Chapter 4 - Bantuan

"Maafkan kami, Alie," Reentari dibantu Reelindara mengangkat sofa yang menimpa kaki Alie.

"Apa ada yang sakit?" tanya Reentari setelah menjauhkan sofa dari kaki Alie.

"Ini salahmu, Reewrintaru!" Reelindara terlihat marah. Rahangnya bergetar. Samar-samar muncul percikan api dari kepalan tangannya.

"Hentikan. Ada hal yang lebih penting sekarang," bentak Reentari. "Lihat, kaki Alie lebam. Kita harus mengobatinya."

"Tapi pakai apa? Tidak ada penyembuh di sini," kata Reewrintara.

Reentari mencoba berpikir. Tak lama dia bertanya pada Alie, "apakah yang biasanya makhluk bumi lakukan kalau mengalami luka lebam?"

"Dikompres."

"Apa itu?" Reentari tidak mengerti.

"Kau pergi ke dapur, ambil wadah, isi air dingin yang ada di kulkas. Bawa kemari."

Reentari mengangguk. Dia segera pergi ke dapur dan kembali lagi dengan yang Alie pinta tadi. Alie kemudian meminjam sapu tangan yang terikat di lengan Reewrintaru. Awalnya Reewrintaru enggan, namun karena dipelototi oleh Reelindara, akhirnya dia menyerahkan sapu tangan yang terikat di lengannya.

"Celupkan ke dalam, lalu peras. Perlahan kau sapukan ke bagian kakiku yang lebam.

Reentari mengangguk lagi dan melakukan sesuai dengan yang Alie instruksikan.

Selama Reentari mengobati Alie, yang lainnya merapikan gudang. Jangan kira mereka merapikan gudang dengan hati yang damai. Reelindara masih merasa geram dengan Reewrintaru. Kalau bukan karena Reentari, mungkin mereka berdua sudah bertengkar sekarang.

"Aku kira kalian sudah pergi," ujar Alie. Luka lebamnya sudah selesai dikompres. Dia duduk bersandar di dinding. Barang-barang di gudang sudah rapi kembali seperti semula. Mereka berlima duduk di lantai gudang bersama dengan Alie.

"Kami tidak bisa kembali ke planet kami, Alie. Kami butuh bantuanmu."

"Bantuan? Bantuan apa yang bisa aku berikan pada kalian? Asal kalian tahu, aku ingin bertemu dengan kalian lagi karena aku juga ingin mencari tumbuhan Nymphea yang kau katakan kemarin," Alie mengutarakan keinginannya. Dia sudah berpikir soal itu dan tidak ada jalan lain. Demi bibinya, Alie harus mendapatkan tanaman Nymphea.

"Untuk apa? Aku rasa Raja tidak akan memberikannya, Alie. Seperti yang kukatakan kemarin, menurut legenda, tumbuhan itu hanya tumbuh satu setiap seribu tahun sekali. Yang dibutuhkan memang hanya satu kelopak bunganya saja, tapi pasti sisanya akan disimpan oleh Raja."

"Aku akan memintanya, Reentari. Meski nyawaku sebagai gantinya. Tapi, bantuan apa yang kalian butuhkan?" Alie menatap mereka berlima bergantian.

Alie penasaran. Meski sebenarnya dia belum yakin seratus persen, tapi kemarin saat sesi pengenalan diri, Reentari bilang mereka adalah penyihir, tapi bagaimana bisa penyihir malah meminta bantuan pada manusia biasa seperti Alie?

"Reewrintaru tidak bisa membuka portal kembali ke tempat kami berasal."

Reentari pun menceritakan bagaimana mereka bisa sampai di gudang bibi Alie. Reekturi, ketua salah satu tim yang juga ikut sayembara terlibat pertarungan dengan Reewrintaru. Pertarungan itu cukup sengit. Baik dari regu Reewrintaru dan regu Reekturi, tidak ada yang mau ikut campur. Mereka memilih untuk menjadi penonton saja. Setelah setengah jam, Reewrintaru kalah. Beberapa kali pukulan berdentum menghantamnya. Tidak ingin mati sia-sia, Reewrintaru pun menggunakan kekuatannya untuk membuka portal. Namun tidak sampai di situ, Reekturi mengerahkan kekuatannya untuk membuat pintu tujuan portal yang Reewrintaru buka bukan sesuai keinginannya, melainkan sesuai keinginan Reekturi. Dan itu adalah bumi.

Alie bingung harus bagaimana. Apakah dia harus percaya begitu saja?

"Lantas apa gunanya aku?"

"Mantra Reekturi hanya bekerja pada kami berlima. Dia mengunci agar kami tidak bisa kembali ke tempat asal kami, melanjutkan pencarian tanaman Nymphea. Nah, kau bilang tadi mau ikut bukan? Maka itu ide bagus. Jika kau ikut masuk ke dalam portal, maka kekuatan Reekturi tidak akan bekerja padamu. Kau bisa membawa kami pulang ke tempat asal kami dan melanjutkan pencarian tanaman Nymphea. Ini planet lain, kekuatan portal pemindah Reewrintaru masih bisa bekerja kalau hanya membawa kembali ke tempat asal kami."

Dengan Alie ikut, mereka bisa kembali ke tempat asal. Namun begitu tiba di Planet Reegunpo, kekuatan portal pemindah Reewrintaru tidak akan bekerja lagi sebelum Reekturi mencabut mantranya.

"Ayolah, Reentari. Harus aku katakan berapa kali? Idemu itu bukan solusi yang tepat untuk masalah kita." Reewrintaru tidak setuju.

Si kembar dan tiga perempuan terbagi menjadi dua kelompok. Tiga perempuan setuju pada ketua regu mereka, sedangkan si Kembar tidak. Mereka merasa bahwa mengajak Alie sama saja membahayakan mereka. Bagaimana kalau sampai penduduk Reegunpo tahu bahwa mereka membawa makhluk dari planet lain untuk sayembara ini?

Tapi mau bagaimana pun ceritanya, memang tidak ada jalan lain selain usulan Reentari. Mereka tidak akan bisa kembali ke tempat asal mereka karena Reekturi sudah mengunci mereka. Kekuatan yang dia miliki belum bisa ditandingi oleh Reewrintaru meski sama-sama penyihir dengan kekuatan membuka portal pemindah.

"Hanya ini satu-satunya jalan yang kita punya Reewintaru!" bentak Reelindara.

"Aku yakin masih ada jalan lain. Sekarang aku tanya, apa yang akan kita lakukan nanti saat mereka tahu kalau kita membawa makhluk dari planet lain?"

Reentari diam. Dia tidak punya jawaban atas itu. Reentari menganggap bahwa itu adalah konsekuensi pasti atas keputusan yang akan mereka ambil. Jika ingin kembali ke tempat asal mereka, maka harus ada yang dikorbankan.

"Itu bisa kita pikirkan nanti." Reentari memberi jawaban.

"Aku ikut kalian. Aku benar-benar butuh tanaman itu agar bibiku bisa sembuh," kata Alie mantap.

"K-kau …?" Reewrintaru tidak habis pikir. Bagaimana bisa Alie memutuskan dengan begitu mudah?

"Tunggu apa lagi, Reewrintaru? Kita harus bergegas. Kita sudah kehilangan satu hari."

Reewrintara mengusap punggung kembarannya. Support sistem yang bagus. Alie suka melihat itu. Saudara kembar yang bisa diandalkan. Saat yang satu tengah jengkel, yang satu menenangkan.

Mereka semua berdiri termasuk Alie. Alie sedikit meringis menahan sakit di pergelangan kakinya yang tertimpa sofa tadi. Sepertinya untuk beberapa hari ke depan dia tidak bisa berjalan dengan normal alias pincang.

Reewrintaru menarik napas dalam. Dia melakukan gerakan tangan yang sangat indah. Ini kali pertama Alie melihatnya. Setelah beberapa gerakan, tangan Reewrintaru dalam posisi seperti berdoa, kemudian sepersekian detik berikutnya, kedua telapa tangan itu terarah ke depan. Wush! Cahaya berwarna biru seukuran bola kasti muncul. Kesiur angin yang semula perlahan menjadi cukup kuat. Rambut mereka dibuat terbang, barang-barang di gudang kembali berserakan. Kertas-kertas dan barang-barang ringan berterbangan di udara. Cahaya biru yang kecil tadi sudah berubah menjadi besar. Diameternya dua meter. Bentuknya bulat sempurna. Samping-samping kelilingnya menyambar petir berwarna ungu, sama seperti pakaian Reewrintaru dan kembarannya.

"Masuk," titah Reewrintaru. Dia masih dalam posisi serupa.

Reentari yang pertama. Dia berjalan sambil menahan tubuh Alie. Kalau tidak karena dipegang Reentari, Alie mungkin sudah ikut terbang melayang karena saking kuatnya kesiur angin di dalam gudang itu. Selanjutnya Reelindara, disusul Reerentare dan Reewrintara. Dan terakhir, Reewrintaru melompat ke dalam lingkaran biru besar yang dia ciptakan sendiri. Wush! Portal biru besar dengan sambaran listrik menghilang. Mereka sudah tidak ada di gudang. Barang-barang di gudang kembali berserakan.

***

Wush!

Mereka sudah muncul kembali di planet Reegunpo. Tempat Reentari, Reelindara, Reerantare, Reewrintau, dan Reewrintara berasal.

Alie merasa perutnya seperti diobok-obok. Kepalanya pusing. Hitungan ketiga, dia muntah. Seluruh isi perutnya keluar. Reewrintaru yang melihat itu langsung merasa jijik. Reentari menepuk-tepuk perlahan pundak Alie, membantunya mengeluarkan semua isi perutnya agar cepat mendingan.