Ketiga sahabat Keynan menatapnya dengan penuh intimidasi, mereka penasaran apa yang dibicarakan Keynan dengan seseorang dibalik telepon itu.
Keynan menautkan kedua alisnya dengan menatap kembali ketiga sahabatnya yang menatapnya sejak dari tadi.
"Kenapa kalian menatapku begitu?" Tanya Keynan.
"Apa kau tidak ingin memberitahu sahabatmu?, siapa yang menelepon mu tadi dan apa yang dikatakannya?" Tanya Dave balik.
Keynan mengerutkan keningnya, lalu ia menuju ke bangku kerjanya dan duduk dengan berpangku tangan dan kakinya bersila.
"Key, kau memang tega dengan sahabatmu ini." Ucap Johnny.
Keynan menganggukkan kepalanya pelan, "Okey....okey, aku akan memberi tau kalian. Tadi yang menelpon aku adalah Moondy Browger, pria yang aku katakan padamu tadi dan dia bilang Mr.Black Maxine mengundangku makan siang di restoran italia." Ucap Keynan santai.
Ketiga sahabat Keynan saling menatap ke arah Keynan. Mereka bertiga terkejut dengan perkataan Keynan, "Benarkah?" Tanya Johnny.
"Buat apa aku bohong bodoh." Jawab Keynan.
Klunting, suara notifikasi ponsel Keynan berbunyi. Ia pun membuka isi pesannya dan entah apa isi pesan itu seketika merubah raut wajah Keynan dingin dan datar, rahangnya mengeras, matanya melotot serta kedua tangannya mengepal.
"Sekarang juga kalian keluar laksanakan tugas kalian masing-masing, dan jangan malas-malasan!" Titah Keynan dingin dengan wajah datarnya.
Mendengar itu, ketiga sahabat Keynan-pun meninggalkan ruangan Keynan dan menyisakan Keynan yang tengah duduk sendiri didalam ruangannya di kursi kebesarannya. Karena mereka tau, ketika Keynan sudah menggunakan mode datar dan dinginnya, ia sedang tidak ingin diganggu dan mungkin sedang ada masalah yang Keynan tidak ingin mereka tau.
Keynan mulai kembali membuka laptopnya untuk menyelesaikan sisa pekerjaannya. Namun, fokus Keynan buyar karena mengingat isi pesan tadi ia lihat. Ia pun membuka kembali pesan di ponselnya.
Nomor tidak di kenal
Sebagai pembalasan, karena kau sudah membunuh anak buahku. Bagaimana kalau diganti dengan nyawa wanita mu?. Mungkin jika wanita mu sedang dalam bahaya kau akan menyerah. 😂😂😂😂
"Shit." Umpatnya.
"Aku akan membalasmu." Lanjutnya.
***
"Wow, indah sekali taman ini. Lebih indah dari taman milik Daddy yang ada di Indonesia." Puji Gabby takjup melihat pemandangan yang tersuguhkan didepannya.
"Eh bibi, sedang apa bibi disini?" Tanya Gabby kepada seorang wanita paruh baya berseragam khas pelayan seraya memengangi bunga-bunga yang tampak indah disampingnya.
"Eh nona Gabby, ini non saya sedang metik bunga untuk ganti bunga yang di ruang tamu dan ruang tengah yang sudah layu." Jawab pelayan itu.
"Saya bantu ya bi?"
"Nggak usah non, nanti saya merepotkan nona Gabby." Tolak pelayan itu.
"Tidak kok bi, lagian Gabby sedang tidak ada kerjaan kan bosen bi." Sanggah Gabby.
Pelayan itu menganggukkan kepalanya seraya tersenyum ke arah Gabby.
"Kalau boleh tau, bibi kerja disini sudah berapa tahun?" Tanya Gabby dengan tangannya masih sibuk memilih bunga untuk dipetik.
"6 tahun non, memang kenapa non?"
"Enggak bi, cuman tanya saja. Saya aja terakhir kesini di umur 7 tahun yang artinya 13 tahun lalu dan itu pun cuman 1 minggu disini, dan sekarang semuanya sudah berubah." Ucap Gabby gamblang dengan nada sedih.
"Tidak papa non jangan sedih, lagian non sekarang kan sudah disini lagi." Lipur pelayan itu.
"Oh iya, nama Bibi siapa? Gabby dari tadi belum kenalan sama Bibi."
"Nama saya Daisy non." Jawab pelayan itu dengan senyumnya yang selalu merekah.
Gabby menganggukkan kepalanya pelan, "Eh iya bi, Gabby kesana dulu ya mau lihat bunga-bunga yang lainnya?" Pamit Gabby seraya menunjuk ke arah tempat yang akan dia tuju.
"Ini bi bunga yang Gabby petik tadi." Lanjut Gabby menyerahkan bunga yang telah ia petik tadi kepada bi Daisy.
"Iya non." Jawab Daisy seraya menatap arah pergi Gabby, namun tatapannya menajam kala ia menemukan seseorang aneh yang mencurigakan terlihat bersembunyi dibalik pohon ditepi danau dengan memakai pakaian serba hitam.
Daisy segera meletakkan keranjang bunganya sembarangan dan mengejar Gabby yang tengah berjalan riang kearah bunga yang ada di tepi danau buatan itu.
"Non Gabby, tunggu!" Teriak Daisy mencegah Gabby.
Gabby pun menengok ke belakang arah Daisy yang memanggilnya.
Daisy menatap ke arah orang berpakaian serba hitam itu akan mencelakai Gabby, dengan secepat kilat ia lari menghampiri Gabby dan mengganti posisi Gabby dengan ia didepan Gabby.
Seketika itu juga orang aneh berpakaian serba hitam itu akan mendorong Gabby, tetapi salah Sasaran dengan mendorong Daisy.
Byur,
"Shit." Umpat orang berpakain serba hitam itu terdengar di telinga Gabby seraya berlari menjauhi Gabby dan Daisy yang sudah terjebur di danau.
Mata Gabby terbelalak kala melihat pemandangan didepannya, Daisy yang sudah terjebur ke danau dan berteriak meminta tolong dibawah danau buatan itu.
"Bi Daisy." Paggil Gabby. "Ya Tuhan, bagaimana ini?" Lanjut Gabby panik, ia mondar mandir kebingungan harus bagaimana, sedangkan ia saja tidak bisa berenang sama sekali.
Akhirnya, ia pun mulai memberanikan menjeburkan diri untuk berenang menolong Daisy yang hampir tenggelam kehabisan napas.
"Tunggu non Gabby, biar saya saja!" Cegah seorang pria yang ternyata salah satu dari pengawal di kediaman Adam Harrisson.
Gabby pun memundurkan dirinya dari tepi danau, ia panik dan ketakutan. Takut jika terjadi apa-apa dengan Daisy, karena Daisy lah yang telah menyelamatkan nyawa Gabby saat itu juga.
Tanpa pamit, air mata Gabby jatuh begitu juga. rasa trauma menghampirinya. Gabby menangis sesenggukan.
"Permisi non, mari saya antar Nona Gabby kedalam." Titah salah satu pelayan yang menghampiri Gabby.
"Tapi bagaimana dengan bi Daisy?" Tanya Gabby khawatir
"Tenang saja non, semoga bi Daisy baik-baik saja."
1 jam sebelumnya
Dengan raut wajah marahnya, Keynan mendial nomor salah satu pengawal di kediaman Adam Harrisson.
"Dimana Gabby sekarang?" Tanya Keynan datar.
"Se...sebentar tuan, saya akan cari ke taman belakang. Tadi saya lihat nona sedang pergi ke arah sana." Jawab pengawal gugup.
"Cepat temukan Gabby, dia sedang dalam bahaya saat ini!" Titah Keynan dengan nada penuh penekanan.
Pengawal itu pun berlari sekencang mungkin munuju ke taman belakang dengan panggilan ponselnya bersama Keynan yang masih menyambung.
"Tuan, sepertinya ada yang mencelakai nona." Ucap pengawal itu, lalu ia membuang ponselnya ke sembarang tempat dan berlari menuju tempat Gabby berada.
"Tunggu non Gabby, biar saya saja." Cegah pengawal itu dan menjeburkan dirinya untuk menolong Daisy.
"Shit." Umpat Keynan, lalu ia mengambil kunci mobilnya yang ada di laci dan pergi keluar dari ruang kerjanya di kantor.