Ada puluhan batang pohon yang berserakan dengan jarak masing-masing tiga meter. Tengahnya berlubang. Itu digunakan sebagai rumah bagi para kadal-kadal berjumbai raksasa. Tanaman-tanaman menjalar dan juga tanaman yang tidak Alie kenali. Berduri, berbunga, dan baunya tidak nyaman di hidung. Mereka berenam berdekatan, berdiri sejajar. Kadal dengan bola mata bergaris hitam mengeluarkan suara nyaring, membuat Alie dan yang lainnya meringis. Suara itu membuat telinga mereka terasa sedikit sakit.
Beberapa saat, satu persatu kadal keluar dari dalam batang pohon. Mata Alie dan timnya membulat sempurna. Bukan satu-dua kadal, melainkan puluhan. Ada puluhan kadal yang keluar dari dalam batang pohon yang teronggok di atas tanah. Kali ini ukurannya variatif. Ada yang panjang tubuhnya satu meter, dua meter, tiga meter, hingga sepuluh meter. Itu semua berdasarkan umur mereka. Semakin pendek artinya usia kadal masih muda.
Kadal dengan bola mata bergaris hitam menatap Alie. Alie balas menatap. Dia melangkahkan kakinya mengikuti kadal tersebut. Kadal berhenti di depan salah satu batang pohon. Kadal itu mengenduskan napas ke dalam batang pohon. Tiga kadal keluar dari dalam sana. Tidak seperti yang lain, tiga kadal itu dalam kondisi yang cukup memprihatinkan. Sekujur tubuh mereka terdapat luka sampai kulit bersisik mereka mengelupas, menampakkan bagian daging.
Alie jadi tahu alasan kenapa kadal-kadal tadi meminta mereka untuk naik ke atas punggung mereka.
Reerentare si pendiam tidak sanggup melihatnya. Begitu juga Reelindara dan Reentari.
"Mereka terluka," gumam Reentari.
"Mereka meminta bantuan kita untuk menyembuhkan teman-teman mereka. Mereka tahu kalau kita penyihir, tapi sayangnya tidak ada penyembuh bersama kita." sambung Reewrintara.
Benar, tidak ada penyembuh bersama mereka. Artinya membawa mereka berenam ke rumah kadal-kadal itu tidak ada gunanya. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
Alie berbicara dengan kadal berbola mata bergaris hitam.
Tiga menit, Alie bergabung bersama yang lainnya.
"Apa yang kadal itu katakan, Alie?" Reentari bertanya.
"Ada tim yang menyerang mereka. Tiga kadal itu adalah korbannya. Mereka meminta agar kita menyembuhkan mereka. Tapi setelah kuberitahu kalau tidak ada penyembuh di antara kita membuat mereka sedih."
Reelindara menghela napas pendek. "Lantas, apa yang harus kita lakukan?"
"Pergi. Apa lagi? Tidak ada gunanya kita di sini. Buang-buang waktu. Tim yang lain sudah jauh di sana dan kita masih tertinggal di sini," kata Reewrintaru ketus. Pemilik kekuatan portal pemindah ini memang kasar kalau berbicara. Begitu juga kembarannya. Suara mereka terdengar tinggi dan ketus.
"Kita harus menolong mereka, Reewrintaru. Kadal-kadal itu butuh bantuan. Luka di tubuh mereka cukup parah." Alie tidak setuju kalau mereka pergi begitu saja, meninggalkan kadal-kadal yang berharap agar disembuhkan.
"Kau saja yang sembuhkan. Biarkan kami melanjutkan perjalanan." Kali ini Reewrintara yang berkata. Sama ketusnya seperti Reewrintaru.
"Aku rasa Alie benar. Lihat, bahkan untuk berjalan saja kadal-kadal yang terluka itu tidak sanggup," gumam Reentari, membuat si Kembar menarik napas dalam. Apa yang baru saja ketua tim mereka katakan?
"Aku punya ide!"
Saat Alie berujar bahwa dia punya ide, yang menampilkan wajah tertarik hanya para perempuan. Tidak dengan si Kembar.
"Saat memasuki hutan tadi, aku melihat tanaman cocor bebek. Tanaman itu adalah salah satu tanaman yang bisa mengobati luka."
"Itu sudah terlalu jauh makhluk bumi!" Reewrintaru dan kembarannya jelas tidak menyukai ide itu. Itu benar-benar ide buruk. Mereka sudah cukup jauh masuk ke dalam hutan. Mereka harus kembali lagi ke sana? Hanya untuk menyelamatkan para kadal yang tadi nyaris memakan mereka? Tidak. Jelas si Kembar itu tidak akan setuju.
"Tapi kita harus menolong mereka. Apakah kau tidak melihatnya? Mereka kesakitan, Reewrintaru, Reewrintara!"
"Baik. Kalau itu maumu, silakan pergi sendiri. Jangan ajak kami untuk buang-buang waktu. Apa ini yang biasa makhluk bumi lakukan? Membuang-buang waktu?"
"Sudah, sudah." Reentari menengahi. "Tidak ada solusi lain, Alie?"
"Ada. Kita punya solusinya."
***
Kalau Reewrintaru dan Reewrintara tidak mau ikut, maka biarlah mereka tinggal bersama puluhan kadal-kadal berjumbai raksasa.
Ide Alie adalah kembali ke tempat di mana dia melihat tanaman cocor bebek, tapi bukan dengan berjalan kaki, melainkan menunggangi kadal berjumbai raksasa. Alie berbicara pada kadal dengan bola mata bergaris hitam. Kadal itu adalah ketua para kadal lainnya. Alie bisa membantu untuk menyembuhkan tiga kadal yang terluka dan meminta kerja sama dengan kadal tersebut untuk mengantarkan mereka ke tempat di mana Alie melihat tanaman cocor bebek, dan itu di dekat pemukiman penduduk. Awal masuk hutan.
Sedikit berisiko, namun mereka harus ke sana agar tiga kadal yang terluka bisa segera diobati.
Alie, Reentari, Reelindara, dan terakhir, Reerentare naik ke atas punggung kadal.
"Tunggu. Kami ikut," kata Reewrintaru. Matanya menatap tajam Alie. Tatapan tidak suka. Mereka berdua sebenarnya sangat malas dan seratus persen tidak setuju dengan ide Alie kembali ke perbatasan. Tapi apa boleh buat? Mereka tidak mau tinggal bersama puluhan kadal berjumbai raksasa.
Perjalanan yang sudah mereka tempuh kurang lebih lima jam dengan berjalan kaki. Kalian tahu berapa menit saja yang dibutuhkan untuk sampai ke perbatasan? Hanya sepersepuluh saja. Artinya lima jam perjalanan mereka tadi, cukup tiga puluh menit dengan menunggangi punggung kadal.
Itu kecepatan yang fantastis, bukan?
Alie dan yang lainnya sampai. Mereka turun dari punggung kadal.
"Tanaman ini bisa digunakan untuk menyembuhkan luka, Alie?" tanya Reentari. Dia tidak pernah tahu kalau tanaman liar hutan ini bisa dijadikan obat. Sejak kapan?
Alie menahan tawa. Bukan meledek, hanya saja Reentari jelas tidak tahu bahwa tanaman cocor bebek, yang mereka anggap tanaman liar di hutan bisa dijadikan obat. Mereka punya penyembuh dan jumlahnya masih memadai. Jadi mereka tidak perlu obat atau tanaman yang bisa dijadikan obat.
"Tanaman ini biasa dijadikan tanaman hias oleh penduduk bumi. Khususnya di Indonesia, tempatku berasal. Kalau di negera lain aku kurang tahu. Daun pada tanaman ini memiliki kandungan anti inflamasi dan antibakteri alami yang cocok sebagai pengganti antiseptik untuk menyembuhkan luka. Cara penggunaannya cukup simpel. Cukup ditumbuk hingga halus, beri sedikit air, lalu tempelkan pada luka."
Reentari mengangguk paham. Mereka pun mulai memetik daun tanaman cocor bebek tersebut.
Tidak selesai sampai di situ saja. Masih ada masalah. Kadal yang terluka adalah kadal dewasa yang panjang tubuhnya mencapai sepuluh meter. Artinya mereka butuh banyak daun untuk mengobati luka pada sekujur tubuh kadal tersebut. Masalahnya apa? Masalahnya mereka tidak tahu bagaimana cara membawa daun tanaman cocor bebek itu. Ukurannya lima kali lipat lebih besar ketimbang yang tumbuh di bumi.
Alie dan yang lainnya berpikir keras. Terkecuali dua laki-laki yang bahkan turun dari atas punggung kadal saja enggan. Mereka ikut kembali ke perbatasan bukan karena ingin, melainkan terpaksa. Mereka juga tidak setuju dengan ide Alie, bukan?