang-barang yang berada di dalam gudang semuanya berserakan. Kertas-kertas bertebaran di lantai. Sofa dan kursi yang sudah tidak dipakai tidak tersusun rapi. Meskipun status ruangan ini gudang, bibi Alie tidak membiarkannya berserakan. Gudang ini awalnya rapi sekali sebelum dibuat berantakan oleh mereka.

Mereka berlima saling tatap. Mereka tengah berdiskusi apakah mereka harus merapikan gudang itu atau tidak.

Perempuan yang berpakaian warna air laut mengangguk, memberikan komando bahwa mereka harus merapikan semuanya.

Perempuan berpakaian pink-hitam hendak menjentikkan jarinya, namun dicegah oleh perempuan berpakaian warna biru laut. Dia menggelengkan kepala.

Mereka segera merapikan barang-barang gudang yang berserakan. Dalam waktu satu jam, semuanya beres.

Alie juga ikut membantu.

Sekarang kelimanya tengah duduk lesehan dengan napas ngos-ngosan.

"Bisakah kau mengambilkan air untuk kami? Kami haus sekali."

Alie menggeleng. "Tidak. Kalian pasti akan kabur saat aku mengambilkan air. Kalau mau, salah satu dari kalian harus ikut denganku."

Perempuan berpakaian warna biru laut berdiri. "Ayo, aku ikut denganmu."

Alie jelas penasaran dengan identitas mereka berlima. Siapa pula mereka? Kenapa bisa ada di dalam gudang rumah bibinya secara tiba-tiba? Lalu, ledakan apa tadi? Kalau masuk lewat pintu tidak mungkin, karena Alie sudah mengunci pintu rumahnya tadi sebelum masuk ke dalam kamar. Itu sudah menjadi kebiasaan Alie.