4 jam kemudian, acara wisuda telah selesai. Kini Gabby bersama sahabatnya sudah berada dihalaman kampus.Mereka berkumpul untuk menunggu orang tua mereka masing-masing.
Lea, Shinta dan Ana mengucapkan selamat atas keberhasilan Gabby mendapatkan penghargaan sebagai mahasiswa lulusan terbaik di tahun ini. Sontak mereka menangis dalam pelukan mereka ber-4.
Setelah adegan berpelukan yang menguras banyak air mata. Sahabat Gabby berbincang membahas mengenai hal apa yang akan mereka lakukan setelah lulus kuliah saat ini.
Sedangkan Gabby diam,masih sibuk dengan pikirannya. Ia merasa ada hal yang janggal tentang mimpinya tadi malam. Ia memimpikan ada seorang anak kecil menangis, meringkuh di sebuah bangku taman. Akan tetapi Gabby tidak mengerti arti mimpi itu. Ia mulai mengingat-ingatnya kembali. Bukankah mimpi itu pernah melintas dalam otakku beberapa waktu lalu?. Batin Gabby menanyai dirinya sendiri. Gabby tetap mencoba mengingat-ingatnya lagi. Tangan kanannya memegang keningnya, hingga terlintas dalam otaknya sebuah insiden kecelakaan dan tak lama kemudian terlintas ingatan seorang anak kecil perempuan menangis di dalam sebuah ruangan gelap yang didepannya ada pria bertubuh besar dengan membawa sebuah pisau tajam.
Gabby meringis kesakitan saat bayangan ingatan itu muncul, namun hanya terdengar lirih. Ia memegang kepalanya dengan kedua tangannya.
"Apa arti semua itu? aku bingung." Ucap Gabby lirih. Namun ke tiga sahabatnya bisa mendengarnya. Seketika fokus mereka beralih kepada Gabby.
"Ada apa Alexa? kamu kenapa?" Tanya Shinta khawatir.
"Aku tak apa, hanya sedikit pusing saja. Mungkin kelelahan." Jawab Gabby mengelak agar para sahabatnya percaya dengan perkataannya.
Shinta dan Ana menganggukkan kepalanya mengerti. Sedangkan Lea, ia merasa ada yang aneh dengan Gabby. Ia mengetahui segala rahasia dan masa lalunya Gabby yang ia ketahui dari Keynan. Lea mulai mendekati Gabby dan bertanya. "Benarkah kamu baik-baik saja Alexa? Apakah kepalamu pusing lagi?" Tanya Lea.
Gabby mengernyitkan dahinya bingung. Bagaimana Lea bisa tahu, seakan-akan pertanyaan nya itu memberi isyarat bahwa Lea tahu kalau Gabby sering pusing. "Aku tadi pagi di beritahu Daddy mu kalau kamu semalam pusing." Lanjut Lea.
Raut wajah Gabby berubah datar ketika mendengar bahwa Lea diberitahu Daddynya. Gabby merasa curiga dengan kedekatan mereka berdua. Apakah mungkin mereka memiliki hubungan spesial ataukah yang lainny? arkkhh,,, aku juga tidak tau. Batin Gabby lalu menggelengkan kepalanya.
Lea melihat tingkah Gabby menggelengkan kepalanya membuatnya semakin khawatir. Ia semakin mendekat ke Gabby dan memegang bahu Gabby. "Kamu kenapa Gabby? Katakan kepada ku!" Tanya Lea dengan nada memaksa dan raut wajahnya tampak khawatir.
Gabby tetap diam menatap Lea dengan tatapan penuh pertanyaan. Lea menanggapi tatapan Gabby bingung. Lalu Gabby menetralkan kembali ekspresinya dan menenangkan dirinya. Ia mendenguskan nafasnya pelan. Sedangkan Lea masih memegangi bahu Gabby, Shinta dan Ana menatap Gabby dan Lea bingung.
Dari arah aula terlihat Keynan dan Cassie yang berjalan ke arah tempat Gabby dan sahabatnya berada. Keynan menatap Gabby tersenyum dari arah kejauhan.
Beberapa detik kemudian, Keynan bersama Cassie sudah berada di samping Gabby. "Ayo kita pulang!" Ajak Keynan. Sedangkan Gabby menjawabnya dengan anggukan.
Gabby menatap ke arah sahabatnya dan berpamitan kepada mereka dan tersenyum. Setelah berpamitan, Gabby berjalan ke arah parkiran mobil Daddynya.
"Kita ke taman kota dulu ya?" Tanya Keynan memecah keheningan.
Gabby dan Cassie hanya menjawabnya dengan anggukan.
Kini mereka telah berada didalam mobil sport merah keluaran baru milik Keynan. Keynan yang duduk di bangku kemudi, Cassie disebelah Keynan, sedangkan Gabby di bangku penumpang bagian belakang.
Mobil Keynan melaju dengan lesat, membelah jalanan kota Jakarta yang amat ramai disiang hari, karena jam siang adalah waktu istirahat bagi orang-orang yang bekerja kantoran.
****
20 menit perjalanan, akhirnya mobil sport merah sudah tiba di parkiran taman kota.
Keynan dan Cassie menuntun Gabby untuk mengikuti arah jalan Keynan.
Dan setelah mencari tempat yang tepat mereka duduk di bangku yang dulu pernah Gabby datangi bersama Keynan berdua.
Gabby mengernyitkan keningnya bingung "Kenapa kita kesini lagi Dad?" Tanya Gabby penasaran.
"Ada yang ingin kami katakan kepada mu Gabby." Jawab Cassie.
"Maksud Mom apa? Mengenai apa?" Tanya Gabby.
Raut wajah Keynan berubah menjadi sedih. Ia merasa gelisah dan takut.
"Sebelum kami katakan, Dad mohon kepada mu. Kamu jangan marah kepada kami!" Kata Keynan dengan nada sedih.
Gabby dibuat semakin bingung dengan perkataan Keynan "Gabby aja tidak tau Dad sama Mom mau omong apa? Jangan buat Gabby bingung."
"Setelah kami mengatakannya kepadamu, kamu akan tau sayang. Tapi Mommy mohon. Jangan marah ataupun kecewa kepada kami!" Pinta Cassie memohon dengan menelungkupkan kedua tangannya. Raut wajahnya berubah sedih, entah sejak kapan.
"I..iiya" Jawab Gabby bingung. Ia kasihan melihat raut wajah Mommy nya tampak sedih.
Sejenak Keynan dan Cassie terdiam, tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Sedangkan Gabby menatapnya bingung dengan tanda tanya besar.
Gabby tak tahan melihat kediaman kedua orang tuanya, ia berdehem memecah keheningan. Sontak Keynan tersadar dari pikirannya. Ia menetralkan kembali pikirannya, memfokuskan pikirannya tentang tujuan awalnya mengajak Gabby ke taman kota.
Keynan menarik napasnya dalam-dalam lalu ia hembuskan pelan. Kemudian ia berdehem, menetralkan kembali perasaannya yang kacau.
"Gabby, Apakah kamu ingat Beberapa hari yang lalau Daddy mengajakmu ke taman ini dan menceritakan sesuatu ke padamu?" Tanya Keynan.
Gabby menatap Daddy nya, pikirannya kembali ke beberapa hari yang lalu. Mata nya menatap ke atas dengan tujuan untuk mengingat-ingatnya kembali. Dan akhirnya ia mengingatnya. Ekspresi Gabby seketika berubah, ia bingung maksud dari Daddy nya. Kenapa Daddynya menanyakan mengenai cerita itu. Ahh, entahlah sebentar lagi aku akan mengetahuinya. Batin Gabby."Iya Dad, aku mengingatnya." Jawab Gabby.
"Semua ceritanya, awal sampai akhir kamu mengingatnya?" Tanya Keynan dengan nada meyakin.
"Aku ingat Dad." Mata Gabby menatap Keynan dalam, dengan maksud memfokuskan dirinya untuk mendengar hal apa yang akan dikatakan Daddynya kepadanya
"Putri kecil yang bernama Layla itu adalah kamu, nama itu sengaja Dad samarkan agar kamu tidak tahu." Jawab Keynan dengan nada sedih dan meyakinkan, raut mukanya terlihat lebih murung.
Mata Gabby terbelalak kaget mendengar perkataan Daddy nya, ia terkejut tak percaya mendengar perkataan Daddy nya. Bagaimana bisa Daddynya tiba-tiba mengatakan hal itu kepadanya, sedangkan yang ia tahu selama ini Keynan dan Cassie adalah orang tuanya.
"Dad pasti bohongkan? ini hanya sebuah keusilan Dad dan Mom untuk memberi kejutan aku kan?" Tanya Gabby tak percaya meyakinkan dirinya tentang apa yng dikatakan Daddynya.
Keynan menutup matanya sejenak "Daddy tidak bohong sayang, Dad mengatakan yang sebenarnya kepada kamu. Inilah kenyataannya. Kamu bukan putri kandung Daddy dan Mommy." Jawab Keynan tegas namun sedikit serak, matanya berkaca-kaca, akan tetapi Keynan menahannya agar tidak jatuh. "Setelah kamu mengingat semuanya pasti kamu akan tau Gabby. Dan putri kecil yang kecelakaan itu kamu dan kamu selama 14 tahun ini hilang ingatan. Segala hal yang aku dan Cassie sembunyikan telah aku ceritakan kepadamu waktu kita berdua disini."Lanjut Keynan, lalu mendenguskan napasnya.
Sedangkan Gabby mendengar apa yang dikatakan Keynan hanya diam tak percaya. Matanya berkaca-kaca, dan lama kelamaan air mata yang terbendung itu jatuh dengan sendirinya.
"Dan maafkan kami Gabby, selama ini Mom dan Dad menyembunyikan hal besar ini dari kamu. Kami hanya tidak ingin kamu kenapa-kenapa sayang. Kecelakaan itu sangatlah parah dan membuat pendarahan di otakmu, maka nya kamu kehilangan ingatanmu. Jika kami segera memberitahukan masa lalu mu kepada mu dengan segera waktu itu. Itu akan memperparah sakitmu. Maka dari itu kami mencari waktu yang tepat. Saat kamu pingsan di kampus bersama Lea, aku dan Daddy kamu sepakat untuk memberitahukanmu dengan instruksi dari dokter tentunya." Jelas Cassie.
Tangisan Gabby semakin terisak dan terdengar di telinga Keynan dan Cassie. Sebenarnya pertanyaan-pertanyaan sudah bermunculan di kepala Gabby, akan tetapi lidah Gabby kelu untuk berbicara. Ia hanya bisa menangis untuk menenangkan dirinya. Cassie dan Keynan yang duduk disamping Gabby memeluknya dan menenangkan Gabby agar tenang.
"Aku tahu Gabby, pasti kamu akan marah dan kecewa kepada kami. Tapi aku mohon, maafkan kami. Kami terpaksa melakukan ini semua demi dirimu, demi kesehatanmu. Dan hari ini lah, hari yang tepat untuk mengatakan yang sebenarnya." Ucap Keynan memecah keheningan yang menyelimuti mereka bertiga sejenak.
Cassie menatap Gabby yang terisak tak tahan membendung air matanya.
Walaupun Gabby bukan putri kandungnya, namun ia sangat menyayanginya bagaikan putrinya sendiri.
Gabby mulai memberanikan dirinya untuk bertanya. Air mata yang mengalir di pipinya ia usap pelan. "Jika kalian bukan orang tua kandungku, lantas siapa orang tua kandungku yang sebenarnya?" Tanya Gabby dengan suara nya yang serak.
"Waktu itu aku sudah mengatakannya kepadamu, nama orang tua kandungmu." Jawab Keynan.
"Lupa." Ucap Gabby singkat. "Dan satu lagi, pertemukan aku dengan orang tua kandungku!" Lanjut Gabby dengan nada ketus, namun suaranya masih serak dengan air matanya yang mengalir dipipinya.
"Besok lusa, kita pergi ke New York." Jawab Keynan. "Aku akan menemukanmu dengan orang tua kandungmu. Dan besok dalam waktu 24 jam, aku akan mencari tau keberadaan orang tuamu saat ini." Lanjut Keynan.
Gabby hanya menjawabnya dengan anggukan kepala. Sebenarnya ia sangat marah dan kecewa dengan Keynan dan Cassie. Akan tetapi tak bisa dipungkiri, bahwa ini semua mereka lakukan demi kebaikan Gabby.
****
Malam hari, suasananya tak seperti biasanya. Awan hitam menyelimuti langit. Tidak ada gemerlip bintang dan terangnya sinar bulan. Angin yang berhembus hingga menimbulkan rasa dingin menusuk sampai tulang.
Di sabuah taman di samping rumah besar dan megah terdapat seorang pria berbadan tegap dan besar berdiri di samping pohon cemara. Mata kecoklatannya menatap tajam kearah wanita muda yang sedang duduk di bangku taman didekat sungai.
Pria itu mendekati tempat wanita itu berada. "Gabby." Panggil pria itu. Wanita itu yang merasa namanya di panggil menoleh sebentar ke arah pemilik suara yang memanggilnya, lalu memalingkan pandangan nya ke arah sungai tenang yang ada di taman itu, setelah mengetahui siapa yang memanggilnya.
"Masuklah! diluar dingin." Perintah pria itu, lalu duduk disamping wanita yang bernama Gabby itu.
"Pergilah! aku masih ingin disini sendiri." Ujar Gabby dengan nada dingin dan menatap datar ke arah depan.
"Tidak. Nanti kamu kedinginan. Cepat masuk sekarang!"
"Kenapa sih? aku hanya ingin sendiri. Aku butuh waktu untuk menerima dan memikirkan semuanya."
Pria itu hanya diam mendengar perkataan Gabby. Ia tau Gabby membutuhkan waktu sendiri untuk menerima semuanya. Tapi ia tak tahan jika wanita yang di cintainya mendiaminya seperti ini. Hanya ada rasa khawatir yang dirasakan pria itu, ia takut jika wanitanya akan membencinya. Ia takut kehilangan wanita yang di cintainya. Akan tetapi, harus bagaimana lagi. Mengatakan kebenaran memang memiliki resiko, dan kemungkinan ia akan di benci oleh Gabby.
"I know, you angry with me and Cassie. But, kami melakukan ini semua demi kabaikanmu dan ak...." Ujar Pria itu di potong oleh Gabby.
"Stop! Jangan bahas masalah itu sekarang Tuan Keynan. Aku bilang, aku masih ingin sendiri. Tapi kenapa kamu tak juga pergi dari sini?" Ucap Gabby memotong pembicaraan pria itu.
"Aku tau Gabby, pasti kamu memiliki banyak pertanyaan kepada aku dan Cassie. Jika kamu ingin menanyakannya, aku pasti akan menjawabnya."
Gabby diam mendengar ucapan Keynan. Ia merenungkan perkataan Keynan sebentar. Benar juga apa yang di katakan Daddy. Batin Gabby
"Okay, aku mau bertanya. Kalau aku bukan anak kandung kalian. Lantas siapa anak kandung kalian yang sebenarnya? Dan selama ini yang aku tau di rumah ini hanya ada kita ber-tiga dan para maid lainnya." Tanya Gabby penasaran.
"Kami belum memiliki anak, bahkan untuk menikah." Jawab Keynan dengan nada datar tatapannya tajam bak elang menatap Gabby.
Jawaban itu membuat Gabby terkejut. Ia tak percaya dengan perkataan Keynan. Namun jika itu benar, kenapa mereka tidak menikah?. Hal itu semakin membuat bingung Gabby, hidupnya terasa seperti sedang dipermainkan.
"Kenapa?" Tanya Gabby. "Jika memang kalian belum menikah, apa sebabnya?" Lanjut Gabby.
"Karena kami adalah adik dan kakak kandung dari nyonya Mellyana Patterson dan Adam Harrison, yang selama ini kamu anggap kakek dan nenek kamu." Jawab Keynan. Gabby terkejut mendengarnya. Bagaimana bisa, ia selama ini hidup bersama orang tua pura-pura yang ternyata adalah adik kakak. Oh tidak. begitu rumitnya hidupku. Kenapa engkau mempermainkan hidupku ini ya tuhan. Batin Gabby.
"What the hell. Selama ini kalian membohongi ku dengan segala sandiwara kalian. Waaaahh....waahhh, sungguh hebat kalian mempermainkan ku." Ujar Gabby dengan nada mengejek dan bertepuk tangan. Namun, air matanya jatuh dengan sendirinya. "Acting kalian sungguh bagus, sehingga bisa menciptakan keluarga pura-pura yang seperti sungguhan. ckckck, Hebat sekali kalian." Lanjut Gabby.
Entah dari mana Gabby memiliki keberanian untuk berkata kasar kepada Keynan. Selama hidupnya ia tidak pernah berani melawan Keynan, bahkan untuk berkata kasar sedikit pun ia tidak berani. Mengingat tatapan mata coklat Keynan yang tajam bak elang yang ingin menerkam mangsanya terlihat menakutkan bagi siapapun.
Mata Keynan tampak lebih tajam dari sebelumnya. Ia menatap Gabby dengan marah, sedangkan Gabby yang awalnya tampak marah, kini ia menjadi lebih takut melihat Keynan. Ia menundukkan kepalanya. Selama ia hidup dengan Keynan, ia tidak pernah melihat Keynan semarah ini. Ini memang salah ku memancing singa yang tidur. Batin Gabby. Gabby memundurkan badannya ke belakang, sehingga tubuhnya menubruk pohon mangga yang ada di belakangnya. Keynan memajukan langkahnya mengikuti langkah Gabby yang bergerak mundur. Dan kini tubuh Gabby terkunci dengan kedua tangan Keynan. Hembusan napas Keynan terasa di wajah Gabby.
Keynan mendekatkan bibirnya di telinga Gabby. Deru napas Keynan memberi sensasi geli yang menggelayar di tubuh Gabby.
"Kamu menjadi lebih berani dengan Daddy mu yang merawatmu dari kecil sayang." Ucap Keynan dengan suara serak, namun terdengar menakutkan. Gabby terdiam mematung mendengar perkataan Keynan. Air matanya tak henti-hentinya mengalir di pipi chubby nya dan jatuh langsung ke tanah, karena ia menundukkan kepalanya. Ia menjadi lebih takut setelah mendengar perkataan Keynan. Hatinya terasa bergemuruh tak karuan, denyut jantungnya berdebar dengan kencang serasa akan keluar dari tempatnya. Ya Tuhan, ada apa dengan ku. kenapa jantungku berdegup kencang? perasaan apa ini?. Batin Gabby.
Keynan melihat Gabby menangis tidak tahan. Ia langsung memeluk erat tubuh Gabby tiba-tiba. Sedangkan Gabby hanya terdiam menerima pelukan yang tiba-tiba. Maafkan aku Gabby, aku dan Cassie terpaksa melakukan ini semua. Dan aku janji, aku akan mencari tau tentang orang tua mu. Batin Keynan.
"Maafkan Daddy telah membuat mu ketakutan." Ucap Keynan. Sedangkan Gabby hanya menundukkan kepalanya dari tadi.
"Tidak apa-apa, jika kamu ingin marah kepada aku dan Cassie. Ini semua memang salah kami. Akan tetapi, kamu tau sendiri. Kami melakukan ini demi kamu. Kami tak ingin melihatmu sakit. Selama ini aku dan Cassie memang berpura-pura menjadi orang tua mu. Tapi kami sangat menyayangi mu Gabby." Lanjut Keynan dengan nada serak. Ia menangis, air matanya jatuh dengan sendirinya.
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••