Kukuruyuk ...
Suara Ayam jantan berkokok dari segala penjuru arah kian memecah kesunyian di pagi hari. Embun masih berkabut tebal serta udara dingin terasa menusuk tulang.
"Nah, mau kemana kau bang?" Gracia bertanya pada suaminya yang tengah bersibuk ria di ruang gudang belakang.
"Mancing" suaminya bernama Farid Godibha.
"Masih sepetang ini mau pergi mancing? Jalan kesana masih licin loh bang" Bukan maksud Gracia mencegah suaminya pergi tanpa alasan melainkan ingat pada malam harinya desa itu usai di guyur hujan.
"Aeh cerewet kali kau punya mulut. BOSAN AKU KAU MASAK KANGKUNG MELULU!"
"Nah, ngapa pula kau lagi-lagi bilang begini sih bang, apa kau gak mikir berapa kali dalam sebulan kau kasih aku duit? Masih mending aku bisa masak kangkung buat kau makan!" Balas Gracia seraya membenarkan nyala api dari kayu bakar.
____
Mereka berdua (Farid dan Gracia) adalah pasangan suami istri muda, saat ini sesama usia 25 tahun. Awal mereka menikah masih sangat muda atau bisa dibilang remaja, yakni 17 tahun!
Tidak ada akibat jika tidak ada sebab. Mereka menikah di usia yang masih sangat bocah dikarenakan kepergok saat sedang melakukan hal tak senonoh di ladang jagung milik warga, sesuai hukum yang berlaku di daerah itu yang masih menggunakan mode kuno berupa di arak keliling kampung dalam keadaan telanjang, barulah kemudian dinikahkan.
Gracia seorang anak yatim piatu sedari usia 5 tahun kemudian di asuh oleh adik mendiang ayahnya (paman)
Kesibukan keluarga sang paman (termasuk istrinya paman) mencari nafkah sehingga kurang memperhatikan pergaulan keponakannya. Berujung Gracia tumbuh menjadi seorang gadis Liar, nakal dan gemar keluyuran malam bersama banyak teman yang dominan laki-laki dari kalangan berandalan. Dan, salahsatu anak brandalan itu adalah Farid Godhiba.
Farid sesama anak yatim piatu yang tidak memiliki asal-usul jelas, tinggal di panti asuhan berlokasi di desa yang berbeda dari Gracia. Sedari kecil sifat dan karakternya sangat bandel dan nakal sehingga tidak ada orangtua yang mau mengasuhnya sampai dia tumbuh besar. Lantas begitu tumbuh besar dia bergaulnya dengan para anak brandalan yang gemarnya nongkrong, mabuk serta pecandu zat Narkotika hingga dia pun akhirnya terjerumus didalamnya.
Tak dipungkiri sebagai pecandu Narkoba tindak kriminal Farid turut serta melakukannya berupa mencuri, mencopet di tempat keramaian, maupun tindak kriminal lainnya yang merugikan banyak orang hanya demi mendapatkan barang haram itu.
___
Selepas kalimat terucap tentang bagaimana selama ini Farid memberi uang dari mulut Gracia, si Farid tidak lagi menjawabnya, melankan berjalan keluar melalui pintu belakang membawa gagang pancing di tangannya hendak menuju sungai.
Sungai yang di tuju terletak di belakang rumah berjarak kurang lebih 150 meter. Debit air di pagi ini cukup tinggi, tetapi tidak mempengaruhi kejernihannya. Setelah sang mentari mulai menyinari bumi, Gracia jua pergi menuju sungai hendak mencuci pakaian.
"Sudah dapat ikan banyak belum kau bang?!" Gracia basa-basi menyuarakan kata lantang saat baru tiba di sungai sana.
Farid lantas memberikan kode padanya supaya jangan berisik "Sstttt!" Bahkan, ekpresinya tampak kesal membuat Gracia senyum-senyum melihat gelagatnya.
Tiga puluh menit sudah berlalu, di sungai itu biasanya ramai di pakai oleh warga untuk beraktifitas berupa mencuci pakaian, mandi maupun hal lainnya tetapi pagi ini suasana tidak tampak seperti biasanya, mungkin akibat hujan semalam, sangat tidak nyaman jika beraktifitas dengan air deras.
Semasih keduanya fokus terhadap apa yang sedang masing-masing lakukan, tiba-tiba ada sesuatu yang membuat keduanya penasaran.
"Eh bang, it-itu ... yang ngapung itu apaan ya bang?" Semasih Gracia berkata si Farid sudah lebih dulu melihatnya, dia lekas pergi sejenak ke dalam belukar mencari sesuatu untuk dijadikan alat meraih benda yang mengapung di sungai itu.
Lantas ...
"Ya Tuhan!" Gracia membelalak begitu benda yang mengapung di sungai dengan ciri-ciri berbahan plastik berwarna biru itu didalamnya terdapat seorang bayi.
"Bayi?" Farid jua tak kalah terkejutnya.
Gracia lantas membopong bayi mungil itu dari wadah, kondisinya sangat memprihatinkan tampak pucat pasi hanya beralaskan selimut kecil berwarna kuning.
Begitu bayi telah dibopongnya tampaklah sebuah sobekan kertas kecil berisikan sebuah tulisan.
"Eh, apaan tu bang"
Farid lekas mengambil kertas itu kemudian dibacanya perlahan.
(Siapapun yang menemukan bayi ini silahkan anda rawat, terima kasih) begitulah kalimat isi tulisan didalam kertas tersebut.
"Ya ampun ..."
"Sepertinya Bayi di buang ini" duga Farid
Gracia lantas memeluk sang jabang bayi erat-erat, memberikan kehangatan dari tubuhnya untuk si bayi. "Bayi ini ... masih hidup bang"
"Kemarikan sini, taruh lagi bayi itu ke tempat ini"
"Apa maksud kau bang?"
"Aku gak mau kita terlibat masalah yang bukan urusan kita, kembalikan saja bayi ini ke sungai."
"Apa kau bilang? Bayi ini masih hidup loh bang, Kau tengoklah kondisi dia Kasiahan dia bang, dimana naluri manusia mu!"
"Aeh, banyak pula kau bacot. Apa urusan kita dia mati atau hidup? Aku yakin dia bayi haram yang di buang! Lalu ... apa pula maksud kau mencegahku, jangan bilang kau mikir mau ..." Belum tuntas kalimat yang Farid kemukakan Gracia lantas mengatakan "Mungkin ini Takdir Tuhan untuk kita menyelamatkan bayi ini dari maut bang"
Semasih di percakapan itu, terdapat suatu cahaya yang memantul ke mata Farid dari arah dada sang bayi. Dia perhatikan perlahan cahaya apa itu.
Lantas ...
"Wahhh" Farid hendak langsung meraihnya, secara sigap Gracia mencegahnya "Tunggu dulu bang"
Gracia memegang benda itu yakni sebuah liontin dari kalung emas, ciri-cirinya berbentuk kotak seukuran jempol orang dewasa yang dapat di buka.
Lantas ...