Author POV
Jam menunjukkan pukul 6 sore. Matahari yang mulanya cahayanya bersinar terang kini telah kembali terbenam.
Didalam sebuah ruangan yang bernuansa putih terdapat seorang gadis cantik yang berbaring dengan tangannya terpasang infus. Kini gadis itu mulai bosan, tidak ada seorang pun yang menemaninya saat ini. Ia meraih ponselnya yang ada di nakas samping brankarnya.
"Daddy kemana ya, kok belum kembali kesini lagi." Gerutu gadis itu kesal.
Saat gadis itu asik memainkan ponselnya. Terdengar suara ketukan pintu. Gadis itu melihat liang pintu itu bingung.
"Siapa ya?" Tanya Gadis itu denga suaranya dikeraskan, namun masih serak.
"Rey." Jawab orang dibalik pintu itu. Raut wajah gadis itu terkejut mendengarnya. Ia bingung harus menyuruhnya masuk atau tidak, karena ia takut kalau Daddy-nya marah dengan-nya jika Daddynya tau kalau ia bertemu dengan laki-laki.
Ckreeekkk...Suara pintu terbuka.
Tanpa perintah dari gadis itu, Rey masuk ke ruangan dengan membawakan seikat bunga lily dan membawa parsel buah.
"Kamu kok tau kalau aku di rumah sakit?" Tanya gadis itu.
"Dari Lea." Jawab Rey singkat, lalu ia tersenyum dengan gadis itu.
"Bagaimana keadaanmu sekarang Alexa?" Tanya Rey khawatir. Lalu Rey duduk di samping brankar dan mengelus pucuk rambut gadis itu.
"Sudah lumayan enakan kok." Jawab gadis itu dan tersenyum.
Saat gadis itu asik berbincang dengan Rey, tiba-tiba datang seorang pria bertubuh tinggi besar, bermata tajam. Tatapan matanya sedingin es. Tampak dari raut wajahnya saat ini, bahwa pria itu sedang marah. Pria itu adalah Keynan Daddy dari Gabby.
"Dad...Daddy." Gabby memanggil Daddy nya terbata dengan menatapnya terkejut, Rey juga begitu. Apakah Daddy akan memarahiku lagi?. Batin Gabby cemas.
"Siapa kamu?" Tanya Keynan kepada Rey dengan nada menginterogasi.
"Saya Rey om. Reynald Alberto, teman kuliahnya Alexa." Jawab Rey percaya diri lalu ia mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Namun Keynan hanya diam menatapnya dengan tatapan dingin tanpa ekspresi.
Seketika senyuman Rey untuk Keynan luntur.
"A...a..apakah ada yang salah dengan saya om?" Tanya Rey gugup, lalu ia menundukkan kepalanya.
"Tidak." Jawab Keynan ketus.
"Sekarang waktunya untuk Alexa istirahat. Jadi saya harap anda untuk keluar dari ruangan ini!" Perintah Keynan dengan suara lembut namun sedikit ada penekanan.
"Baik om." Jawab Rey tersenyum, namun tidak dibalas senyum oleh Keynan. Lalu Rey pun keluar dari ruangan itu.
"Makasih ya Rey, udah jenguk aku." Sambung Gabby.
Rey hanya membalasnya dengan anggukan dan tersenyum.
Gabby kembali menatap Daddy nya. Kini raut wajah Keynan tampak kesal dan marah. Gabby menunduk bingung, ia tidak tau apa yang harus ia lakukan agar Daddynya kembali normal lagi.
Gabby hanya menunduk takut, dan saat ini juga Gabby meneteskan air matanya. Yang ada dipikirannya sekarang adalah ia takut jika dimarahi oleh Daddy nya. Namun, malah sebaliknya Keynan menatap wajah Gabby penuh rasa kasih sayang walaupun saat ini raut wajahnya terlihat marah dan kesal. Lalu tangan Keynan meraih wajah Gabby dan menghapus air mata-nya.
'Aku mencintai mu Gabby'. Batin Keynan, lalu ia memeluknya.
"Jangan nangis sayang!" perintah Keynan dengan nada lembut.
Saat mereka sedang beradegan berpelukan, datanglah Cassie dan sahabatnya Ana, Sinta, dan Lea.
Gabby melepas pelukannya dengan Keynan.
"Hai Alexa...,how are you today?"Tanya Ana.
"Sudah baikan kok." Jawab Gabby.
"Bener kamu sudah merasa baikan? apakah sudah tidak merasakan pusing lagi,?"Tanya Cassie khawatir. Cassie mendekati Gabby dan memeluknya erat. Keynan dan sahabatnya Gabby hanya melihatnya tersenyum.
***
2 jam telah berlalu, sahabatnya Gabby sudah berpamitan untuk pulang kecuali Lea. Kali ini raut wajah Lea tampak terlihat gelisah seperti orang yang bingung. Lea ada janji untuk bertemu dengan Daddynya Gabby, Keynan.
Saat ini diruangan Gabby terdapat Keynan, Cassie dan Lea. Mereka terlihat canggung. Entah kenapa dan apa yang ada dipikiran mereka masing-masing. Gabby sedikit bingung mengerutkan keningnya. Ia merasa ada yang aneh diantara mereka bertiga. 'Apakah Daddy dan Mommy sedang berantem'. Duga Gabby dalam hatinya.
Suasana diruangan Gabby saat ini sangatlah hening tidak seperti biasanya. Mereka berkecamuk dalam pikirannya masing-masing. Gabby yang hampir terlelap dalam tidurnya dikagetkan dengan suara Daddy nya yang serak namun lirih, akan tetapi suara itu terdengar di telinga Gabby. Gabby mencoba membuka matanya, namun ia enggan melakukannya karena mendengar perkataan yang dilontarkan Daddynya yang membuatnya terkejut. Ia pun tetap berpura-pura tidur untuk mendengar perckapan mereka.
"Lea, aku akan mengatakan hal penting kepada mu. Ini mengenai hubungan dan masa lalu nya yang sudah aku katakan pada mu tadi. Tapi ku rasa jika kita membicarakan disini tempatnya kurang pas, mari ikutlah dengan ku." Lea membalas perkataan Keynan mengangguk dan tersenyum menandakan iya.
"Dan kau Cassie, jagalah dia tetaplah disini. Dua jam kedepan aku akan kembali lagi!" Perintah Keynan kepada Cassie. Cassie hanya membalasnya dengan anggukan.
Gabby terbingung mendengar perkataan Keynan tadi apa maksudnya. Apa maksud Daddy tentang hubungan dan masa lalu, apa arti dari semua itu.Apakah Daddy memiliki hubungan dengan Lea. Tapi kenapa Mommy hanya diam saja tanpa berkata. Apa maksud dari semua ini sebenarnya?Batin Gabby. Ia kebingungan mengartikan maksudnya.
Dan...apa maksud dari masa lalu 'nya' siapa yang dimaksud Daddy?. Batin Gabby lagi.
"Aarrkkhh..." Gabby mengerang kesakitan dengan kedua tangannya memegang kepala.
"Kamu kenapa sayang? Apakah kepala kamu pusing lagi?" Tanya Cassie khawatir.
"Iya mommy, kepala ku pusing sekali rasanya. Tapi entah kenapa tadi diotakku terlintas bayangan seorang anak kecil perempuan, tapi aku tidak tau siapa itu dan apa yang terjadi padanya. Kejadian itu hanya teringat sekilas saja. Aku pusing sekali mommy....hiks...hiks." Terang Gabby dengan menangis.
"Bentar ya Mommy panggil dokter Smith dulu." Lalu Cassie bergegas pergi memanggil Smith.
Beberapa menit kemudian Cassie datang bersama Smith dan perawatnya. Smith mencoba memeriksa keadaan Gabby. Lalu ia bertanya kepada Gabby.
"Apa yang kamu rasakan sekarang?" Tanya Smith.
"Pusing sekali dok rasanya?" Jawab Gabby dengan suara serak nya khas orang menangis.
"Apakah kamu tadi memikirkan sesuatu atau...." Tanya Smith, akan tetapi di potong oleh Gabby.
"Tadi saat aku tidur terlintas di otakku, aku melihat anak kecil perempuan . Tapi aku tidak tau apa yang terjadi padanya setelah nya." Jelas Gabby.
"Okay Gabby, coba kamu tenangkan pikiranmu, rilekskan tubuhmu dan jangan berpikir terlalu berat. Nanti saya akan memberikan resep obat untukmu. dan kamu Cassie tukarkan resep obat nya!." Terang Smith sambil menulis resep obat di atas secarik kertas dan di serahkan kepada Cassie. Lalu Smith meninggalkan ruangan Gabby bersama perawatnya dan disusul Cassie untuk menukarkan resep obat.
Gabby hanya duduk melamun di ruangannya. Walaupun ia sudah di beri tahu oleh Smith untuk tidak terlalu berpikir keras namun ia tetap memikirkannya. Ia tetap merasa bingung dengan Daddy nya, Mommy nya dan Lea. Ia mencoba untuk mengingat hal yang terlintas di otaknya beberapa waktu lalu. Namun, nihil ia tidak mengingat apa-apa.
Keynan POV
Suasana malam hari ini sangat dingin. Angin yang berhembus menusuk dingin sampai ketulangku. Saat ini aku sudah berada di sebuah taman yang ada didekat Rumah Sakit tempat Gabby dirawat bersama Lea. Aku dan Lea sungguh merasa canggung. Lea hanya menundukkan kepalanya, mungkin ia malu dan bingung harus mengatakan apa. Setelah beberapa menit terdiam aku memulai pembicaraan.
"Apakah kau sungguh bisa menjaga rahasia?" Tanya ku.
"I..iya Om, saya bisa." Jawab Lea gugub.
"Okay, saya akan mulai dari awal?"
"Baik Om."
Flashback
20 April 2003
Matahari tepat di atas ubun ubun kepala. Sinarnya terik menembus jendela rumah. Hawa panas menyelimuti tubuh. Angin sepoi sepoi menggerakkan dedaunan di depan rumah. Sungguh terik matahari di siang ini.
"Cassie, Kakak keluar dulu ya mau beli bahan makanan." Suara seorang remaja laki-laki yang berumur 18 tahun membuat kaget adiknya yang masih berkutik dengan Laptopnya. Anak remaja laki-laki itu adalah Keynan Harrison. Anak pertama dari keluarga Harrison.
"Aku ikut kak, takut tauk sendiri di rumah. Semenjak papa dan mama pindah ke New York aku merasa kesepian kak. Boleh ya aku ikut?" Tanya seorang gadis berusia 16 tahun dengan merengek. Gadis itu adalah Cassie Harrison anak kedua dari keluarga Harrison, adik dari Keynan.
Walaupun Keynan masih berusia remaja. Namun ia sangatlah pintar dan mandiri. Orang tuanya selalu mempercayai Keynan untuk diberi tanggung jawab menjaga adiknya.
Di usianya yang 18 tahun, ia sudah masuk perguruan tinggi semester awal.
"Okay." Jawab Keynan tersenyum.
Mereka berdua menaiki sepeda, berjalan menuju mini market yang tidak jauh dari tempatnya.
Saat mereka selesai membeli keperluan, mereka dikagetkan dengan suara anak kecil yang sedang menangis. Mereka mencoba mencari-cari asal suara itu. Ketika mereka telah mencari sampai di taman, mereka melihat anak kecil yang duduk diatas bangku sendirian. Pakaiannya sudah lusuh, rambutnya acak-acakan dan matanya terlihat sembab. Keynan dan Cassie menghampiri anak kecil itu.
"Haii..." Sapa Keynan mencoba menjajarkan tingginya dengan anak kecil itu. Lalu ia menghapus air mata yang mengalir di pipi anak kecil itu. Anak kecil itu hanya menjawabnya dengan tatapan sendunya. Saat gadis itu menatap Keynan, entah kenapa jantungnya berdegup kencang. Rasanya seperti ada hal aneh pada dirinya. 'Kenapa jantungku berdegup kencang, apa yang terjadi padaku' batin Keynan.
"Nama kamu siapa?" Tanya Keynan lagi.
"Gab...Gabby." Jawab anak kecil itu bernama Gabby terbata-bata.
"Kamu kenapa kok disini Gabby?"
"Diculik...hiks..hiks...hik." Jawab Gabby menangis lagi.
"Kok bisa? Dimana orang tuamu? Dimana rumah kamu Gabby?" Tanya Keynan dengan nada lembut.
"Ak..aku tidak tau." Jawab Gabby menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Yaudah ayo ikut om pulang!" Tawar Keynan lalu menggendong Gabby.
"Apakah om baik?" Tanya Gabby dengan wajah polosnya, namun air mata nya tetap mengalir keluar membasahi pipi imutnya.
"Iya om baik kok nggak jahat.Perkenalkan nama om Keynan, dan ini adek om namanya Cassie." Ucap Keynan memperkenalkan dirinya dan Cassie. Cassie membalasnya dengan senyum lalu mengecup pipi imut Gabby yang chubby.
Lalu Cassie meraih Gabby yang digendong Keynan. Keynan menaiki sepedanya membonceng Cassie dan Gabby.
Saat di rumah, Keynan dan Cassie membersihkan tubuh Gabby. Lalu mereka memberi makanan kepada Gabby yang disuapi oleh Keynan.
"Gabby apakah om boleh tanya?" Tanya Keynan dengan nada lembutnya.
"Boleh om." Jawab Gabby.
"Nama orang tua kamu siapa? dan kamu tinggal dimana?" Tanya Keynan.
"Ahh,.. ak..aku, emm...nama mama ku Kel..kel..ah yaa Kellyn. Tapi aku lupa jalan rumah. huuuhuuu....hiks..hiks." Jawab Gabby namun ia menangis mengingat mamanya.
"Jangan menangis putri kecil. Ya udah gini aja, bagaimana kalau kamu memanggil om dengan sebutan Daddy dan tante Cassie dengan sebutan Mommy. Anggap saja kami ini orang tua mu untuk sementara. Apakah kamu mengerti maksud om?" Keynan mencoba melipur Gabby. Ia memeluk tubuh Gabby sebentar lalu kedua tangannya menengadahkan di dagu kecil milik Gabby dan mengusap air mata Gabby.
"Emm...Dad..Daddy?"
"Iya," Jawab Keynan mengangguk dan tersenyum.
Lalu Gabby memeluk Keynan dengan polosnya. Tampak dari wajahnya Gabby begitu bahagia mendengar perkataan Keynan.
"Hmm..Untuk orang tua dan tempat rumah mu. om..em...Daddy akan segera mencari tau sampai ketemu."
Sambil memeluk dan mencium kening Gabby. Mereka sudah sangat dekat walaupun masih mengenalnya beberapa waktu lalu.
Flashback Off
"Jad...jadii...Alexa bukan putri kandung om?" Tanya Lea terkejut.
"Benar. Gabby...emm. Alexa maksud ku. Dia bukan lah anak kandung ku dan Cassie." Jawab ku
"Dan yaa...Cassie adalah adik kandungku bukan istriku."
"Benarkah?" Tanya Lea terkejut.
"Kalau begitu siapa istri om sebenarnya?" Tanya Lea. Tampak dari raut wajahnya sepertinya Lea sedang bingung.
"Saya masih lajang." Jawab ku singkat.
"Dan om sampai sekarang belum menikah?" Tanya Lea mengerutkan keningnya, bingung.
"Iya... sebenarnya ada seseorang yang sedang saya tunggu sampai sekarang."
"Siapa om?"
"Gabby Alexandra. Aku menyayanginya melebihi siapapun bahkan aku sangat mencintainya. Maka dari itu aku tidak bisa melihat Gabby dekat dengan laki-laki siapapun selain aku. Yaa...mungkin kamu menganggap aku gila, akan tetapi sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Memang kenyataannya begitu, aku sangat mencintai Gabby sebagai wanita bukan sebagai putriku." Jelas ku. Hingga membuat Lea semakin terkejut dan bingung. Aku tidak peduli apa yang dipikirkan Lea tentang ku. Yang terpenting sekarang aku hanya ingin melindungi Gabby dan mencintainya setulus hatiku. Serta aku hanya ingin memiliki dia seutuhnya tanpa ada seorangpun yang menggangguku.
"Lalu bagaiman Alexa bisa tidak mengingat masa lalunya dan yang dia tau bahwa om dan tante cassie orang tua kandungnya?"
"Okay, om akan menjelaskannya."
"Waktu itu Gabby duduk di bangku kelas 1 sekolah dasar. Saat pulang sekolah, saya lupa tidak menjemputnya, karena saya waktu itu ada jadwal kuliah. Dia tetap menunggu di depan gerbang sekolah dan Cassie tidak tau bahwa aku belum menjemput Gabby. Saat itu Gabby merasa bosan menunggu, lalu ia berjalan sendiri untuk pulang. Saat ia perjalanan pulang ia menyeberang jalan dan tidak melihat jika ada mobil yang melaju kencang. Ketika itu lah insdien kecelakaan beruntun itu terjadi. Mobil yang dikendarai pelaku melaju kencang dan menabrak Gabby membuat Gabby terpental sejauh 3 meter, mobil itu berhenti mendadak dan membuat kendaraan di belakangnya saling menubruk sehingga keadaan kendaraan yang terlibat kecelakaan itu terguling dan ada yang terbakar. Dan Gabby lah salah satu korban yang paling parah ia koma, yang lainnya hanya cidera dan luka-luka. Dulu ia pernah dikabarkan meninggal oleh dokter, namun beberapa waktu kemudian Gabby memberikan reaksi dan terjadi keajaiban. Akhirnya Gabby terselamatkan dan hidup sampai saat ini. Dan yaa...satu lagi, ia trauma melihat kendaraan ngebut dijalanan. Tapi jika ia mengendarai kendaraan tidak." Jelas ku secara mendetail.
Setelah aku menjelaskan insiden itu kepada Lea, Lea meneteskan air matanya, ia menangis. Mungkin ia merasa kasihan terhadap sahabatnya Gabby. Ia diam termenung menelan semua penjelasanku tadi. Semakin lama air mata nya tidak henti-hentinya mengalir di pipinya.
Aku mendekatinya lalu aku menghapuskan air matanya dan memeluknya. Aku memeluk Lea bukan karena aku menyukai nya akan tetapi aku hanya ingin memberikan perhatian kepada Lea. ia diam kikuk melihatku memeluknya, mungkin ia terkejut.
"Om...Ke...Keynan." Ucap Lea terkejut.
"Maaf kan aku, bukan maksud ku apa-apa. Aku hanya tidak tega melihat wanita menangis didepanku." Terang Keynan melepas pelukannya kepada Lea.
"Emm...ii...iyaa om." Jawab Lea gugup.
Di ruangan Gabby, saat ini ia merasa bosan. Cassie sudah terlelap dalam tidur nya 1 jam yang lalu. Gabby mendudukkan tubuhnya di samping bad rumah sakitnya.
"Aku kok pengen jalan-jalan keluar ya..." Gumam Gabby pada dirinya.
Lalu ia berjalan keluar dari ruangannya dengan tangan salah satunya memegang tiang infus.
Gabby menelusuri lorong rumah sakit, sampai ia tiba di taman depan rumah sakit.
Matanya melihat-lihat disekeliling taman rumah sakit, sampai pandangan matanya terpaku dalam satu objek. Ia mulai mendekati objek itu dan bersembunyi dibalik pohon cemara. Objek itu adalah Keynan dan Lea. Ia menatap mereka berdua dibalik pohon dan mendengar percakapannya, namun Gabby tidak bisa mendengarnya dengan jelas karena jaraknya yang sedikit jauh dari tempat Keynan dan Lea.
Mata Gabby terbelalak, terkejut melihat adegan yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Ia melihat Keynan memeluk Lea, hati Gabby terasa sakit terasa seperti tersayat-sayat melihatnya. Ia mulai menitiskan air matanya. Lalu ia berjalan kembali ke kamarnya dalam keadaan menangis. Gabby mulai memikirkan kembali adegan yang telah ia lihat beberapa waktu lalu. Apa sebenarnya yang mereka sembunyikan dariku, dan ada hubungan apa diantara mereka berdua?. Batin Gabby bertanya dengan dirinya sendiri.
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••