Chereads / Dia, Saudaraku! / Chapter 6 - Episode 6

Chapter 6 - Episode 6

Kehadiran Abisatya bersama Anak istrinya berkunjung ke rumah Farid hendak membicarakan soal pendidikan Nathan bahkan berkata ingin menyekolahkannya.

Awal pertama Farid diam seribu bahasa saat perbincangan masih berlangsung. Sejujurnya dia sangat muak dengan tawaran itu. Namun, keadaan ini tidak mampu di pungkiri lantaran tak mungkin menolak kebaikan orang yang hendak membiyayai Nathan sekolah, sementara dia sendiri sangat sayang mengeluarkan uang untuk Nathan.

Akhirnya Farid menyetujuinya. Nathan pun bersekolah di sekolahan yang sama dengan anak-nya Abisatya bernama Vincent dan berteman baik dengannya.

Abisatya juga tak luput memberikan Fasilitas belajar di rumahnya untuk Nathan dan Vincent les privat menjadikan Nathan sering pulang ke rumah Farid saat sudah sore. Menumbuhkan kekesalan pada diri Farid lantaran banyak pekerjaan rumah terbengkalai yang biasanya di kerjakan oleh Nathan sejak Gracia pergi ke luar Negri.

Awalnya Farid coba membiarkan semua itu berlangsung dalam rentang waktu tiga tahun. Lantas, ternyata Nathan mendapat peringkat paling tinggi di sekolah, serta selalu terpilih menjadi kandidat utama lomba cerdas cermat dari kecamatan, kebupaten hingga nyaris menuju propinsi. Sedangkan Juanda anak kandung Farid dan Gracia sendiri yang sekolah di beda sekolahan dari Nathan malah mendapat peringkat nomor dua terendah di kelasnya (alias sangat bodoh)

Sebagai orangtua yang membesarkan anak seharusnya bangga memiliki anak yang cerdas serta sangat sopan seperti Nathan, tetapi tidak berlaku oleh orangtua semacam Farid Godibha ini. Dia semakin membenci Nathan lalu meminta pada Abisatya untuk tidak lagi memberikan Nathan les dengan alasan sedemikin rupa serta mendoktrin Nathan agar tidak lagi berteman dengan Vincent.

Nathan tercipta memiliki hati yang baik, pendiam dan sangat penurut, tentu saja ia turuti semua yang Farid perintahkan.

"Ayo Nath ke rumahku hari ini aku ultah loh Nath, ada acara pesta di rumah. Kamu temani aku ya? ada banyak anak-anak papaku yang dari jauh dateng, aku mau kenalin kamu sama mereka, aku mau bilang ke mereka kalo kamu adik kandungku, kamu mau kan Nath?"

"Maaf Vin, aku gak suka dengan orang yang suka bohong" tolak Nathan secara halus tetapi jelas, meski tidak bisa menjelaskan pada dia kalau apa yang ia lakukan adalah perintah Farid semata.

"Maksudmu apa Nath? Kamu gak suka sama aku karna aku mau bilang begitu ke mereka? Itu kan gak bohong Nath, kamu beneran adikku kata mamaku"

"Tapi bukan adik kandung seperti yang akan kamu bilang ke mereka nanti." Nathan menjawab dengan ciri Khasnya beserta tatapan matanya yang penuh misteri membuat orang lain salah persepsi.

"Oke! Kalo emang itu mau kamu! Kalo gak mau jadi sodaraku, kamu sekarang jadi musuhku Nath! Gak sudi aku datang ke rumah jelek ini lagi dan jangan sekali-kali kamu datang lagi ke rumahku. AKU BENCI KAMU SELAMANYA NATHAN!" Vincent memiliki sifat yang angkuh, jalan pikir sempit dan sangat keras kepala sementara Nathan tidak mampu menjelaskan padanya.

Salah persepsi diantara mereka berlarut-larut sampai mereka semua sudah tumbuh remaja berusia 17 Tahun.

___

Ya! Sekarang generasi itu sudah berusia 17 tahun!

Nathan Meshach Ferdinand (M.F) sekarang sudah tumbuh menjadi seorang pemuda remaja pemilik paras yang sempurna, tampan, berkarisma, postur badan tinggi semampai, kulit putih cerah khas asia timur. Sangat tidak sepadan dengan umumnya anak-anak muda disana lantaran Nathan berdarah blasteran.

Aura wajahnya dapat menyesuaikan keadaan. Yakni, saat dia sedang memakai seragam sekolah masih terlihat layaknya anak-anak remaja, tapi jika dia sedang memakai busana lain, banyak yang tidak habis kira dia masih seorang anak remaja (Alias terlihat sudah dewasa)

Kecerdasan yang Nathan miliki di atas rata-rata serta disiplin, selalu berhasil meraih prestasi tinggi di sekolah yang menjadikan banyak gadis terpesona akannya dan membuat iri para kaum adam termasuk Vincent salahsatunya.

Meski demikian banyaknya gadis yang terpesona dan kagum hanyalah sebatas terpesona saja lantaran tidak ada satu gadispun yang berani mengutarakan rasa kagum ataupun suka, dikarenakan dari sifat dan sikap yang dimiliki Nathan sangat dingin bagaikan salju kutub utara.

Satu-satunya sahabat yang Nathan miliki dan dapat mengerti karakter pendiamnya hanyalah Zatra Yudas si anak-nya pak Yudas, yakni tetangga yang rumahnya berjarak tiga rumah dari deretan rumah Farid.

Sejak Nathan mulai tumbuh remaja dan sekarang sudah menempuh pendidikan di SMA kelas XII, Gracia memang pernah pulang selama dua kali, tetapi sekarang masih berada di luar Negri.

Nathan sekarang tinggal di dua tempat, yakni asrama sekolah dan juga rumah. Di asrama ia satu kamar dengan Zatra bahkan satu kelas dengannya meskipun Nathan lebih sering pulang kerumah menuruti perintah Farid.

Sedangkan Juanda anak Kandung Farid dan Gracia selisih usia hanya rentang bulan saja dengan Nathan menempuh pendidikan di sekolahan yang sama dengan Nathan tetapi beda kelas dan juga berbeda pula ruang kamar asrama.

___

# Jum'at

Pagi hari pukul 06:30

"Nath buruan, keburu telat nih" Zatra memanggil dari jendela, semasih Nathan sedang memakai seragam sekolah.

Nathan mempercepat geraknya tanpa menjawab. Keadaan rumah saat ini kosong.

"Kok sepi? Ayah lo dah berangkat Nath?" Zatra mengulang perkataan terlihat tidak sabar melihat Nathan terlalu lamban. Meski sebetulnya bukan lamban melainkan Nathan anak yang teliti.

"Iya, Ayah sudah berangkat kerja"

Zatra pun buru-buru masuk melalui pintu belakang lanjut masuk kedalam kamarnya.

"Udah ayo buruan ... lama amat sik, Kagak usah dandan segala ngapa kayak cewek lo!" celoteh Zatra.

"Cih," Sekedar Nathan lirik saja sambil menata ATK kedalam tas-nya.

"Buruan ayok ..." Zatra pun langsung menarik tangannya sampai akhirnya Nathan tidak memperhatikan buku apa yang masuk kedalam tas.

___

"Nath, bay the way ada sesuatu yang mo gua ngomongin ke elo, tapi ... kagak jadi-jadi dari kemaren, hehehe" Ucap Zatra semasih mereka jalan bersama menuju ke jalan lintas utama menunggu angkutan pedesaan yang melintas hendak mereka naiki menuju ke arah sekolahan.

Bahasa yang digunakan oleh para kaum muda pada daerah itu memang sama seperti bahasa gaul khas Ibu kota, kecuali Nathan selalu menggunakan bahasa yang baik dan sopan dengan siapapun.

"Apa Tra?" - Nathan

"Itu Achava nanyain lo terus ke gua, minta nomor WA lo juga tau"

"Achava?" Nathan berucap seraya netra melihat ke kanan dan ke kiri (menunggu mobil angkot)

"Iya Achava cewek ter Top di sekolahan. Kayaknya dia naksir elo deh, Nath"

Nathan tidak meresponnya, tetapi Zatra terus berbicara "Gua bilang apa adanya ke dia kalo lo gak punya hape, jadi ... dia minta nomor WA gua buat nanyain elo Nath"

Nathan lagi-lagi tidak menggubrisnya lantaran tahu seperti apa Gadis itu.

"Nih anaknya barusan chat lagi nanyain elo"

Zatra melihat Nathan masih tidak merespon, akhirnya menepuk pundak dia.

Plugh!

"Oi Nath!"

"Ya?"

"Ah elah ... gua kayak lagi ngomong ama tembok. Lo denger gua ngemeng kagak sik"

"Iya aku dengar" Nathan menjawab tetapi langsung mengalihkan perhatian "Itu mobilnya sudah datang Tra, Ayo kita naik keburu telat."

Zatra pun akhirnya buang napas kasar "Hufff! Dasar Monster Antartika lo Nath!" Sambil memasukkan gawainya kedalam saku.

____

Sebelum mereka berdua masuk kedalam angkutan pedesaan itu, Nathan melihat ada seorang gadis berseragam sekolah sedang menaiki sepeda dari suatu arah menuju sekolahan disertai beberapa rombongan siswa berseragam sama menggunakan sepeda motor di samping dia.

"Hey cewek mata empat, kalo jalan pakek mata lima sekalian aja lo Huu!!! Huuu!!" suara Khas ejekan dari mulut para siswa bermotor itu tampak jelas terdengar sedang mengejek siswi bersepeda itu.

"Eh, apaan si tu?" Zatra pun menyadarinya.

Nathan masih diam saja dan malahan tidak jadi naik kedalam mobil sampai mobil itu akhirnya jalan lagi.

Braak!

Terdengar siswi itu jatuh dari sepeda, cepat-cepat Nathan lari ke arah sana.

"Nath, wei Nathan! Itu mobil udah jalan, lo mau kemana oi Nathan!" Zatra berseru sembari mengejar ke arah Nathan.

Nathan langsung bantu mengangkat sepeda yang menimpa kaki si Gadis sembari berkata pelan "Kamu tidak apa-apa?"

Gadis itu diam nan menunduk malu, dia memang gadis pemalu dan terkenal kurang pergaulan bernama Neyla Diara.

Semasih Gadis itu berdiri, terdengar suara bising motor yang di gas-gas kencang oleh para segerombolan siswa tadi. Begitu Nathan melirik ke sana ternyata itulah Vincent and the gank.

Ya, Vincent di sekolahan sekarang menjadi ketua Gank yang terkenal berandalan dan gemar merisak para siswa-siswi tak pandang bulu.

"Kita lanjut jalan saja kawan, enegh' perut gua liat anak orang miskin yang sok jadi pahlawan kesiangan ini." Celetuk Vincent melirik sinis pada Nathan, bersama teman sekelompoknya terdiri dari Zadav, Farel, Tian dan Kiel.

Brumm ... Brummm ...!

Nathan tidak menggubris apa kata Vincent yang sudah berlalu pergi itu, berlanjut ia membantu membenarkan rantai sepeda yang lepas milik si gadis.

"Ja-jangan Nath ... Ta-tangan kamu jadi kotor" gadis itu merasa sungkan, seringkali Nathan membantunya seperti ini.

"Ini sudah selesai kok. Pakailah dan Hati-hati" Nathan menampilkan senyuman yang membuat Gadis itu semakin malu. "Te-terima kasih ya Nathan"

Nathan sebatas mengangguk, kemudian menoleh Zatra di sebelahnya yang mulutnya komat-kamit sejak Vincent pergi dari sana. "Dasar anak orang kaya songong tuh si Vincent, banci pula!"

"Sudah Tra, sebaiknya mari kita jalan" - Nathan

"Haihh gegara si kupret sialan, kita ketinggalan mobil jadinya kan Nath, huh!" Zatra masih menggerutu.

Nathan sudah tidak memikirkan lagi ulah Vincent tadi malah tersenyum melihat ekspresi Zatra yang lucu baginya itu "Kamu masih punya dua kaki bukan?"

"Gendong gua Nath, pegel kaki gua tu ... uchh ... beneran nanti fatah loch, yah yah yah gendong aku yah ..." kebiasaan Zatra bertingkah selalu seperti ini sembari merangkul pundak Nathan dari belakang.

"Singkirkan tanganmu, Tra!"

"Gak mau, pokoknya aku gendong!"

"Macam sanak Lunik niku" (Seperti anak kecil kau) Nathan pun menyingkirkan paksa tangan si Zatra

Sett!

"Oit, kejam kali lo Nath, di sentuh dikit aja pelit amat, kayak cewek perawan takut robek lo" Zatra pun terus-menerus menggodanya.

"Ckh, Gak jelas!"

"Budu' makanya gendong gua dunk ..."

Nathan pun langsung lari.

"Oih sialan! Oi Nath, Tungguin guaaa!!!"

Akhirnya keduanya sesama lari kejar-kejaran menuju ke sekolahan.