Chereads / The Nymphea: Di mana kebenaran terungkap / Chapter 13 - Menuju taman bunga matahari raksasa

Chapter 13 - Menuju taman bunga matahari raksasa

Setelah seharian penuh berada di dalam hutan yang tidak terkena sinar matahari, sekarang Alie dan rekan-rekan timnya bisa merasakan hangatnya cahaya mentari pagi menimpa kulit mereka. Alie tersenyum sambil menikmati energi cahaya matahari, membiarkan kulitnya menyerap sebanyak-banyaknya energi yang terpancar dari pusat tata surya mereka. Planet Reegunpo masih berada di galaxy bima sakti. Setidaknya itu yang Alie yakini sekarang karena dia belum bertanya pada Reentari soal itu.

Hanya dalam waktu lima menit saja, mereka keluar dari hutan pohon raksasa. Sekarang mereka berada di padang rumput setinggi betis orang dewasa. Lebih tepatnya hamparan padang rumput seluas mata memandang. Tidak ada tanaman lain selain rerumputan hijau di hadapan mereka.

Reentari memimpin di depan. Kadal yang dia tunggangi berhenti, membuat kadal yang lain otomatis berhenti.

"Kenapa, Reentari?" Reelindara bertanya.

"Jangan ada yang tertinggal. Fokus dan selalu waspada," imbau Reentari. "Kita ke utara."

Alie dan yang lainnya mengangguk. Kadal yang Reentari tunggangi mulai berlari. Yang lain mengikuti. Saat ini kadal berlari dalam kecepatan sedang. Mereka semua masih bisa menikmati pemandangan yang sebenarnya biasa saja. Tapi setidaknya pemandangan yang mereka saksikan saat ini berbeda daripada pemadangan di hutan pohon raksasa kemarin. Meski hanya rerumputan, efek sinar matahari tidak bisa diabaikan. Entah kenapa padang rumput seluas mata memandang, tempat mereka sekarang berada cukup memanjakan matanya. Pemadangan hijau seperti ini membuat mood terasa lebih baik. Juga menyegarkan pikiran.

Menunggangi kadal berjumbai raksasa ini cukup menyenangkan. Mereka tidak perlu berjalan kaki. Jelas ini lebih efisien. Perlu diingat bahwa waktu bagi mereka hanya sepekan saja sampai gerhana matahari jingga terjadi. Sedangkan untuk menuju puncak Triguna masih panjang perjalanannya. Berjalan kaki tidak akan membuat mereka sampai ke sana tepat waktu.

Tiba-tiba kadal yang Reentari tunggangi terjatuh, terguling, membuat Reentari jatuh. Kadal yang lainnya menyusul, membuat para penunggang ikut terjatuh.

Alie terguling beberapa meter.

Alie berusaha bangun. Tubuhnya terasa sakit.

"Kalian tidak apa-apa?" teriak Reentari. Kalian tahu, setelah terjatuh dari kadal, barulah mereka tahu bahwa rerumputan itu tidak setinggi orang dewasa, melainkan sedada mereka sekarang. Reentari berusaha menyibak rumput, mencari anggota timnya.

"Aku tidak apa-apa," balas Alie berteriak. Dia berusaha bangkit, meski tubuhnya terasa sakit.

Reerwintaru dan kembarannya tidak apa-apa. Juga Reerentare dan Reelindara.

Reewrintara merentangkan kedua tangannya. Seketika reremputan di sekitar mereka melemas, melesak masuk ke dalam tanah. Tinggi rumput yang semula sedada mereka, menjadi semata kaki. Mereka bisa saling melihat dengan jelas sekarang.

Reentari dan yang lainnya terkejut. Penyebab kenapa kadal mereka bisa terjatuh, sudah mereka lihat. Kaki kadal mereka dijerat akar pohon dari tanah. Akar pohon itu tidak berwarna coklat atau pun warna semestinya akar pohon, melainkan berwarna kuning. Itu kali pertama Alie melihat akar pohon berwarna kuning.

Kadal berusaha meronta melepaskan kaki mereka. Namun entah kenapa akar itu terlihat kokoh. Malah menarik mundur para kadal.

Reewrintara memejamkan matanya. Kedua tangannya bergerak ke sana kemari. Itu gerakan yang indah. Reewrintara berusaha mengambil kendali atas akar-akar berwarna kuning itu. Tidak bisa. Reewrintara sampai menggertakkan rahangnya, menahan tarikan akar-akar yang mengikat kaki para kadal berjumbai raksasa.

Satu menit, mata Reewrintara terbuka. Napasnya tersengal. Dia sudah tidak melakukan gerakan tangan lagi.

"Ada apa, Reewrintara?" tanya Alie.

"Sepertinya akar-akar pohon ini tidak terima kalau kita memasuki wilayah mereka," jawab Reewrintara. Dari nada bicaranya, mereka bisa merasakan perasaan yang tidak mengenakkan sekarang.

Sekarang adalah waktu yang tepat untuk memasang posisi bersiap.

Kadal-kadal berjumbai berusaha menggigit akar dengan tujuan agar akar yang menjerat kaki mereka terputus. Di luar dugaan, malah muncul dari dalam tanah akar pohon kuning lebih banyak, dan sekarang menjerat keempat kaki para kadal. Ukuran akar kuning itu seperti tali tambang yang paling besar—12 mm. Kadal-kadal itu berusaha keras memutuskan akar dari kaki mereka. Akar itu menjerat semakin kuat, membuat kadal meronta akibat merasakan sakit.

"Kalau terus dibiarkan kaki kadal akan terputus," ujar Alie khawatir. "Lakukan sesuatu, Reewrintara."

"Tidak ada yang bisa dilakukan, Alie. Apa kau tidak lihat aku sudah berusaha tadi?"

Reelindara dan Reerentare tidak tahu harus berbuat apa. Kekuatan api dan air mereka tidak bisa digunakan sekarang. Reentari tengah memikirkan jalan apa yang bisa mereka lakukan sekarang agar bisa membebaskan tunggangan mereka dari akar-akar itu.

Belum sempat mereka menemukan jalan keluar, tiba-tiba tanah yang mereka pijaki terasa bergetar. Getarannya tidak terlalu kuat, akan tetapi cukup bisa dirasakan. Seketika atmotfer berubah menjadi menegangkan. Mereka refleks membuat formasi melingkar, saling membelakangi. Para kadal yang tadinya berusaha menggigiti akar, menghentikan aktivitas mereka. Mereka juga merasakan adanya getaran.

Getaran terhenti.

Alie menelan ludahnya. Matanya menyapu sekitar. Tidak ada muncul apa pun. Keadaan seketika berubah lengang.

"Apa yang terjadi?" tanya Alie.

"Tetap waspada," imbau Reentari mengingatkan agar teman-temannya tidak lengah.

Terdengar suara dentuman. Satu kadal terlempar ke atas. Tepat di bawah kadal yang sedang melambung di udara, muncul sebuah tanaman yang membuat mata Alie dan rekan-rekannya membulat sempurna. Itu adalah tanaman Venus Flytrap raksasa. Ukurannya dua kali lebih besar dari kadal berjumbai raksasa. Alie menelan ludahnya. Warna hijau, bentuknya tidak berbeda dari yang pernah Alie lihat di bumi. Yang membedakan hanya ukurannya saja. Pinggir-pinggir daunnya berduri-duri, ukuran yang berlipat-lipat kali lebih besar dari yang tumbuh di bumi, membuat tanaman Venun Flytrap terlihat sangat menyeramkan. Tanaman Venus Flytrap itu membuka mulutnya, bersiap untuk menelan kadal berjumbai raksasa yang dalam sepersekian detik akan jatuh tepat di dalam mulutnya.

"Jangan biarkan tanaman itu memakan tunggangan kita," teriak Reentari.

Reewrintara mengangguk. Dia menyentuh tanah. Akar-akar pohon menjalar cepat mendekati mulut tanaman Venus Flytrap, meraih bagian kepala tanaman tersebut. Mulutnya tertutup, Reewrintaru menghantamkan kepala tanaman Venus Flytrap ke tanah dengan akar tanamannya. Mengeluarkan bunyi gedebam.

Sekarang giliran Reerentare. Dia melakukan gerakan tangan indah. Gelembung air besar tercipta. Kadal yang tadi terlempar ke udara, masuk ke dalam gelembung air Reerentare. Perlahan Reerentare menurunkan gelembung air yang sudah berisi kadal ke tanah. Plup. Gelembung air pecah. Kadal selamat.

"Pasang posisi!" teriak Reentari.

Lagi-lagi mata Alie dibuat membulat sempurna. Tanah yang mereka pijak bergetar kembali. Dengan anggun, muncul sepuluh tanaman Venus Flytrap secara bersamaan mengelilingi mereka. Mulut mereka terbuka lebar, siap untuk melahap mereka bulat-bulat. Ujung-ujung daun mereka yang berduri mengeluarkan lendir. Kental sekali. Lendir tersebut jatuh ke bawah. Sontak membuat bulu kuduk mereka berenam berdiri sempurna. Rumput yang terkena lendir dari tanaman Venus Flytrap langsung melepuh seketika.