"TEMBAK DIA!"
Seorang siswa yang tengah duduk tenang di depan salah satu temannya pun tampak terkejut. Kedua matanya tampak mengerjap-ngerjap beberapa kali.
"Ma-maksud lo?" tanya siswa tersebut terdengar gugup.
"Lo suka sama dia dan dia juga ngerespon tindakan lo. Jadi, nggak ada alasan lagi buat lo untuk segera nembak cewek yang lo suka." kata gadis tersebut terdengar begitu yakin.
"Yang dibutuhkan cewek itu kepastian. Bukan hanya setiap hari mengumbar keromantisan," imbuhnya.
Mendengar penjelasan dari gadis yang duduk di hadapannya membuat cowok tersebut mengangguk paham.
"Oke. Gue terima saran dari lo," kata cowok tersebut.
"Sip! Gue tunggu kabar baiknya. Fighting!" seru gadis tersebut dengan terus mengulum senyum di wajahnya.
Siswa yang tadinya duduk di depannya pun tampak berdiri sembari membalas senyuman darinya. Tak lama setelah itu siswa laki-laki tadi segera berlalu pergi meninggalkan ruangan tempatnya berkonsultasi.
"Klien baru, Ca?" tanya seorang gadis yang terlihat barusaja memasuki ruangan.
Gadis yang barusaja dipanggil "Ca" itupun tampak mengangguk. Oh ya! Sepertinya kalian semua perlu tahu terlebih dahulu siapa lakon dalam cerita di sini.
Namanya Calandra Lyn. Dan kalian semua cukup memanggilnya dengan nama Caca. Seperti itulah kata Caca setiap kali memperkenalkan dirinya di hadapan semua orang.
"Ardi mau nembak cewek?" tanya Sandra yang merupakan salah satu teman dekat Caca.
"Dia naksir sama Tamara. Tapi gengsi mau nembak soalnya kan Tamara anaknya modis banget," jawab Caca.
"Tapi Tamara suka kan sama Ardi?" tanya Sandra lagi.
Caca mengangguk. "Tamara nggak bakalan nangis cuma gara-gara lihat Ardi pingsan kalo bukan karena alasan cinta."
"Bagus deh. Gue rasa kemampuan analisis lo soal cinta semakin mengalami peningkatan," kata Sandra yang tentu membuat Caca terkekeh.
"Sekali-kali lo pikirin asmara lo, Ca. Jangan cuma ngurusin asmara orang lain."
Caca kembali tersenyum. "Kalo lo emang temen gue, harusnya lo nggak perlu terus-terusan nyuruh gue buat ngurusin masalah yang nggak pengin gue urus."
Sandra tampak membuang napas kasar. Caca temannya tetaplah Caca yang Sandra kenal sejak dulu. Sekali pun Caca tidak pernah mau mengurusi perasaan cintanya pada seorang pria yang sampai sekarang belum juga tersampaikan.
Satu kata andalan Caca yang selalu dilontarkan di hadapan semua orang yang menyuruhnya pacaran dengan pria yang Caca sukai.
"Gue emang suka sama dia. Tapi, dengan melihat dia bahagia meski bersama perempuan lain udah cukup ngebuat gue ikut bahagia juga."
***