Chereads / About Is Love / Chapter 2 - BAGIAN 1 II LOVE IS BLIND

Chapter 2 - BAGIAN 1 II LOVE IS BLIND

"CACA! CACA! CACA!"

Mendengar seruan yang terdengar memanggil namanya pun membuat Caca menoleh. Begitu juga dengan Sandra dan Ariel yang berada di samping Caca juga ikut menolehkan kepala.

"Tamara?" sapa Caca saat melihat sosok Tamara yang berdiri di hadapannya.

"Buat lo," kata Tamara terlihat menyodorkan sebuah paperbag berwarna cokelat ke hadapan Caca.

"Buat gue?" tanya Caca yang kemudian diajawab anggukan kepala oleh Tamara.

"Diterima dulu, Ca" kata Tamara sembari menyerahkan paperbag yang ia bawa ke tangan Caca.

"Makanan?" tanya Caca lagi.

Tamara mengangguk mantap. "Gue tadi muter-muter nyari yang jualan pecel nggak nemu-nemu. Yang ada itu pecel punyanya nyokap lo. Kan aneh gitu kalo gue ngasih lo makanan dari hasil beli di warung nyokap lo,"

"Nah, akhirnya gue milih buat ngasih lo gado-gado buat gantinya pecel. Lo doyan gado-gado, kan?" tanya Tamaran.

Sesaat Caca tampak terdiam sembari menolah ke arah kedua temannya secara bergantian. Mencoba mencerna ucapan dari Tamara yang terdengar begitu cepat.

"Gue suka semua makanan kok," kata Caca pelan.

"Alhamdulillah. Berarti ini gue ngasih gado-gado bakalan lo makan kan, Ca?" tanya Tamara memastikan.

Caca tampak mengangguk pelan. "Lo ngasih gue--"

"Kemarin Ardi nembak gue," potong Tamara sebelum Caca selesai berbicara.

"Serius, Tam? Ardi beneran nembak lo?" tanya Caca penasaran.

"Iyaa. Dan Ardi bilang dia bisa berani buat ngungkapin perasaannya ke gue itu karena denger saran dari lo," kata Tamara.

"Wahhh! Lo sama Ardi jadi pasangan ke sepuluh yang berhasil dicomblangin sama Caca. Keren-keren!" seru Ariel terdengar begitu heboh.

"Dikasih saran apa si Ardi sampai berani nembak lo, Tam?" tanya Ariel.

"Gue nggak tau dan juga enggak kepo. Denger Ardi berani nembak gue aja udah buat gue seneng banget," jawab Tamara terlihat menunjukkan cengirannya.

"Harusnya pertanyaan lo itu lo tanyain sama Ardi," kata Sandra tampak melirik ke arah Ariel.

"Yeee. Kan mungkin aja Tamara tau gitu alasan Ardi mau—"

"Makanya lo punya pacar dulu biar tau apa yang Tamara rasakan pas denger orang yang disukai nembak dia," saut Sandra sangat jelas memotong ucapan Ariel.

"Kadang cinta itu nggak butuh alasan, Riel" kata Caca pelan.

"Btw, makasih banget ya Tam buat makanannya. Gue doain kalian berdua langgeng sampai jadi nini kaki deh," ujar Caca membuat Tamara mau tak mau tersenyum.

"Kalo gitu gue pamit mau latihan cheers dulu ya, Ca. Sekali lagi makasih banget buat sarannya!" pamit Tamara kemudian segera berlalu dari hadapan Caca.

Sepeninggalan Tamara, Caca tampak membuka gado-gado pemberian dari Tamara. Ia gunakan sendok yang ada di dalam bingkisan tersebut untuk mencicipi gado-gado yang ia terima.

"Harusnya lo itu pasang tarif, Ca. Kalo lo cuma diem-diem gini, bisa-bisa semua orang bakalan ngasih lo pecel doang tiap kali lo berhasil comblangin mereka. Rugi lah, Ca" tutur Ariel merasa keberatan jika Caca hanya mendapa bayaran pecel di setiap hasil kerja kerasnya mencomblangkan teman-teman sekolah.

"Apanya yang rugi, Riel? Gue cuma ngasih saran cowok-cowok buat ngungkapin perasaan mereka ke cewek yang disukainya. Lagian juga gue nggak ada rasa sama klien-klien gue. Jadi ya nggak ada yang namanya rugi lah." kata Caca kemudian menyantap gado-gado yang ia pegang.

Kali ini Caca sudah mengubah posisi berdirinya menjadi duduk di bangku yang berada di depan kelas Bahasa. Hal tersebut tentu diikuti juga oleh Sandra dan juga Ariel.

"Lo baru ngerasa rugi kalo Xavier yang jadi klien lo?" tanya Sandra yang berhasil membuat Caca menghentikan aktivitas makannya.

"Udah diem deh si Caca kalo bahas soal Xavier. Berasa jadi orang paling goblok kalo udah denger nama Xavier tuh," kata Ariel tampak menggelengkan kepalanya.

"Gue itu suka heran sama cara mikirnya Caca. Kenapa juga lo harus suka sama cowok galak kayak Xavier, padahal masih banyak cowok lain diluaran sana."

"Terus juga ngapain lo pura-pura jadi anak tukang pecel, padahal sebenarnya lo itu anak orang kaya. Kenapa coba?" heran Ariel merasa tidak masuk akal dengan tindakan Caca.

"Semua orang punya alasan tersendiri buat nentuin jalan hidupnya, Riel" kata Sandra mewakili jawaban dari semua pertanyaan Ariel untuk Caca.

"Lo juga aneh kok, San. Dikejar-kejar sama cowok ganteng bin tajir melintir kayak Romeo juga lo tolak. Berasa nggak waras semua deh temen gue," cerosos Ariel panjang lebar.

"Gue kan emang nggak suka sama Romeo," kata Sandra.

"Dan lo tetep masih suka sama Xavier?" tanya Ariel tampak menolehkan wajahnya ke hadapan Caca.

"Kalo gue udah nggak suka sama Xavier, udah pasti gue nerima semua perasaan cowok yang nembak gue," jawab Caca kesal sambil meneruskan kembali menyantap makanannya.

"Xavier emang ganteng sih. Pinter, kaya, jago basket juga. Mirip banget deh sama cowok-cowok yang ada di novel online yang sering gue baca. Dan jelas nggak heran banget kalo banyak cewek yang suka sama Xavier," tutur Ariel.

"Paling cuma gue doang yang nggak respect sama tampangnya Xavier."

"Cinta mati lo kan cuma sama Noah doang," timpal Sandra membuat Ariel menyengir tanpa dosa.

"Xavier masih suka sama Reva?" tanya Caca yang kemudian membuat Ariel dan juga Sandra menoleh.

"Masih suka banget," jawab Sandra.

"Dilihat dari sikap Xavier ke Reva aja udah bisa ditebak kalo Xavier masih suka sama Reva," kata Ariel ikut menjawab pertanyaan Caca.

Mendengar jawaban dari kedua temannya membuat Caca tampak menghela napas panjang.

"Sukanya sama Reva terus. Sama gue-nya kapan coba?" tanya Caca tampak menyedihkan.

"Kalo emang jodoh, pasti bakalan datang kok. Lo tau sendiri kan berita dan kabar kalo lo suka sama Xavier itu udah tersebar luas seantero sekolah. Bakalan dibantu doa sama mereka-mereka kok, Ca" ujar Ariel berusaha menghibur Caca.

"Iya, Ca. Kalau pun Xavier bukan jodoh lo juga masih banyak kok cowok lain yang mau sama lo," kata Sandra ikut menanggapi ucapan Ariel.

Berita jika Caca menyukai Xavier memang sudah menjadi rahasia umum. Hanya karena kecerobohan Caca saat upacara membuat semua orang mengetahui hal memalukan tersebut.

"Xavier pasti udah risih sama gue," kata Caca pelan.

"Kejadian itu udah lama kok, Ca. Gue yakin Xavier juga udah lupa," kata Sandra.

"Betul tuh. Udah deh lo nggak usah terus-terus nyalahin diri lo sendiri," timpal Ariel.

Caca mengangguk pelan. Ia kembali menormalkan perasaannya yang sempat goyah. Tidak perlu waktu lama bagi Caca untuk bisa kembali tersenyum.

Caca memang menyukai Xavier. Dan Xavier tidak menyukai Caca. Meskipun begitu, Caca akan tetap menyukai Xavier meski Xavier tidak akan pernah menyukainya.

***

25082020 (03.23 PM)