Setelah tiba di jam istirahat Nathan masih berdiam diri dikelas sembari membaca buku.
"Nath, keluar yuk ke kantin" Zatra mengajak posisi dia juga belum keluar kelas usai merumpi dengan teman-teman lain.
"Kamu sendirian saja Tra" Tolak Nathan. Tetapi Zatra langsung memegang tangannya kemudian menariknya "Ayok akh, pokoknya temenin gua, gua mau ngeluarin jurus."
"Cih"
"Gak nanya gitu jurus apa?" - Zatra
"..."
"Jurus ngutang"- Zatra
"Dasar kerja'anmu" - Nathan
"Hehe, Come on men ..."
Semasih keduanya berjalan di koridor, Nathan berkata "Kamu duluan saja Tra"
"Lah, terus lo mau kemana?"
"Toilet sebentar" Pungkas Nathan langsung melangkah berbeda arah.
Melewati sebuah ruang kosong yang memang lama kosong tidak di pakai berlokasi di ujung lantai bawah-dekat dengan taman belakang serta tidak terjangkau kamera pengawas terdengar suara kegaduhan kecil. Penasaran, segera ia tengok kesana.
Bersembunyi di balik dinding, ternyata kegaduhan kecil itu bersumber dari aksi perisakan terhadap salahsatu siswa dari kelas lain yang sedang dilakukan oleh Vincent and the gank.
Awalnya Nathan tak peduli nan enggan berurusan dengan Vincent hendak langsung pergi darisana, namun ...
"Eegghh" Suara khas rintihan seperti leher sedang di cekik membuat Nathan benar-benar ngilu mendengarnya. Pikiran tidak singkron dengan hati tak mampu ia menahan diri, langsung masuk ke ruangan sana dan menarik tangan Vincent agar melepaskan cekikannya dari leher siswa itu
"Hentikan Vin!"
Tentu saja semua kelompok Vincent terkejut melihat kedatangannya, sedangkan Vincent sendiri senyum-seringai "Wow lihatlah siapa yang datang kawan, si bisu miskin yang sok jadi pahlawan kesiangan rupanya"
Nathan tak peduli apa kata dia, langsung mendekat-meraih tangan siswa yang di risak itu "Apa kamu baik-baik saja?"
Semasih Nathan melakukan itu, semua teman Vincent geram hendak langsung memukul Nathan, tapi dihentikan oleh Vincent sendiri melalui kode tangan "Tahan kawan"
Setelahnya Nathan langsung membawa Siswa itu keluar tanpa berkata apa-apa dan dibiarkan oleh Vincent, membuat semua teman kelompoknya bertanya-tanya
"Vin, vin, kok lo diem aja sih? Tuh anak kurang ajar banget ikut campur urusan kita" tanda heran seheran-herannya.
"Betul tuh Vin kok lo biarin aja sih!" Lainnya menyahut.
"Sttt ... diamlah gak usah banyak bacot kalian. Tunggu tiba saatnya kalian akan lihat sendiri apa yang mau gua lakuin ke anak bisu miskin itu, sekarang biarin aja dia pergi."
"Wokeh ..."
___
Nathan langsung membawa siswa itu ke ruang UKS.
"Makasih banyak ya Nathan" Siswa itu bernama Deril diketahui cukup menonjol prihal kepintaran di kelas XII IPA 3.
Nathan mengangguk sembari membantu petugas UKS yang hendak membersihkan darah di sudut bibir siswa itu.
"Nathan,"
"Ya?"
"Kamu gak papa emangnya ngelakuin tadi?" Deril mengkhawatiran Nathan yang pastinya akan berurusan dengan siswa perisak semacam Vincent apalagi dia tahu kalau Nathan satu kelas dengan rombongan Vincent.
Nathan sebatas menggelengkan kepala diiringi senyum saja. Sikap misterius yang dimiliki Nathan ini sulit di tebak oleh siapapun bahkan dia tidak mau bertanya sedikitpun ada masalah apa Deril dengan Vincent hingga terjadi seperti tadi.
Dan malahan ... "Aku tinggal dulu ya" langsung berpamitan.
"Nath, tunggu bentar" Deril memanggil lagi saat Nathan sudah berjalan sampai di ambang pintu. "Ya, ada apa Ril?"
"Anu ... sekali lagi makasih ya Nath. Kalo boleh aku bilangin kamu sekarang lebih hati-hati lagi ya, karna Vincent ..." Belum tuntas Deril berkata Nathan sudah mengangguk dan senyum "Aku mau pergi ke toilet dulu"
"Emm ... baiklah" Akhirnya Deril tidak jadi mengatakan ada konflik apa yang terjadi dengan Vincent tadi beserta suatu pesan untuknya.
___
Lantas berlalu, begitu Nathan selesai urusan pribadinya di toilet, segera datang ke kantin untuk menemui Zatra, tetapi saat tiba disana Zatra malah tidak terlihat akhirnya memilih untuk kembali saja kedalam kelas.
Sembari menunggu jam istirahat selesai ia menggunakan waktunya untuk membaca-baca buku selain untuk menambah wawasan dalam diri meningkatkan prestasi, ia memang gemar membaca lantaran hobi.
Sampai tiba saatnya jam istirahat selesai, siswa-siswi beriringan masuk kedalam kelas, Zatra langsung duduk diam di kursinya tanpa berkata apa-apa.
Melihat itu Nathan tahu mungkin si Zatra sedang tidak mood, lagipula bukan Nathan namanya kalau dia akan bertanya mengapa dan ada apa pada perubahan ekspresi Zatra.
Sementara dari sisi lainnya ada Vincent yang sedang memperhatikan tindak-tanduk Nathan tanpa Nathan tahu jika sedang dilihat dia.
Lantas ... kegiatan literasi sesi ke dua pun di mulai saat guru sudah memasuki ruang kelas.
____
Teet ... Teet ... Teet ...
Suara bel sekolah terdengar nyaring di telinga pertanda kegiatan literasi telah usai.
"Yeah, akhirnya dunia yang membosankan ini selesai juga hahaha" tawa lepas khas Zatra ekpresinya kembali ceria berbanding balik dari beberapa menit yang lalu, menutup buku dan pena kemudian melirik bangku di sebelahnya "Ya gak Nath?"
Sebatas dibalas lirikan nan senyum tipis saja oleh Nathan.
"Kuy, cabut" Zatra cepat-cepat berdiri nan mengajaknya, Nathan jua segera berdiri kemudian mereka jalan bersama-sama menuju pintu keluar.
"Eh Nath, btw besok weekend sepupu gua yang dari Ibu kota mau kesini, gua mo ajak dia maen disini, gak papa kan?"
Nathan sekedar mengangguk.
"Lalu malam ni Lo mau balik ke rumah lagi apa di asrama bareng?"
"Aku usahakan di asrama" Singkat Nathan.
"Lalu, itu Nath, eh ... tadi gua mau ngomong apa'an yak, lupa hehe" Zatra garuk-garuk kepala tampak konyol.
"Cih,"
Seperti biasa, Zatra sahabat satu-satunya yang tumbuh besar bersama Nathan sekaligus satu-satunya sahabat yang dimiliki banyak mengajaknya berbincang, tetapi hanya satu ataupun dua kalimat saja yang di jawab oleh Nathan.
Sesudah sama-sama keluar dari kelas nan jalan beberapa langkah, Zatra menoleh "Oi Nath, elah ... daritadi cuma iya, iya aja jawabnya sue bener lo!"
Lagi-lagi Nathan hanya sebatas senyum melihat kecerewetan sang sahabatnya itu.
"Lalu ... lo mau kemana? jalan ke asrama kan ke sono ... kenapa lo malah jalan kesana?" Zatra menelunjuk ke arah yang di maksud.
"Kamu ke asrama dulu saja Tra, nanti aku menyusul." Singkat Nathan langsung berbalik badan.
"Aeh Serah lo lah" Zatra masih berdiri di tempat yang sama-melihat Nathan yang sedang berjalan pergi itu.
"Oihh ... Nathan, Nathan, heran gua dari kecil gak pernah berubah mulut lo tuh kayak ada lem korea-nya, huffff ..." Zatra bergumam sejenak, kemudian melangkah menuju asrama.
___
Sementara di posisi Nathan, tak lama berselang tiba di tempat tujuan yang ia tuju yakni perpustakaan. Pada jam pulang sekolah seperti ini tentunya sudah mulai sepi siswa-siswi. Niat kesana hendak mencari buku mata pelajaran agar menambah wawasan dalam dirinya meningkatkan prestasi.
Semasih diri Fokus terhadap buku-buku di rak, terdengar suara kaki dari arah belakang
"Apakah pak Win?" Mengira guru BK maupun petugas sekolah lainnya, segera ia hendak menoleh.
Namun, belum sempurna kepala menoleh ke arah belakang, tiba-tiba ...
Bugh! Bugh!
Hantaman keras dari benda tumpul mendarat di kepalanya, berlangsung tidak hanya satu kali pukulan, membuat pandangannya buram berujung pingsan.
"Mati kali ini lo anak bisu!" Suara salahsatu diantara para sanak yang datang itu, yakni Vincent Abisatya beserta rombongannya (Zadav, Farel, Tian dan Kiel)
"Buru bawa dia sesuai rencana"- Vincent.
"Beres!" Sahut para temannya memapah Nathan bergegas keluar dari ruangan itu.