Matahari pagi telah menampakkan cahayanya di ufuk timur,sehingga seberkas cahaya masuk kedalam sebuah kamar seorang gadis cantik, ketika seorang pria membuka gorden.
Gadis itu mulai mengedipkan matanya menyesuakin cahaya yang telah masuk ke dalam ruangan.
"arrgghhh...", gumam gadis itu dengan tangannya meraih selimut disampingnya untuk menutupi tubuhnya kembali.
"Gabby sayang, bangun! udah pagi." panggil seorang laki-laki yg bertubuh kekar, menatap tajam ke arah putrinya Gabby.
"hoooaahhhhh.Daddy, 5 menit lagi Gabby masih ngantuk. " Gabby menguap dan sedikit membuka selimutnya melirik menatap Daddy-nya.
"Tidak Gabby sayang, cepat bangun. katanya hari ini ada kuliah pagi." Yaa...dia daddy-nya Gabby yang bernama Keynan Harrison.Keynan sangat menyayangi putrinya Gabby. Setiap pagi keynan selalu membangunkannya. Mendidik Gabby untuk tidak terbiasa bangun siang.
"Iya Daddy...bawel, nih aku bangun" Gabby mulai bangun dan berdiri. Ia menatap daddy-nya menuju ke pintu kamar dan tersenyum kepadanya.
"Cepat mandi dan bersiap-siap, lalu turun untuk sarapan!", Perintah Keynan kepada putrinya. Lalu ia mulai memegang gagang pintu dan membukanya kemudian keluar.
"iya dad".
Gabby POV
30 menit kemudian.
Aku sudah selesai bersiap-siap. Hari ini aku memakai dress hitam, panjang sampai diatas mata kaki dan lengan pendek yang dapat mengekspos pundak dan sebagian dada dan lengan. Sudah tampak elegant bukan.
Aku turun kebawah menuju ke dapur.Aku lihat Daddy sudah duduk di meja makannya dan Mommy mempersiapkan sarapan pagi sendiri. Meskipun di rumah banyak pelayannya, akan tetapi Mommy ingin melakukan pekerjaan dapur dan terkadang juga ada pelayan yang sedikit membantunya.
Keluarga ku memang terkenal kaya se-Jakarta. Perusahaan Daddy ku berkembang pesat . Memiliki cabang di Bali, Surabaya, Bandung bahkan di LA, Australia, Singapura dan Turki, dengan cabang utama di New York (kantor pusat). Akan tetapi, dari kecil aku selalu dididik untuk tidak sombong, rendah hati dan mandiri oleh Mommy and Daddy. Keluarga ku memang tampak harmonis dan sangat berkecukupan, aku bahagia sekali memiliki orang tua seperti mereka yang selalu menjaga dan mendidik ku dengan baik.
Aku lihat mereka menatap ku dan tersenyum ke arah ku. Aku pun mulai menyapa mereka.
"Good morning Mom and Dad". Sapaku dengan tersenyum dan melambaikan tangan ke arah mereka. Aku berjalan menuju meja makan dan duduk.
"Morning sayang". Jawab Mom and Dad serempak.
"Cepat dimakan sarapannya nak, ini Mommy memasakkan nasi goreng kesukaanmu". Daddy menatapku dan menyuruhku untuk makan. Akupun memakannya dengan lahap.
Saat ritual ini lah keluarga ku tampak tenang. Tidak ada seorang pun yang berani memulai berbicara ketika makan, karena ini sudah kebiasan keluarga ku dari dulu sewaktu aku masih kecil.
Selesai makan Mommy merapikan piring bekas makanan. aku di meja makan duduk bersama Daddy. Kulihat Daddy sibuk menatap ponselnya.
"Daddy. apakah hari ini Dad sibuk?". Tanya ku kepada Daddy. Siang ini aku berencana ingin mengajak Daddy mencari baju wisuda.
Di umurku yang ke 20 th ini aku akan menyandang gelar S1. Masih sngat muda bukan?Ya, aku memang anak yang cerdas dan pintar. Dibangku SMP dan SMA aku memasuki kelas akselerasi, yang artinya aku hanya menempuh sekolah selama 2 tahun. Semenjak aku kecil memang terkenal sangat pintar. Aku selalu menjuarai juara 1 dikelas. Bahkan, aku juga pernah mengikuti olimpiade Sains, Matematika, dan Bahasa Inggris dan itu pun selalu mendapatkan juara 1. Cukup pintar bukan?. Aku bersyukur memiliki otak yang pintar, bahkan melebihi kepintiran anak yang seusiaku. Dan aku pun bisa lebih berpikir dewasa dibandingkan teman sebayaku.
Daddy mendekati aku dan duduk disamping kursi ku. Dia menatapku dalam dan mengelus kepala ku bagian belakang dengan lembut. seraya diapun menjawab.
"Tidak kok, Daddy siang ini free." Dad menatapku sambil tersenyum. Entah kenapa ada getaran aneh saat Daddy menatapku sedalam ini. Senyumnya yang hangat bisa membuatku mabuk kepayang. uffhh....tidak Gabby, apasih kamu itu ngaco aja. Buang pikiran kotormu itu jauh-jauh. Batinku. Aku pun menggeleng-gelengkan kepalaku.
"Ada apa Gabby, kamu kok geleng-gelengkan kepalamu. Apakah ada yang salah dengan Daddy?". Tanya Daddy kepada ku. Sepertinya Daddy penasaran dengan apa yang aku pikirkan, sehingga bisa membuatku menggelengkan kepala.
"Ah, tid..ti..tidak kok Dad, aku hanya gugup aja minggu depan kan aku akan melaksanakan wisuda."Jawabku dengan gugup. Ah, kenapa sih aku gugup gini, aneh sekali. Uhh.. normalkan pikiranmu Gabby.
"Oh, ya udah kalau gitu ayo kita berangkat. Entar keburu kesiangan lo!".Ajak Daddy.
Aku pun berpamitan kepada Mommy ku. "Mom, Gabby berangkat dulu ya?". Sambil menyium punggung tangan Mommy.
"Iya nak, semangat ya untuk hari ini. minggu depan kamu akan di wisuda. Semoga diberikan kelancaran." Mommy menatapku dengan tersenyum, kulihat mata nya sedikit berkaca-kaca. Entah apa yang sedang Mom pikirkan, mungkin itu adalah wujud rasa kebahagiaannya kepada ku, karena sebentar lagi anaknya ini akan lulus S1.
"Siap Mommy ku yang cantik." Akupun memberikan hormat kepada Mommy-ku dan tersenyum kepadanya, seperti layaknya prajurit kepada komandan.
"Cassie, aku berangkat dulu ya. Mungkin nanti pulang ku malam, karena nanti aku mengantarkan Gabby mencari baju wisuda dulu." Cassie pun mengangguk menandakan iya.
Cassie Harrison adalah nama Mommy ku. Dia adalah Mommy terbaik yang aku miliki di dunia ini. Mom tak pernah memarahiku sedikit pun, meskipun aku kadang berbuat salah. Mom hanya menasehati ku tanpa adanya rasa marah dihatinya. Mommy sangatlah penyabar dan penyayang. Walaupun aku lebih dekat dengan Dad, tapi aku juga sangat menyayangi Mom.
Aku dan Daddy sudah masuk kedalam mobilnya Dad. Dad mulai menancapkan gasnya pelan-pelan. Dan kami pun berjalan menuju ke kampus ku terlebih dulu sebelum Dad berangkat kerja. Setiap pagi aku selalu diantarkan Dad untuk pergi kuliah. Aku jarang sekali berangkat kuliah sendiri, kecuali ketika Dad sibuk dan sopir dirumah sedang pulang kampung atau mengantar Mom kepasar, karena Dad khawatir sekali dengan keselamatanku. Entah kenapa Dad sangat over protectif kepada ku. Mungkin itu karena ia tak ingin putrinya kenapa-kenapa.
***
Di Kampus
15 menit perjalanan, aku dan Dad pun telah tiba di depan gerbang kampus ku.
"Dad Gabby masuk ke kampus dulu ya?"
"Iya masuklah. Oh iya, jangan nakal-nakal ya, jangan deket-deket sama cowok, harus jaga jarak!"
"Ih, apasih Dad. Ngapain Dad selalu ngelarang aku deket sama cowok, kan Gabby udah dewasa Dad." gerutu ku. aku kesal sama Dad, Daddy selalu ngelarang aku deketan sama cowok. Toh aku kan sudah dewasa Daddy!!!. Gerutuku dalam hati.
"Pokoknya jangan deket-deket sama cowok lain selain Dad, okey?" Tegas Dad kepada ku.
"Huh,,, siap Daddy ku yang over protectif."Jawabaku dengan nada kesal dan sedikit memanyunkan bibirku.
"Oh iya Dad. Jangan lupa nanti jemput Gabby dan antar ke butik kebayak. Okey?". Aku mengingatkan Dad lagi untuk mengantarku ke butik nanti siang. Lalu aku membuka pintu mobil dan keluar.
"Siap tuan putri Daddy yang paling manja." Jawab Dad dengan nadanya yang meledek.
"Ih Daddy ngeledek ya, awas ya nanti." jawab ku kesal.
Dad menatapku dari jendela mobilnya, iya tersenyum licik ke arahku.
"Huh,,,Daddy selalu aja gitu. Buat aku kesal aja." gerutuku sambil bergegas berjalan menuju ke kampus.
Aku berjalan sendiri melewati taman. Aku melirik ke kanan kiri banyak lelaki yang menatap ku lapar. Aku benci dengan mereka yang menatap ku begitu. Dari sisi kanan terdengar suara lelaki yang memanggilku.
"Alexa." Suara bariton seorang laki-laki yang memanggilku. Aku pun menoleh kearah kanan. Ku lihat ada seorang laki-laki bertubuh tegap dan tinggi menghampiriku.
Yaa...Namaku di Kampus dan dirumah memang berbeda, Dad and Mom lebih suka memanggilku dengan nama Gabby. Kata Dad, 'Gabby' adalah panggilan kesayangan mereka. Selain mereka tidak ada yang pernah memanggilku dengan nama 'Gabby'. Dan sejak Sekolah Dasar sampai ke perguruan tinggi teman-teman ku memanggilku dengan nama 'Alexa'. Ya, karena nama ku memang 'Alexa' dan aku memperkenalkan ku ke setiap teman baru ku dengan nama itu.
"emm...who are you?". Tanya ku kepada pria itu. Wajah nya begitu tidak asing bagiku. Aku mulai memutar otak ku mengingat-ingat kembali siapa pria itu. Namun, tak kunjung ingat. huufhh..siapa gerangan laki-laki ini, aku mendadak pikun gini ya. Batinku.
"Masak kamu lupa sih Alexa?, aku Reynald Alberto teman sekelas kamu semasa SMP. Coba deh kamu ingat-ingat!". Aku mencoba mengingat-ingatnya kembali dan akhirnya, yaps akupun mengingatnya.
"Oh iya, aku mulai ingat. Kamu Rey kan yang tempat duduk mu di depan bangku ku."Jelas ku ke Rey.
"Yes, that's true." jawab Rey.
Aku dan Reynald berjalan menuju tempat duduk di taman yang dekat dengan kami. Dan kami pun duduk disana, lalu melanjutkan perbincangan kami.
"Kamu juga kuliah disini ya Rey?" Tanya ku kepada Reynald.
"Iya lah aku kuliah disini. Masak kamu tidak pernah tau aku ataupun melihat ku?"
"Tidak Rey, ya maklum lah kan sudah 6 tahun yang lalu. Jadi aku sedikit lupa wajah kamu, lagian kamu sudah tampak lebih dewasa." Aku menggaruk-garuk kepala ku yang sebenarnya memang tidak gatal.
"Kalau kamu gimana, kok kamu bisa tau kalau aku kuliah disini dan tadi memanggilku?". Lanjutku, aku tersenyum kepadanya dengan nada bertanya-tanya.
"Oh itu, awalnya semenjak beberapa bulan yang lalu aku melihat mu ditaman bersama teman-teman mu. ya...awalnya aku ragu kalau itu kamu, karena memang kamu yang dulu dan sekarang jauh sangat berbeda, lebih tinggi dan lebih berisi, hehehe. tapi akhirnya aku mengikuti kamu dan kulihat kamu dengan jelas. Dan akhirnya aku yakin bahwa itu kamu, maka dari itu tadi aku memanggilmu. Walaupun aku sedikit ragu, tapi aku yakin itu kamu. Ehh, Maaf ya kok malah gamblang gini aku ceritanya." Jelas Reynald ke aku. Kepalanya menunduk, raut wajahnya memerah dan terlihat wajahnya bahwa ia sedang malu.
"Emmm, gitu ya. it's okay". Aku mengangguk-angguk kan kepala ku.
"Kamu disini ambil jurusan apa Alexa?"
"Administrasi Bisnis. Kalau kamu apa Rey?"
***"DKV". Jawab Rey.
"Oh iya, kamu udah tau pengumuman di mading kampus belum?". Lanjut Rey.
"Belum tau. Emang pengumuman apa ya Rey?"
"Itu lo, soal wisuda. Coba deh kamu lihat sendiri!, sini aku antar." Tangan ku diraih oleh Rey dan dia menarik ku berjalan menuju ke arah depan kantor dosen di kampus dimana tempat mading itu berada.
Aku dan Rey berdiri di depan mading dan memasuki kerumunan para mahasiswa lain.
"Excus me, excus me."
Aku melihat mading dan mulai mencari nama ku dari ribuan nama mahasiswa di kampus ini. Dan yaa, akhirnya ketemu. Disana tertulis bahwa 'Pengumuman pasangan wisudawan dan wisudawati yang akan mengikuti acara wisuda','Gabby Alexandra Harrison berpasangan dengan Reynald Alberto'.
Aku membalikkan badanku dan menatap Rey, aku tersenyum kepadanya dan Rey membalas senyumanku. Lalu aku dan Rey bergegas pergi ke arah aula untuk mengikuti acara persiapan wisuda yang akan di laksanakan minggu depan.
Saat berjalan ke arah aula, tiba-tiba ada yang mengagetkan ku dari belakang.
"Duaarrr." Seseorang wanita menepuk pundakku dari belakang. Dan aku membalikkan badanku menatap wajah wanita itu. Ternyata adalah Ana sahabatku yang mengagetkan ku dan di belakangnya ada Sinta dan Lea.
Mereka ber 3 adalah sahabat dekatku selama aku kuliah di kampus ini. Ana lebih tua 4 tahun dari ku, Sinta dan Lea lebih tua 3 tahun dari ku. Dan disini aku lah yang paling termuda dari mereka. Namun mereka tak pernah mengijinkan ku memanggilnya kakak, akan tetapi mereka malah menyuruhku memanggil dengan nama nya saja, kata mereka 'toh kita juga seangkatan dan pemikiran kita kan sejalan. Tua muda sama saja'.
"Ah, apaan sih Ana. Selalu aja kamu yang jailin aku". Aku memarahi Ana. Akan tetapi bukan marah sungguhan, hanya saja aku merasa kesal dengan perilaku Ana yang menyebalkan itu.
"Abis, kamu dipanggilin dari tadi nggak nyaut-nyaut. Ya aku punya inisiatif ngagetin kamu aja. Hehehe maaf my girl friend". Ana meminta maaf kepadaku, aku tau ia hanya ingin bercanda dengan ku. Memang dari dulu Ana selalu begitu, memiliki tangan yang jail. Hufh, sungguh menyebalkan. Akan tetapi aku memaafkannya kok, toh aku tau dia hanya bercanda. Aku pun menganggukkan kepala kepada Ana, menandakan bahwa aku memaafkannya. Ana mulai memelukku dengan erat, yaa..aku tau dia hanya ingin membuat ku risih dan ingin bercanda dengan ku lagi.
***
Di Aula
Aku, Rey, Ana, Sinta dan Lea sudah tiba di aula. Para wanita duduk di bangku bagian wanita sedangkan para pria duduk dibangku bagian pria, semua sudah diatur oleh anggota panitia.
Dekan sudah memasuki ruangan. Dan ia pun memulai untuk menyampaikan pidatonya, yang isinya membahas tentang persiapan wisuda yang akan dilaksanakan minggu depan.
Ditengah-tengah pidato Dekan, Lea memulai pembicaraan.
"Hey..Alexa, tadi aku lihat di mading kamu pasangannya denga Reynald Alberto yaa??, bukannya Reynald itu yang bersama mu tadi ya?". Tanya Lea ke padaku.
"Yes, it's true. Memang kenapa? ada apa?". Tanya ku penasaran kepada Lea.
"Oh enggak. Aku lihat-lihat kalian kenal begitu akrab ya. Sampai sedekat itu?"
"Iya, memang aku mengenal akrab Rey. Dia adalah teman ku sejak SMP. Dan baru tadi pagi aku bertemu dengannya."
"Oh gitu ya. Kayaknya Rey itu suka sama kamu deh."
"Eehhh...jangan ngawur ya kamu Lea. Mana mungkin dia suka sama aku."
"Mungkin saja Alexa. Aku barusan tidak sengaja melihat Reynald mencuri-curi pandangan ke kamu." Sahut Ana.
"Ahh, sudahlah jangan ngawur. Lagian aku tidak mau terlalu dekat dengan laki-laki."
"Kenapa kok gitu Lexa?, apa karena Daddy mu yang selalu melarang mu?". Tanya Ana.
'Aku pun diam membisu saat mendengar pertanyaan Ana. Memang dari dulu aku tidak pernah terlalu dekat dengan pria. Adapun pria yang menyatakan cinta nya kepada ku, sebelum berpikir panjang pun aku sudah lebih dulu menolaknya. Tak ada satu pun pria yang pernah berani mengisi hati ku, selain Daddy-ku. Dan setiap kali aku menceritakannya kepada Daddy. Daddy tidak memarahiku, akan tetapi selalu menunjukkan raut wajah yang marah dan kecewa kepada ku. Entah apa yang ada dipikiran Daddy, akupun juga tidak tau.' Batinku
Sesaat aku terdiam, Dekan sudah mengakhiri pidatonya yang berlangsung selama 2 jam yang lalu. Pikirku apakah mulutnya tidak lelah berbicara selama itu.
Semua mahasiswa dan mahasiswi berbondong dan berdesak-desakan keluar dari ruang aula. Akan tetapi aku, Ana, Sinta dan Lea yang masih tertinggal di ruang aula.
"Alexa, kamu kenapa? Apakah ada yang salah dengan pertanyaanku?". Tanya Ana dengan nada menyesal, karena ia takut kalau pertanyaan yang tadi menyakiti hati ku.
"Iya Lexa, katakan kalau ada yang salah dengan pertanyaan Ana?". Sahut sinta.
Setelah aku terdiam, aku pun mulai menjawab pertanyaan sahabatku.
"Aku hanya tidak ingin kalian membahas soal pria. Entah itu menyukai ku atau tidak, aku tidak peduli. Yang aku tau saat ini, seorang pria yang selama ini mengisi hatiku hanya lah Daddy-ku. Dan tidak ada yang lain. Dan kalau ada seorang pria yang ingin memiliki aku, ia harus datang sendiri kerumah ku untuk menyatakan cinta nya kepadaku didepan my Dad and my Mom dan meminta restu kepada mereka.Ya, itu kalau pria itu memiliki keberanian. Okey?" Aku menjawab pertanyaan Ana dengan jelas dan secara gamblang. Entah kenapa aku mengatakan itu semua, seakan-akan semua kata-kata itu telah muncul dari hati ku dan sudah dirancang dalam otakku.
"Maaf kan aku Alexa, kalau pertanyaan ku tadi menyakiti hatimu." Ana meminta maaf kepada ku dengan suaranya yang tampak menyesal dan menundukkan kepalanya.
"Iya Ana, it's okey. Ya udah lah nggak usah di bahas. Sekarang ayo kita pergi ke kantin. Aku mulai lapar nih." Aku mencoba mencairkan suasana dengan mengajak sahabatku ke kantin. Aku tidak ingin mereka merasa bersalah atas petanyaan Ana tadi.
"Lets go!". Jawab Ana, Lea dan Sinta serentak.
***
Di Kantin
"Hey, kita mau makan apa nih?" Tanya Sinta.
"Terserah kamu aja, aku ngikut." Jawabku.
"Eh, Sinta. Aku dan Ana mau bakso aja dan minum nya jus avocad sama jus jeruk." Kata Lea.
"Okay. Kalau kamu Lexa, gimana kalau bakso? terus minumnya apa?".
Tanya Sinta.
"Iya terserah kamu lah, minumnya juga terserah". Jawabku.
"Okay". Sinta pun memesan makanan kami ber-4. beberapa menit kemudian ia kembali dengan membawa senampan minuman dan di belakangnya ada pelayan yang membawa makanan kami.
"Pesanan sudah tiba." Sinta meletakkan minuman kami di atas meja dan pelayan meletakkan makanan kami di atas meja, lalu pelayan itu pergi dengan membawa nampannya.
"Ayo silahkan di makan,girl." Aku menawari sahabatku untuk segera makan. Kami pun melahap makanan kami masing-masing.
Klunting....Notif ponselku berbunyi. Ku buka ponselku. Dan ternyata Dad yang mengirim pesan ke aku.
Message recaived from My Dad😏❤
11:25
By, kamu pulang nya jam berapa?
Terus nanti jadi nggak ke butiknya?
Udah makan belum?
Aku tercengang membaca pesan dari Daddy. Kebiasaan, selalu aja dia bertanya dengan macam-macam pertanyaan dan harus ku jawab sekaligus. Huffh....Aku pun mendenguskan napas ku.
Sent to My Dad😏❤
11:28
Dad, coba lah. jangan kebiasaan tanya langsung sekaligus. satu-satu gitu coba!,
✔✔✔
Message from My Dad😏❤
11:30
Iya, By. pardon me🙏🙏😊. Jawab dong By, pertanyaan Daddy tadi!
Entah kenapa aku tersenyum sendiri melihat pesan Daddy kepada ku. Serasa ada getaran aneh didalam diri ku.
"Hey, Lexa. Kenapa kamu senyum-senyum sendiri? pesan dari siapa itu?" Tanya Lea. Sepertinya sahabatku mulai curiga dengan ku. Ya, karena aku senyum-senyum sendiri tadi. arkhh...Apakah aku gila?. Batinku
"Tidak ini pesan dari teman ku SMA, dari Renia." Aku menjawab asal kepada sahabatku. Aku tak yakin mereka akan percaya dengan perkataanku atau tidak. Karena, kalau aku memberitahukan yang sebenarnya, jelas aneh bagi mereka jika seorang anak tersenyum-senyum sendiri melihat pesan dari Daddy-nya. Aneh bukan?.
"Oh gitu."
Aku pun melanjutkan membuka ponselku kembali dan membalas pesan dari Daddy.
Sent to My Dad😏❤
11:35
Sebentar lagi sudah waktunya pulang Dad, nanti jadi ke butik and i'am finish eat.
Dan satu lagi, jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi Dad!.😏😒
✔✔✔
Message from My Dad😏❤
11:36
Siap By. Daddy perjalanan menjemput tuan putri Daddy.😊
Ih, Daddy selalu aja gitu. Bisa-bisa aja membuat aku tersenyum. Dan pesan dari Daddy hanya aku baca.
Sahabatku sudah selesai makan, aku pun juga sudah menyelesaikan makan ku.
"Hey kalian. Aku pulang dulu ya, kayaknya Daddy ku sudah jemput aku." Aku berpamitan dengan sahabatku, mereka tersenyum dengan ku.
"Iya Lexa, Hati-hati ya." Kata Lea. Aku mulai berdiri dari dudukku.
"Lexa, gimana kalau kita anter kamu aja sampai ke depan?" Sinta menawarkan untuk mengantar ku kedepan gerbang kampus.
"Oh tidak usah, girl. Ya udah aku duluan ya?" Aku melambaikan tangan kepada sahabatku.
"Iya Alexa, Eh jangan lupa titip salam sama om ganteng...xixixi" Ana menutup muka nya, menandakan bahwa ia sedang malu.
"Maksud kamu Daddy ku?" Tanya ku kepada Ana.
"Hehehe, iya. Titip salam ya?" Jawab Ana dengan nada malunya.
"Okay." Aku tersenyum dan melambaikan tangan kepada sahabatku. Lalu aku berjalan keluar menuju kedepan gerbang kampus.
Saat aku sudah tiba di depan gerbang untuk menunggu Daddy menjemput. Dari belakang ada yang menepuk pundak ku. Aku menoleh ke belakang, dan ternyata adalah Reynald. Lalu aku tersenyum kepadanya.
Reynald membalas senyum ku dan bertanya dengan ku.
"Hey, ngapain kamu disini?"
"Oh ini aku lagi menunggu jemputan dari Daddy aku." Jawabku
"Ohhh." Jawab Reynald singkat.
Saat aku selesai ngobrol dengan Rey. Ada suara klakson yang berbunyi, dan ternyata itu adalah mobil Daddy.
"Rey, aku duluan ya. Itu Daddy ku udah jemput aku." pamitku kepada Reynald.
"Oh iya, hati-hati." Jawab Reynald dengan tangan nya mengacak-acak rambutku.
Aku pun berjalan menuju mobil Daddy dan aku membuka pintu mobil lalu aku masuk kedalam mobil. Di dalam mobil tampak hening tak seperti biasanya. Biasanya Daddy menanyai tentang kuliah ku, tapi entah kenapa Daddy diam. Dan ku lihat wajahnya tampak menunjukkan wajah yang kesal. Daddy mulai menyalakan mesin mobilnya lalu menancapkan gasnya dengan keras. Sehingga membuat ku hampir terguling kedepan.
"Dad, kenapa kok diam saja dan tampaknya Dad sangat kesal?" Tanya ku memulai obrolan dengan Daddy.
"Daddy nggak papa kok." Jawab Daddy, namun tetap menunjukkan wajahnya yang muram dan kesal. Daddy pun tetap melanjutkan untuk mengemudi mobilnya.
"Hemmm, iya."
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••