Mereka berenam langsung membuat formasi melingkar, saling membelakangi. Satu sama lain saling mengawasi. Seketika atmosfer berubah menjadi menegangkan. Alie tidak tahu apa-apa, dia hanya mengikuti apa yang anggota regunya lakukan.
Mereka semua dalam posisi siap. Mata mereka berubah setajam elang sekarang.
Alie bisa merasakan dengan jelas bahwa tanah yang sekarang mereka pijaki terasa bergetar. Semakin lama getarannya semakin terasa. Jantung Alie berdegup lebih cepat. Dia menelan ludah. Apa yang harus Alie lakukan? Dia tidak punya kekuatan apa-apa. Bahkan skill paling dasar dalam bertarung pun dia tidak tahu.
Suara aneh terdengar. Suaranya terasa nyaring di telinga. Keringat di dahi Alie semakin banyak. Dia tidak bisa bohong bahwa saat ini dia merasa takut. Bulu kuduknya sudah berdiri semua.
Dengan anggun, muncul sebuah reptil raksasa yang membuat mata mereka berenam serempak membulat sempurna. Mulut mereka menganga. Reptil itu melangkah perlahan, muncul dari balik pohon raksasa. Itu adalah kadal berjumbai raksasa atau nama lainya soa berpayung dalam ukuran berkali-kali lebih besar dari yang pernah Alie lihat di tivi dan juga kebun binatang.
Ada lima ekor yang muncul. Panjang tubuh mereka sepuluh meter, terdiri dari dua pertiga bagiannya adalah ekor. Kulit bersisik licin dan berkilau dengan warna hitam mengkilap dilengkapi totol-totol emas di sekujur tubuh. Saat ini bagian dari kepala mereka yang bisa mengembang seperti payung masih dalam keadaan normal. Masih kuncup.
Alie sekali lagi menelan ludahnya. Apakah sekarang sudah waktunya pingsan?
"Sepertinya mereka mengira kita akan mengacaukan hutan ini," ujar Reewrintaru. Yang lainnya mengangguk, membenarkan. "Atau bisa jadi tim yang lewat duluan mengganggu ketenangan mereka. Kita harus apa sekarang?"
"Kita tunggu. Jangan ada yang menyerang sebelum mereka menyerang lebih dulu," Reentari memberi imbauan.
Tiba-tiba salah satu kadal menggerakkan ekornya, menaikkan ke udara, satu detik kadal itu bersiap untuk mengempaskan ekornya ke arah mereka berenam. Reentari bertindak. Dia mengentakkan kakinya ke tanah. Sepersekian detik, gundukan dari tanah muncul, bentuknya mirip rumah beruang kutup , melindungi mereka. Ekor kadal menghantap gundukan tanah milik Reentari. Bum! Bunyinya cukup untuk membuat jantung Alie seperti berhenti seketika. Itu pukulan yang cukup kuat. Mereka yang berada di dalam bisa merasakan getarannya dengan jelas. Juga serpihan tanah yang berjatuhan di kepala mereka.
"Kita lawan?" tanya Reelindara.
Reentari mengangguk. "Ingat, kita harus melindungi Alie."
Reentari berhitung. Satu, dua, tiga, dia mengentakkan kakinya ke tanah. Gundukan tanah masuk kembali ke dalam tanah. Reentari melompat tinggi, melayangkan pukulan berdentum di kepala salah satu kadal. Bukan sekali, melainkan bertubi-tubi membuat kadal itu menjerit kesakitan. Mulutnya yang terbuka lebar, menampakkan gigi-giginya, dan juga lidahnya yang berwarna merah mudah, membuat Alie merasa ngeri. Jangan lupakan payung di bagian kepala mereka yang telah mengembang sempurna. Kadal itu lebih mirip seperti hewan purba yang telah punah ketimbang reptil biasa.
Reelindara berlari, menjauh dari yang lainnya. Satu kadal mengikutinya. Jangan tanya bagaimana cepatnya kaki kadal itu. Mereka punya empat kaki. Dua kaki di bagian belakang lebih besar dari dua kaki di bagian depan. Untuk berlari, mereka akan mengangkat dua kaki depan, hanya mengandalkan dua kaki di bagian belakang. Namun, jangan tanyakan seberapa cepat kadal itu berlari. Kadal jenis ini adalah yang terbaik di darat, pohon, dan juga air. Tujuan Reelindara adalah menjaga jarak agar kadal itu tidak terlalu dekat dengan yang lainnya. Dia akan mencoba menghadapi kadal itu seorang diri.
"Baiklah. Kau yang mengajakku bermain," ujarnya. Dia sudah sangat siap.
Reelindara memasang posisi siap. Dari dua tangannya sudah memancar api.
Reelindara menghujamkan bola-bola api ke arah kadal itu. Satu-dua mengenai kepala dan tubuhnya dan sisanya berhasil dihindari dan sesekali ditangkis menggunakan ekornya.
Karena Reelindara pergi, mereka mengalami satu masalah. Jarak pandang. Jarak pandang mereka terhalang oleh gelap. Alie yang saat itu tidak bisa melihat dengan jelas ada di mana kadal berjumbai raksasa berada, tiba-tiba menjerit. Salah satu kadal berhasil menangkapnya, melilitnya dengan ekor. Kadal itu membuka mulutnya lebar. Lidah mereka tidak seperti lidah biawak atau komodo, bercabang dan berwarna hitam, lidah kadal-kadal itu terasa membara. Saat mulut mereka terbuka, Alie merasakan hawa panas.
Reentari yang mendengar teriakan Alie langsung melompat, meninggalkan kadal yang sedang dia lawan. Pukulan berdentum Reentari layangkan di kepala kadal yang melilit Alie. Kadal itu meringis. Reentari melompat ke kepala, kemudian turun di badan kadal yang melilit Alie. Pukulan berdentum bertubi-tubi Reentari pusatkan di bagian tulang belakang kadal tersebut. Kadal itu menggeleng-gelengkan kepalanya, menggerakkan tubuhnya, berusaha menjatuhkan Reentari dari atas sana. Tidak berhasil. Kuda-kuda Reentari cukup kuat.
Karena tidak tahan menahan sakitnya pukulan berdentum Reentari, tanpa sadar kadal tersebut melepaskan lilitannya di tubuh Alie. Alie terjatuh. Nyaris tubuhnya bersentuhan dengan tanah, tubuh Alie kembali dililit, namun bukan ekor kadal, melainkan akar tanaman. Itu Reewrintara. Dia menggunakan kekuatannya sekarang. Reewrintara menurunkan Alie dengan perlahan. Saat kaki Alie mendarat sempuran di tanah, akar pohon melepas lilitannya.
Tampaknya kadal ini tidak mau kalah. Mereka menggunakan senjata yang mereka punya juga. Kalian tahu, kadal berjumbai raksasa ini bisa menyemburkan api layaknya naga. Salah satu kadal membuka mulutnya. Keluar dari sana semburan api, mengarah ke Reerentare. Reerentare memejamkan matanya, sepersekian detik, dia mengarahkan kedua tangannya ke depan. Tameng air. Api kadal berjumbai bertemu dengan tameng air Reerentare.
Reerentare menahan kakinya sekuat mungkin. Api naga itu mendorong Reerentare perlahan. Urat di leher Reerentare sampai keluar, karena saking beratnya menahan api kadal berjumbai tersebut.
Reentari sudah selesai urusannya dengan kadal yang melilit Alie tadi. Kadal itu sudah tergeletak di tanah dengan tubuh yang naik turun, mengatur napas. Kadal itu sudah kehilangan staminanya karena pukulan berdentum Reentari yang bertubi-tubi.
Reentari mengentakkan kakinya ke tanah. Gedebam! Timbul dari bawah kadal berjumbai yang tengah menyemburkan api ke arah Reerentare gundukan tanah. Kadal itu terpental beberapa meter ke atas tanah. Reerentare terhuyung, hampir jatuh, Reewrintaru menangkap Reerentare.
Alie sedang bersandar di pohon sekarang. Dia menahan napas. Pertarungan yang terjadi di hadapannya sangat sengit. Tiga kadal sudah ditaklukkan. Dua oleh Reentari dan satu lagi sedang dililit akar pohon oleh Reewrintara. Satu yang tersisa tidak melakukan apa pun. Dia menatap Alie. Alie menelan ludahnya. Dia hendak pergi, namun tidak tahu mau ke mana.
"Tolong jaga, Alie. Kita harus membantu Reelindara," ujar Reentari pada Reewrintara yang dibalas anggukan.
Mereka berdua menyusul Reelindara. Bola-bola api tidak mempan. Semuanya bisa ditangkis.
Reewrintara memejamkan matanya. Akar pohon bermunculan dari dalam tanah, merambat dengan cepat mendekati kadal berjumbai raksasa. Saat akar-akar itu sudah berada tepat di bawah kadal, Reewrintara membuka matanya. Telapak tangan Reewrintara yang semula terbuka lebar, langsung menutup. Akar-akar tadi otomatis melilit tubuh kadal. Termasuk membungkam mulutnya dengan cara diikat. Lilitan akar di tangan kadal terus menguat, membuat kadal itu melemah.
Alie terus berusaha mundur ke belakang. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Dia sudah terpojok. Kadal berjumbai raksasa itu hanya tinggal beberapa meter saja dari Alie. Bahkan sekarang Alie bisa mendengar deru napasnya.
Kadal itu berjalan semakin dekat. Deru napasnya benar-benar sudah bisa Alie rasakan. Terasa panas.
Alie menutup matanya. Entah siapa yang menggerakkan, Alie tidak tahu. Tangan kanan Alie bergerak dengan sendirinya, perlahan, menyentuh kepala kadal berjumbai. Satu detik, cahaya muncul dari telapak tangan Alie, membuat keadaan mereka yang semula gelap, menjadi terlihat terang seakan cahaya matahari berhasil masuk ke dalam hutan.