Chereads / Dia, Saudaraku! / Chapter 3 - Episode 3

Chapter 3 - Episode 3

Yakin dengan keputusan yang di ambil, pasutri muda ini pergi meninggalkan desa yang selama ini ditinggali tanpa arah dan tujuan pasti. Menggunakan jasa transportasi umum tibalah mereka di sebuah desa berlokasi berbeda dari kabupaten yang ditinggali sebelumnya.

Desa itu tidak terpencil tidak jua ramai, di sepanjang pinggir jalan raya disuguhi pemandangan berupa areal tanaman jenis nanas sebagian lagi tanaman tebu yang amat luas dari suatu PT yang ada di daerah itu.

"Kita cari rumah sewa disini, barangkali kita dapat pekerjaan" Farid berkata saat mereka turun dari kendaraan.

"Apa kau yakin bang?" Gracia menoleh ke kanan dan ke kiri tidak mendapati satupun hunian warga, yang ada hanyalah tanaman tebu di sepanjang matanya memandang.

"Coba kita jalan dulu ke dalam sana" Farid mengajak istrinya ke arah suatu jalan kecil yang tertutup tanaman tebu dari arah mereka berada.

Gracia menuruti, selepas beberapa meter berjalan dari jalan raya tadi, mereka melihat ada seorang warga tengah berjalan berlawanan arah dari mereka.

"Permisi pak" Panggil Farid

"Ya ... ada apa ya nak?" Jawab orang itu.

"Em ... mau tanya apakah disekitar sini ada rumah yang disewakan pak?"

"Rumah sewa?" Orang itu mengulang kata untuk sekedar basa-basi aja.

"Iya pak, kami sedang mencari"

"Gimana pak, ada kah rumah sewa yang bisa kami tinggali?" Gracia membubuhi kalimat lantaran sudah kelelahan siang hari ini terasa begitu terik, sekaligus khawatir terhadap bayi malang yang berada di gendongannya itu.

"Iya ada nak. Mari, mari ikut saya"

Bergegaslah mereka menuju ketempat tujuan yang di tuju.

___

Di desa itu ada seorang warga yang terkenal kaya raya dan juluki sebagai juragan tanah lantaran beliau memiliki tanah berhektar-hektar luasnya, sebagian tanah di gunakan bercocok tanam, kebun dan sebagian lagi didirikan bangunan rumah yang kusus untuk di sewakan. Sang juragan tanah ini masih berusia cukup muda bernama Abisatya bersama istrinya bernama Mira.

"Ini nak, rumah pak Abisatya yang sejak tadi saya ceritakan" Ucap orang pengantar Farid dan Gracia setelah mereka baru saja sampai di kediaman Pak Abisatya.

"Wah ..." Farid tertegun melihat rumah dengan arsitektur sangat mewah milik Abisatya itu.

Orang itu segera memanggil pak Abisatya yang kebetulan saat mereka sampai di sana Pak Abisatya sedang memberi pakan burung peliharaan di samping rumah.

"Permisi ... Selamat sore Pak Satya ..." orang pengantar Farid dan Gracia ini bernama pak Yudas.

"Eh, pak Yudas ..." Sapa balik pak Abisatya penuh ramah. Lalu mereka berbincang-bincang di kursi yang terletak di teras depan rumah.

Tak lama kemudian pak Yudas berlalu lebih dulu, tinggallah Farid dan Gracia lanjut berbincang dengan Pak Abisatya tentang apa keperluannya.

Pak Abisatya berkata rumah sewa yang ia miliki sudah penuh, ada pun rumah yang kosong sudah tidak layak huni.

"Tidak apa-apa pak, kami benar-benar butuh tempat tinggal pak" Pinta Gracia menyadari hari ini sudah semakin sore, jikapun bisa mencari rumah sewa lain akan memakan waktu sangat lama, apalagi jika hunian sewa sekejap (hotel) tentu saja mereka tidak akan sanggup membayarnya.

"Tapi dik ..." Pak Abisatya sangat ragu memberikannya, namun melihat Gracia sedang menggendong bayi dia menjadi iba, menyadari istrinya pun belum lama melahirkan.

Akhirnya pak Abisatya memberikan tumpangan rumah itu secara gratis pada pasutri ini. Meski demikian tidak hanya gratis belaka melainkan ada syaratnya berupa Farid akan bekerja serba bisa di rumahnya sekaligus Gracia akan menjadi pembantu untuk istrinya.

"Puji Tuhan ... Terima kasih banyak ya pak, terima kasih pak ..." Tentu saja sangat diterima oleh Farid dan Gracia, selain dapat rumah gratis, mereka bekerja di rumah pak Abisatya jua tetap mendapatkan Gaji sebesar 70% dari angka yang seharusnya.

___

Sesudah disepakati mereka berpamit pada pak Abisatya menuju rumah gratis yang telah di sebutkan. Rumah itu berjarak kurang lebih 1 Km dari kediaman pak Abisatya.

"Itu rumahnya pak" Ucap orang pengantar mereka suruhan pak Abisatya.

"Terima kasih bang" Farid segera bergegas menuju rumah itu bersama Gracia.

Rumah tersebut terletak paling pinggir diantara tiga deretan rumah, di sekelilingi tanaman sawit, terdapat pula pohon jambu air di depan rumah yang sudah tumbuh tinggi setara atap genting dari rumah itu.

Semasih keduanya berjalan belum tiba tepat di rumah itu, tampak disana banyak anak-anak kecil sedang bermain kelereng, ada juga para ibu-ibu sedang duduk santai (merumpi) tepat di bawah pohon jambu.

Mau tak mau Farid dan Gracia menampilkan senyum dan anggukan kecil sebagai tanda sapa pada mereka.

"Loh, dik mau tinggal di rumah ini ya?" Sapa seorang laki-laki yang baru saja datang menghampiri. Ternyata itu adalah pak Yudas, yaitu orang yang telah mengantarkan mereka ke rumah pak Abisatya tadi.

"Loh bapak ... Rumahnya disini?" Sapa balik Gracia.

"Iya Dik, wah jadi tetangga kita ya hehe" Basa-basi pak Yudas, kemudian istrinya pak Yudas ikut serta berbaur sapa, bernama Imelda.

"Anaknya sudah usia berapa bulan neng?" Basa-basi Imelda pada Gracia.

"E--- in-ini ... sa-satu bulan bu" Jawab ngasal Gracia terbata-bata.

"Wah ... laki-laki atau perempuan ini neng?" Imelda mendekat bayi yang di gendong Gracia.

"Laki-laki bu" Jawab singkat Gracia, sungguh sangat takut bila banyak di tanya-tanya seperti ini. Tapi, situasinya sangat tidak mungkin memungkasi percakapan secara langsung.

"Wah ...ya ampun tampan sekali anak ni ..., dudududu imutnya uch uch ..." Imelda sangat gemas melihat bayi milik Gracia semasih ia menggendong bayinya sendiri yang sesama masih bayi.

"Namanya siapa dia neng?" Lanjut Imelda.

Gracia membelalak saat di tanyai seperti ini, lantaran belum terpikirkan memberikan Nama untuk bayi malang tersebut.

Lantas tiba-tiba ..." Nama dia Nathan Godhiba bu" Farid-lah yang menjawab, tanpa sengaja telah memberikan nama depan bayi itu sesuai dengan nama asli bayi itu sendiri yakni bayi itu sebenarnya bernama asli NATHAN MESHACH FERDINAND.

"Nathan? Wah, namanya bagus banget ... Lihatlah dia Nak, esok besar dia akan tumbuh besar bersamamu dan menjadi sahabatmu" Imelda berkata-kata pada bayinya sendiri.

"Lalu ... siapa nama anak ibu?" Gracia balik menanyakan nama anak si Imelda.

"Nama anak saya ... Zatra Yudas, neng"