Chereads / About Is Love / Chapter 3 - BAGIAN 2 II LOVE IS BLIND

Chapter 3 - BAGIAN 2 II LOVE IS BLIND

"XAVIER!!!!"

"GILAK! XAVIER GANTENG BANGET HARI INI!"

"KERINGETAN GITU JADI TAMBAH KEREN!"

"MELEYOT AKU LIHATNYA!"

"NOAH! NOAH! JADI PACAR AKU DONG!"

"NOAH JANGAN CUEK-CUEK DONG SAMA CEWEK!"

"ROMEO KAPAN KETEMU SAMA JULIET-NYA!"

"SAMA AKU AJA ROMEO!!!"

Teriakan-teriakan heboh tersebut terdengar begitu menggema. Memenuhi seisi lapangan basket yang penuh dengan penonton yang duduk di tribun.

"Tau bakal kayak gini, gue lebih milih lahir dengan tampang pas-pasan aja." kata Romeo sembari mengelap keringat di wajahnya dengan handuk.

"Tampang kayak gini aja nggak laku, apalagi mau pake tampang pas-pasan?" sindir Noah terdengar begitu menyakitkan.

Namun bagi Romeo, ucapan-ucapan menyakitkan yang keluar dari mulut Noah justru membuat Romeo merasa tenang. Noah dengan sikap cuek dan mulut pedasnya adalah definisi Noah dengan keadaan sehat wal afiat.

"Gue itu bukannya nggak laku. Cuma mau komitmen sama satu cewek aja," kata Romeo santai.

"Sandra itu udah jelas nggak suka sama lo. Masih juga lo perjuangin," kata Noah tersenyum sinis.

"Biarin sih. Lagian juga nggak cuma gue kok yang tetep memperjuangkan orang yang jelas nggak suka sama gue," ujar Romeo.

"Siapa?"

"Apanya?"

"Orang yang goblok kayak lo."

"Caca." jawab Romeo membuat Noah mengernyit.

"Lo tau Caca, kan? Itu cewek juga cinta mati sama Xavier dan terus memperjuangkan Xavier. Padahal Caca tau kalo Xavier itu cuma suka sama Reva," tutur Romeo terdengar begitu lantang.

"Caca itu nggak bisa disamakan sama lo," kata Noah.

"Kenapa nggak bisa?" tanya Romeo.

"Cara lo sama sama Caca buat memperjuangkan cinta itu beda," kata Noah membuat Romeo menaikkan sebelah alisnya.

"Caca lebih memilih buat diam dan tetap fokus sama sekolah. Dia punya tujuan buat nunjukin ke semua orang kalo dia tetap bisa bahagia dan berhasil mencapai cita-cita tanpa harus didampingi dengan cinta."

"Harusnya lo itu sadar. Kejar dulu cita-cita lo, baru habis itu lo kejar cinta lo." tutur Noah menutup ceramahnya dengan satu quotes yang membuat Romeo mengangguk.

"Sebenernya ya, gue itu suka heran sama Si Xavier," kata Romeo.

"Heran kenapa?"

"Caca itu cantik, baik, pinter, sayang sama semua orang juga. Perfect banget deh buat dijadiin pacar," ujar Romeo.

"Terus?" tanya Noah.

"Bisa-bisanya Xavier nolak cinta suci dari Caca dan lebih milih buat merjuangin Reva yang udah jelas nggak dapat restu dari orangtuanya. Aneh kan?" tanya Romeo pada Noah.

"Kenapa Xavier nggak suka sama Caca aja sih?"

"Tanya kayak gitu sama Xavier langsung. Bukan sama gue," kata Noah.

"Oh iya. Jadi kenapa lo nggak suka—" ucapan Romeo terhenti saat ia sadar kalau Xavier sudah tidak lagi berada di sampingnya.

"Ngapel terus deh Si Xavier," kata Romeo saat menemukan keberadaan Xavier yang tengah mengobrol dengan seorang gadis yang duduk di tribun.

Siapa lagi kalau bukan dengan Reva. Apapun keadannya, dan sedang dengan siapapun, serta entah dalam keadaan apapun. Xavier akan tetap memprioritaskan diri untuk bisa menemui Reva.

"Udah makan?" tanya Xavier lembut pada seorang gadis yang duduk di hadapannya.

"Duduk dulu," pinta Reva sembari menepuk pelan bangku kosong di sampingnya.

Xavier langsung duduk di tempat yang Reva suruh. Saat itu juga Reva mengambil alih handuk yang tersampir di pundak Xavier.

"Jangan terlalu keras latihannya. Nanti kamu bisa sakit dan nggak jadi ikut lomba," kata Reva lembut sembari terus mengelap pelan sisa-sisa keringat di wajah Xavier.

Xavier tampak mengulum senyuman di wajah tampan miliknya. Tidak ada hal lain yang paling membahagiakan selain bisa melihat wajah orang yang sangat dicintainya.

"Jangan ngelihatin aku terus, Xav" kata Reva saat menyadari jika Xavier terus-menerus menatapnya.

"Kenapa? Kamu grogi? Atau nggak suka kalo aku lihatin?" tanya Xavier dengan tatapan lurus ke arah wajah cantik Reva.

"Malu tau dilihatin banyak orang," jawab Reva mengingat jika sekarang mereka masih berada di lapangan yang penuh sekali dengan penonton.

"Nggak papa, Rev. Biar aja semua orang tau kalo aku ini suka sama kamu. Dan kamu itu cuma milik aku. Jadi, nggak ada cowok lain yang boleh ngedeketin kamu," kata Xavier terdengar begitu possesif.

"Kita itu nggak pacaran—"

"Otw pacaran, Rev" kata Xavier yang sengaja memotong ucapan Reva.

"Aku bakal buktiin kalo aku bisa ngebuat kamu jadi pacar aku," imbuhnya.

Reva tentu tersenyum dan merasa bahagia mendengar apa yang barusaja dikatakan oleh Xavier.

"Jangan lupa minta restu sama orangtua kamu," kata Reva yang justru membuat Xavier membuang napas kasar.

"Cukup kamu nerima cinta dari aku aja, Rev. Urusan Mama biar aku urus belakangan."

Reva menggeleng cepat. "Restu dari orangtua nomer satu, Xavier. Hubungan kita nggak bakal berkah kalo tanpa restu dari orangtua,"

Wajah Xavier tampak berubah lesu saat harus mengingat jika ia butuh restu dari orangtuanya untuk menjalin hubungan dengan seorang wanita.

Xavier Anggara Putra. Cucu dari pemilik yayasan tempat dimana Xavier sekarang bersekolah.

Tumbuh dari seorang pengusaha kaya raya membuat Xavier mendapat banyak sekali aturan dan tuntutan dari keluarga. Termasuk salah satunya dalam hal mencari pasangan.

Tiana--yang tak lain adalah ibu kandung Xavier memiliki kriteria yang cukup tinggi dalam memilih wanita untuk dipasangkan dengan Xavier.

Reva yang notabenenya adalah seorang yatim piatu yang hanya tinggal panti asuhan tentu tidak masuk dalam kriteria Tiana. Beberapa waktu lalu saat Xavier membawa pulang Reva, sambutan yang Tiana berikan pada Reva terdengar begitu menusuk.

"Mama tidak akan setuju kamu pacaran sama gadis murahan seperti dia!"

Seperti itulah kiranya respon Tiana saat mengetahui jika putranya menyukai gadis yang tidak termasuk dalam kriterianya. Jelas yang Tiana inginkan adalah sosok gadis yang memiliki derajat yang sama dengan keluarganya.

"Coba bicarakan baik-baik sama orangtua kamu. Jangan pernah ngerasa sendirian juga. Ada aku yang bakal selalu ada di sisi kamu," kata Reva lembut.

Mendengar perkataan dari Reva berhasil meluluhkan hati Xavier. Pria dingin dan kasar semacam Xavier hanya bisa bersikap manis dan baik dengan orang tertentu saja. Salah satunya ialah saat ia tengah bersama wanita yang begitu ia cinta.

Reva Alviona.

***

25082020 (04.39 PM)