Ada sebuah mobil menepi tepat tak jauh dari keberadaan Nathan. Melihat sesuatu yang mencurigakan hendak dilakukan anak muda disana, sang pengemudi mobil itu bergegas keluar dan cepat-cepat mendekat, kemudian menarik langsung pundak Nathan.
"Hentikan anak muda!" Ucap orang itu
Lamunan Nathan tercabik, menoleh langsung ke arah orang tersebut.
Dia seorang lelaki dewasa tampak usia kurang lebih 47 tahun, berparas tampan masih terlihat sangat muda mengenakkan kemeja biru dan celana hitam.
Nathan berpaling wajah lagi tidak pedulikan orang itu, kemudian orang itupun memegang langsung tangannya
"Lepaskan tangan saya, Pak!" Nathan menghempaskan tangan orang itu bergegas melanjutkan aksinya hendak menyeburkan diri ke Sungai. Dengan sigap orang itupun meraih kembali tangan Nathan lalu melemparkan tubuh Nathan agar menjauh dari pagar pembatas jembatan.
Dia kebablasan saat melemparnya, sampai Nathan menabrak badan mobilnya cukup kuat
Bruugh!
Nathan pun langsung jatuh posisi jongkok dan menundukan kepala.
"Astaga" orang itu merasa bersalah atas ketidaksengajaannya "Maafkan saya, Nak"
Nathan pun perlahan menegakkan kepalanya dan memandang orang itu.
Lalu ...
"Loh, kamu Nick?" Ekspresi wajah orang itu nampak terkejut seakan mengenali Nathan.
Sedangkan Nathan langsung mengangkat satu tangannya. "Berhenti!" sebagai lambang tidak ingin orang itu mendekat.
"Nicko, apa yang terjadi padamu, dan … kenapa kamu bisa berada disini?"
Orang itu bernama lengkap Nenden Midalius biasa di panggil pak Lius/Li, penuh yakin bahwa anak muda yang berada dihadapannya itu bernama Nickolas Meshach Ferdinand, putra tunggal dari sahabat terbaiknya bernama Kendrick Regan Ferdinand.
"Kamu kenapa Nick dan apa yang mau lakukan tadi?"
Nathan tidak menjawab, tetapi cara tatapan matanya sungguh dapat dimengerti oleh Lius.
"Nicko, apapun masalahmu bisa kamu ceritakan sama Om! Jangan bertindak seperti ini Nick" Lius benar-benar bingung, kenapa Nickolas bisa berada di daerah sana dalam posisi memprihatinkan seperti itu?
"Saya tidak mengerti maksud anda" Nathan perlahan berdiri, kemudian beranjak menyebrang jalan berniat hendak menyeburkan diri ke sisi sebrang jembatan itu.
"Nicko, hei Nickolas!" Lius tidak mempedulikan Nathan yang berkata bukan Nickolas lantaran fisik Nathan benar-benar sama persis dengan Nickolas nyaris susah di bedakan.
Lius kembali mendekat.
Sementara Nathan terus beranjak hendak menyebrang jalan enggan di gapai orang yang tidak dikenalinya itu.
Dia menyebrang jalan sangat buru-buru hingga tidak memperhatikan langkahnya maupun menoleh kanan dan kiri. Tanpa disadarinya ada sebuah mobil dari arah timur sedang melaju dengan kecepatan penuh.
"Nicko, Nickolas awas!" Teriak Lius membelalak, lebih dulu menyadari ada mobil melaju kencang dari arah kejauhan.
Sementara sang pengemudi didalam mobil itu tidak bisa mengendalikan rem dengan Sempurna,
Lantas ….
Ciiiiiiiiittt!
Nathan pun akhirnya tertabrak Mobil itu sampai terpental tinggi ke atas mobil tersebut.
Brak!
Darah Nathan pun muncrat membanjiri kaca depan mobil, kemudian jatuh nan terguling sejauh 15 Meter berakhir kepala menatap trotoar jembatan.
"TIDAK!!! NICKOLASSS!" Lius bergegas lari menuju ke arah Nathan, pertama-tama hendak menghentikan Mobil yang menabraknya tadi (Meminta pertanggung jawaban) Tetapi, sang pengemudi mobil itu langsung tancap gas dalam kecepatan penuh pergi dari sana (Kabur)
"Hei, tunggu Woi!" Teriak Lius, tetapi dia lebih Fokus terhadap Nathan daripada Mobil itu, langsung mendekati Nathan yang kini tengkurap.
"Nicko, Nickolas!" Panggilnya meraih langsung lengan Nathan untuk melihat wajahnya. Setelah sudah melihat parasnya membuatnya membelalak "Ya ampun Nick, Nicko, Nickolas!"
Betapa Tidak? karena kini Wajah Nathan tertutup lumuran darah yang keluar dari kepalanya sekaligus luka lebam akibat penganiayaan yang dia alami sebelumnya, sangatlah memprihatinkan.
Lius langsung memeluk Nathan lantaran Nathan yang dia kira Nickolas ini memang dia anggap sebagai putra kandungnya sendiri meskipun tidak ada ikatan darah samasekali dengan pemuda yang bernama Nickolas!
___
Saat ini, suasana pada lokasi jembatan memang ramai kendaraan melintas, tetapi tiada satupun insan yang berhenti melihat kejadian tabrak lari itu, lantaran mitos yang diyakini dan berkembang di masyarakat, kejadian seperti ini (Kecelakaan) memang kerap kali terjadi.
Apabila ada yang melihat/menyaksikan kecelakaan yang terjadi disana, maka kejadian itu akan segera menimpa dia berikutnya (Yang menyaksikan)
Kebetulan saat detik itu, menit itu, jam itu, banyaknya kendaraan yang melintas adalah para pengendara yang sudah paham tentang 'Mitos' tersebut. Alhasil wajar saja tiada satupun orang yang berhenti menyaksikan kejadian yang menimpa Nathan ini.
Sungguh Lius bingung dengan kehidupan sosial para masyarakat di daerah itu, betapa minimnya angka sosial terhadap sesama manusia disana, setiap kali ia menoleh ke arah pengendara yang melintas, baik jenis roda dua maupun roda empat, selalu memalingkan wajah/menutup kaca mobilnya.
Meski demikian, Lius tidak ingin buang-buang waktu lantaran tak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan terhadap Nathan, lekas membopong tubuh Nathan kemudian dimasukkannya kedalam kendaraan.
Sesudah Nathan ia masukkan dalam kendaraan, tancap gas dalam kecepatan penuh hendak mencari lokasi rumah sakit terdekat.
____
Kini sudah memasuki waktu kurang lebih pukul 19:00 waktu setempat.
Sudah beberapa kilometer dia berkendara, tidak melihat ada rumah sakit, yang ada hanyalah terbentang luas areal tanaman industri jenis tebu lantaran daerah itu memang daerah yang terkenal akan hasil gula pasir terbesar dan terbaik di negri ini, bahkan PT penghasil gula pasir berkualitas itupun sudah di akui oleh mancanegara.
Penerangan sangatlah minim, membuat Lius bimbang bahkan berkali-kali melihat Nathan melalui kaca spion, serta tidak henti-hentinya berdo'a didalam hati.
'Bapa di Sorga yang maha baik, Tolonglah anak ini Tuhan, jangan biarkan hal buruk terjadi padanya'
Tak lama kemudian, dia melihat ada sebuah klinik terpampang jelas di ujung jalan itu, membuatnya lega segera ia menuju kesana.
Kebetulan suasana klinik Sepi, sehingga Dokter dapat segera menangani Nathan.
Begitu Nathan usai di tangani, Dokter berbincang sejenak dengan Lius.
"Bagaimana keadaan anak saya dok?" Tanya Lius, cemas.
"Pak, sebaiknya anak anda segera di rujuk ke rumah sakit besar, klinik kami tidak sanggup menangani yang anak anda alami, pak" Keluh Dokter lantaran fasilitas di klinik tersebut tidak memadai.
"Baik Dokter, tapi anak saya baik-baik saja kan dok?" Tanya Lius, sembari menghela napas perlahan coba menenangkan diri sendiri.
"Akibat benturan keras pada bagian kepala anak bapak, dia mengalami pendarahan hebat di area kepala pak, sehingga kemampuan mengingat sangat nihil pak, dan juga ..." Sebelum dokter tuntas berkata-kata, Lius tampak syok hingga menyuarakan kata cukup lantang.
"Apa! jadi ... jadi maksud Dokter anak saya amnesia?"
"Benar Pak," Dokter amat menyayangkan ekspresinya tampak sedih, apalagi Lius.
"Ya Tuhan ... kenapa semua ini terjadi," Lirih Lius teramat menyesali mengingat kejadian di jembatan tadi dia merasa sangat bersalah.
'Andai Om tadi bisa sedikit lebih cepat memegang tanganmu Nicko, mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini'
"Sebaiknya, bapak segera membawanya pak, karena yang dikawatirkan nyawa anak bapak tidak bisa di tolong akibat luka memar dan lebam yang beliau alami pak." Jelas sang Dokter lantaran mendapati luka-luka selain dari 'Kecelakaan' Tadi amat memprihatinkan.
"Baik Dokter," jawab Lius singkat, tidak begitu memperhatikan penjelasan lebih dari Dokter lantaran sudah Syok.
Selesai berbincang, Lius membawa Nathan kembali kedalam kendaraan dalam posisi Nathan sudah di Infus menuju ke rumah sakit.