Pagi telah tiba, kini ke-tiga keluarga itu menyiapkan barang-barang yang akan mereka bawa ke New York.
Gabby sangat senang, karena ia akan bertemu dengan kedua orang tuanya. Namun, ia juga sedikit bimbang karena rasa takut jika kedatangannya membahayakan kedua orang tuanya. Tapi ia yakin dengan kata-kata Daddy-nya kemarin, bahwa ia akan melakukan apa pun agar bisa bertemu dengan orang tuanya tanpa rasa takut dan membahayakan orangtuanya.
Tidak lupa, Gabby juga mengundang ke-tiga temannya untuk mengantarnya ke bandara. Sebelum jam 8 tepat mereka harus segera tiba di bandara.
"Dad, apakah Daddy yakin kita bisa sampai kesana dengan selamat? Aku takut jika para penjahat itu mengincar kita." Tanya Gabby mengeluh.
"Tenang Gabby. Daddy sudah menyiapkan sebuah rencana agar kamu tidak dikenali mereka dan saat disana kamu harus menggunakan identitas palsu." Jawab Keynan.
"Bagaimana Dad? Apakah aku harus merubah penampilan ku?" Tanya Gabby. Keynan menganggukkan kepalanya. "Gunakan wig pendek dan pakailah kaca mata, dan satu lagi pakailah tompel palsu." Gabby tertawa mendengar saran dari Keynan, menurutnya itu penampilan yang sangat lucu bagi dirinya.
"Kenapa kamu tertawa?" Tany Keynan bingung. "Ha.. Ha... Ha, saran mu lucu Dad." Keynan menggeleng-gelangkan kepalanya seraya mengambil kantong belanjaan yang didalamnya berisi wig, kacamata dan tompel palsu.
"Nih, coba kamu pakai!" Perintah Keynan.
"Apa ini Dad?" Tanya Gabby.
"Lihatlah sendiri!" Jawab Keynan.
Gabby membuka kantong belanjaan dari Keynan, lalu ia membawanya ke kamarnya dan memakainya untuk penyamaran. Selesai memakai, ia membawa turun barang yang akan dibawa ke New York.
Keynan dan Cassie sangat terkejut melihat penampilan Gabby yang membuat Gabby terlihat pangling.
"Waow, bagaiman bisa sebeda ini. Sangat luar biasa, tidak mirip seperti dirimu Gabby." Puji Keynan, namun sedikit mengejek penampilan Gabby.
"Daddy, kamu memuji ku atau mengejekku?" Tanya Gabby kesal.
"Dua-duanya." Jawab Keynan menggoda Gabby. "Terserah." Jawab Gabby kesal.
"Aku lepas dulu ya Dad. Nanti teman-temanku datang di bandara untuk melihat kepergianku. Jika aku memekai ini, mereka pasti akan terkejut dan pastinya banyak tanya. Kan ribet?" Keynan menganggukkan kepalanya.
Jam menunjukkan pukul 07.20 pagi, Gabby, Keynan dan Cassie telah selesai menyiapkan perlengkapan yang akan mereka bawa. Kini mereka sudah dalam perjalanan menuju bandara yang menempuh jarak 40 menit dari rumahnya.
"Gabby." Panggil Keynan.
Gabby yang tengah asik membaca novel kesukaannya langsung menyahut Keynan. "Heemm, ada apa Dad?" Tanya Gabby.
"Saat kita tiba disana, kita belum bisa menemui orang tua kamu sebelum aku menghubungi mereka. Sedangkan aku belum bisa menghubunginya, karena sepertinya mereka telah mengganti nomer dan e-mailnya." Jawab Keynan. Gabby menutup buku novelnya saat ia mendengar perkataan Keynan mengenai orang tuanya.
"Lalu bagaimana Dad?" Tanya Gabby.
"Tenang saja, aku telah memiliki rencana. Kamu hanya sabar menunggu saja, aku janji akan mempertemukanmu dengan orang tuamu." Jawab Keynan dengan nada lugas dan meyakinkan. Gabby menganggukkan kepalanya, ia sepenuh percaya dengan apa yang akan dilakukan Keynan pasti yang terbaik untuk dirinya.
"Kita nanti tinggal di rumah mama sama papa saja mas, kelihatannya jika kita disana Gabby lebih aman." Saran Cassie. "Benar juga katamu." Jawab Keynan.
Setelah menempuh 40 menit perjalan, kini mereka telah sampai dibandara. Didepan teras bandara ketiga sahabat Gabby sudah setia menunggu.
"Hai Alexa." Sapa Ke-tiga teman Gabby.
"Hai.."balas Gabby.
Mereka berpelukan ria melepas rindu yang akan melanda mereka.
"Alexa, sehat-sehat ya disana. Jangan lupakan kita ber-tiga." Ucap Lea.
"Tenang saja kalian, aku nggak bakalan lupain kalian. Aku akan selalu ngabarin kalian kok." Celetuk Gabby.
"Ya sudah, kami pergi dulu ya?" Pamit Keynan.
"Eh, iya om. Hati-hati om tante."
Gabby, Keynan dan Cassie berjalan menuju tempat registrasi dan menunggu waktu pemberangkatan.
***
Markas Black Maxine
Seorang pria berpawakan tinggi nan besar, berwajah menakutkan dengan rahang tegas dan sangar, sedang duduk dikursi kebesarannya didalam sebuah markas dengan minim cahaya bersama para bawahan kepercayaannya yang berbaris rapi. Ia sedang mendiskusikan sebuah cara untuk menemukan seseorang dan membongkar sebuah rahasia besar.
"Edwin, aku percayakan tugas ini padamu. Jangan sampai mereka tau kalau kau adalah utusanku, cari tau tentang kelemahan yang mereka miliki!" Ujar pria itu memerintahkan asisten pribadinya.
"Baik Mr.Black, akan saya lakukan. Tapi bagaiman jika mereka mengetahui lebih dulu tentang keberadaan gadis yang sedang anda cari?" Tanya Edwin kepada Mr.Black.
Mr.Black menatap mata Edwin dengan raut wajah yang menakutkannya, seketika membuat Edwin terdiam kaku dan ketakutan.
"Makanya, kau harus cepat cari tau keberadaan gadis itu sekarang bodoh!" Maki Mr.Black dengan nada tinggi.
"Ba..ba..baik Tuan, akan saya usahakan." Jawab Edwin terbata-bata dengan kepalanya menunduk, karena ia takut menatap wajah lawan bicaranya.
Dari sudut pintu menuju ruangan gelap yang Mr.Black tempati, datang seorang pengawal dari anggota BM. Mata Mr.Black beralih memandang kearah pengawal yang baru datang itu. "Permisi Mr, saya mendapatkan sebuah informasi penting. Gadis yang sedang anda cari itu, hari ini ia sedang dalam perjalanan menuju New York dari Indonesia bersama orang tua angkatnya. 2 jam lagi mereka akan landing di Bandara International John F.Kennedy. Dan menurut informasi yang saya dapatkan musuh anda saat ini sedang menuju ke bandara untuk mencari keberadaan gadis itu."
Pria itu menyilangkan kedua tangannya, kedua matanya menatap, membidik kearah pengawal yang sedang berbicara dengannya.
"Oke, kalian sebar seluruh pengawal ke bandara. Dan satu lagi, pastikan kalian tidak ketahuan oleh musuh. Ganti pakaian kalian dengan pakaian biasa. Jika sekiranya ada gadis yang mirip dengan ada yang difoto itu, kalian ikuti kemana perginya. Dan pastikan bahwa dia dalam keadaan aman!" Perintah pria yang dijuluki Mr.Black itu.
Ia adalah pria yang sangat tertutup, bahkan dengan asisten pribadinya. Memang ia memiliki banyak pengawal, tapi ia tidak begitu percaya dengan mereka, setelah ia tau betapa licik dan piciknya musuh yang sedang ia hadapi. Kemana pun ia berada, ia selalu menggunakan topeng kulit dengan bekas luka yang menyeramkan dipipinya. Tidak ada seorang pun yang tau wajah asli dan identitas asli dengan julukan Mr.Black itu.
Mr.Black memiliki sebuah perusahaan besar dibidang ekspor impor batu bara. Namun, itu semua hanya kedok belaka untuk menyembunyikan motif aslinya, dengan kekayaan yang berlimpah ruah dan hanya ia gunakan untuk kebutuhan pribadinya. Di New York ia memang sangat terkenal dengan nama Mr.Black, bahkan keangkuhannya dan banyak yang percaya bahwa Mr.Black adalah pria jahat dan menakutkan yang tidak bisa terkalahkan. Tetapi ia sangat senang dengan julukan dan anggapan masyarakat tentangnya, ia semakin yakin dengan ketenarannya itu ia semakin mudah melawan musuhnya. Dengan ambisi balas dendamnya yang amat mendalam dengan seseorang, ia terpaksa melakukan segala cara, walaupun harus menjadi orang jahat sekalipun. Yang terpenting baginya, ia bisa melindungi dan menemukan orang yang ia rindukan selama ini, beserta balas dendam untuk merebut kembali hak dan kebahagiaannya yang telah direbut oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab dan haus akan kekuasaan.
"Salah satu dari kalian cari tau secepatnya siapa orang tua angkat gadis itu, cari tau identitas dan asal usulnya dari keluarga seperti apa!" Perintah Mr.Black.
"Baik Mr.Black." Jawab seluruh pengawal.
"Kerjakan sekarang juga!" Perintah Mr.Black tak terbantahkan. Seketika seluruh pengawal yang awalnya berbaris rapi bertaburan keluar dari ruangan itu untuk melakukan tugasnya.
***
New York City-Bandara International John F.Kennedy
"Gabby, Kamu sama Cassie keluar sekarang. Didepan teras bandara ada mobil hitam, kamu masuk ke mobil itu. Aku, dapat informasi kalau anak buah musuh orang tua kamu sudah menyebar di New York termasuk di bandara. Hati-hati, jangan sampai penyamaran kalian ketahuan." Ujar Keynan dengan lugas.
Saat ini mereka berada dalam pesawat yang sudah landing di bandara New York.
"Lalu Dad gimana?" Tanya Gabby.
"Jangan khawatirin Daddy. Kalian tunggu di rumah kakek dan nenek kamu." Jawab Keynan dan hanya dijawab anggukan kecil tanda mengerti oleh Gabby dan Cassie.
"Mom, pakailah kacamata hitam ini. Supaya Mommy tidak terlalu mencolok." Pinta Gabby.
Gabby dan Cassie berjalan keluar dari pesawat dan menuju ke teras bandara.
Di dalam bandara suasana sangat ramai. Bahkan malah banyak pria bertubuh tinggi memakai pakaian formal berjas hitam. Gabby dan Cassie berjalan hati-hati melewati banyaknya pria itu. Berharap semoga penyamarannya tidak ketahuan.
"Mom, sepertinya pria berjas hitam itu pengawal dari musuh Orangtua ku." Ucap Gabby.
"Sepertinya iya. Kita harus hati-hati Gabby. Eh.., sepertinya itu mobil yang Daddy kamu katakan." Ujar Cassie seraya tangannya menunjuk ke arah mobil hitam yang berada didepan teras bandara.
"Iya Mom, ayok kita kesana!" Ajak Gabby dan dibalas anggukan oleh Cassie.
Tanpa Cassie dan Gabby sadari, dibelakang mobil yang sedang ia tumpangi diikuti oleh mobil silver pengawal dari Mr.Black. Kali ini musuk dari Mr.Black kalah cepat lagi.
"Mom, sepertinya dari tadi mobil dibelakang itu mengikuti kita." Ujar Gabby memberi tahu Cassie. Cassie menengokkan kepalanya kebelakang memastikan apa yang dikatakan Gabby memang benar.
"Sepertinya iya Gabby. Semoga mereka tidak melukai kita." Jawab Cassie.
30 menit menempuh perjalanan, akhirnya Gabby dan Cassie telah tiba di rumah milik orang tua Keynan dan Cassie. Anehnya, mobil yang mengikuti mereka berdua tadi sama sekali tidak melakukan apapun, bahkan tidak melukai Gabby dan Cassie. Seakan-akan mereka hanya mengikuti kemana arah pergi Gabby dan Cassie.
Didepan rumah keluarga Harisson sudah terdapat banyak pelayan yang berjajar rapi menyambut kedatangan Gabby dan Cassie, dan ditangga menuju jalan masuk utama terdapat Mellyana Patrerson dan Adam Harisson kedua orang tua Keynan dan Cassie.
Gabby keluar dari mobil mendahului Cassie, dan diikuti Cassie keluar dari mobil. Mereka berdua berjalan menuju Melly dan Adam berdiri.
"Oh astaga cucuku.." Sambut Melly.
Gabby tersenyum kearah Melly dan Adam. "Hai, emm....kakek nenek." Sapa Gabby masih kaku karena sudah lama sekali tidak bertemu.
Cassie berjalan mendekati ayahnya Adam dan membisikkan sesuatu kepada Adam, entah apa yang sedang Cassie katakan.
"Benarkah?" Tanya Adam setelah mendengar perkataan dari Cassie yang ia bisikkan. Cassie hanya menganggukkan kepalanya.
Adam mendekati Gabby yang tengah berdiri didepan Melly. "Maafkan kami yang telah berbohong kepadamu selama ini Gabby." Ujar Adam tiba-tiba. Tapi akhirnya Gabby tau kemana arah yang sedang Adam bicarakan.
"Emm, iya nggak papa kek. Aku juga mengerti kok semuanya dan alasannya. Sekarang masalah itu tidak perlu dibahas lagi, karena kata Daddy sebentar lagi ia akan menemukan aku dengan orang tua kandungku." Jawab Gabby dengan tersenyum ke arah Adam. Adam memeluk Gabby setelah mendengar perkataan Gabby dan mengelus puncak kepala Gabby.
"Syukurlah kalau begitu."
"Sekarang kalian berdua masuk kerumah, membersihkan diri, makan dan lalu istirahat. Pasti kalian lelahkan?" Lanjut Adam, sereya melepas pelukannya dari Gabby.
Gabby dan Cassie menganggukkan kepalanya dan berjalan masuk kedalam rumah, sedangkan barang bawaan mereka telah dibereskan oleh pelayan rumah.
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••