12:00 HR.S Corp
"Kita sudah sampai nona, sebentar saya bukakan pintunya." ujar James dengan kepalanya menoleh kebelakang tempat kursi penumpang.
Sedangkan Gabby menjawabnya dengan senyuman dan anggukan kecil.
"Silahkan keluar nona Gabby." James membuka pintu penumpang dengan kepalanya sedikit menunduk memberi hormat dan tersenyum ke arah Gabby.
"Terima kasih tuan James." Jawab Gabby dengan tersenyum.
Lalu Gabby melanjutkan langkahnya menuju ke ruang kantor Keynan.
Saat berada di resepsionis langkahnya di hentikan oleh salah satu karyawan kantor, "Maaf nona, sedang mencari siapa ya?" Tanya wanita yang menempati bagian resepsionis.
"Saya mencari tuan Keynan, apakah dia ada dikantor?" Tanya Gabby.
"Maaf, sebelumnya nona apa sudah membuat janji dengan tuan?"
"Belum, apakah saya harus membuat janji dulu?" Tanya Gabby balik.
"Iya nona, aturan kantor untuk orang asing yang ingin menemui tuan Keynan harus membuat janji dulu."
Gabby mendengar perkataan staff kantor itu hanya tersenyum, mungkin dia karyawan baru kantor, makanya dia belum kenal aku. Batin Gabby.
"Oke sebentar saya akan menelfon tuan Keynan dulu."
Gabby meraih ponselnya yang ada di tas slempang kecil yang ia bawa. Ia mulai mencari nomer Daddy nya dan menekan 'panggil'.
Ya ampun, kok tidak dijawab sih telfonnya. Gerutu Gabby.
"Sepertinya tuan Keynan sedang sibuk, kalau begitu saya kesini lain kali saja." Ujar Gabby.
Wanita yang ada di resepsionis hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya.
Saat Gabby berjalan kearah keluar kantor, ada yang memanggil namanya.
"Nona Alexa. Ngapain nona disini?" Tanya John General Manager di HR.S Corp.
"Oh, tuan John." Jawab Gabby sontak dengam senyumnya. "Saya sedang mencari Daddy, apakah dia di kantor saat ini?" Tanya Gabby.
"Iya nona, tadi tuan baru menyelesaikan rapatnya sepertinya dia masih di kantor. Silahkan nona kesana, mari saya antar!" Jawab John.
Gabby menganggukkan kepalanya dengan senyumannya masih senantiasa terpancar diwajahnya. Ia mengekori langkah John.
"Nona, sebelumnya saya minta maaf. Saya lupa ada pekerjaan yang belum saya selesaikan. Bagaimana jika anda ke ruangan tuan sendiri?" Tanya John sontak menghentikan langkah Gabby.
"Oh, iya tuan John. Tidak masalah kok saya bisa sendiri. Kalau begitu saya duluan ya tuan?" Ucap Gabby.
"Baik nona Alexa, silahkan."
Gabby pun melanjutkan langkahnya menuju ruangan Keynan, namun saat ia berjalan ke lorong lantai 14 ia mendengar suara orang yang berbicara dengan nada yang mencurigakan. Gabby pun mengikuti arah suara itu, hingga ia tiba di sebuah ruangan yang tidak terpakai seperti gudang dengan minim cahaya. Ia melihat seorang lelaki berpawakan tinggi besar berbicara dengan seorang wanita berkaca mata.
Mereka berdua sedikit mencurigakan, akan aku rekam percakapan mereka. Batin Gabby, lalu ia meraih ponselnya yang ada di tas dan menyalakan aplikasi perekam suara.
"Bagaimana ini tuan?, sepertinya Keynan sudah mengetahui gerak gerik anak buah kita yang ada di Singapura. Dan masalah pengeluaran kantor yang telah aku manipulasi juga sudah diketahui oleh Keynan."
"Aku juga masih bingung sekarang. Aku juga tidak pernah menyangka Keynan seteliti itu. Sepertinya kita harus mengatur strategi lagi dengan Tuan Alberto."
"Okey, jika kita sampai ketahuan oleh Keynan. Kita berdua akan mampus Tuan."
Kenapa mereka berdua membicarakan Daddy, apa mereka berdua itu pengkhianat?. Batin Gabby.
Gabby sedikit mendekatkan dirinya kearah kedua orang misterius tersebut dengan bersembunyi di balik rak buku. Ketika ia menggerakkan dirinya, tanpa sengaja ia menyenggol vas bunga lusuh yang sudah tidak terpakai. 'Praang..'
Seraya Gabby pun terkejut ia langsung menyembunyikan tubuhnya di balik lemari yang ada didekat rak buku.
Pria dan wanita mistrius itu pun juga terkejut mendengar nya."Siapa itu?" Suara wanita berkaca mata mencari keberadaan seseorang untuk memastikan.
Pria dan wanita itu mendekat kearah rak buku yang mana awalnya adalah tempat Gabby bersembunyi,
'cit...cit...cit'
"Astaga ternyata hanya tikus Tuan." Ucap wanita berkaca mata itu
Syukurlah aku tidak ketahuan. Batin Gabby.
"Kita bahas nanti lagi Laura, sepertinya jika kita lama-lama disini sudah tidak aman."
"Baik tuan Morgan."
Pria dan Wanita misterius itu pun meninggalkan ruangan tersebut.
Gabby pun keluar dari persembunyiannya. "Huffhttt....sesak sekali disini." Gerutu Gabby.
"Sepertinya dikantor saat ini sedang ada masalah dan rekaman ini pasti bisa membantu." Ujar Gabby kepada dirinya sendiri.
Lalu Gabby melanjutkan tujuan awalnya menuju ke ruangan kantor Keynan. Ia menekan bell masuk ruangan Keynan. "Kok tidak ada jawaban sih. Apa Daddy masih sibuk?" Tanya Gabby meyakinkan dirinya.
Lalu ia memiliki inisiatif untuk membuka ruangan Keynan.
"Loh, kok tidak ada orang. Kemana Daddy?"
Gabby meraih hp nya dan mendial nomor Daddy nya.
"Halo, ada apa sayang?" Tanya Keynan dari seberang telepon. Gabby membulatkan matanya mendengar perkataan Keynan.
"Anda ada dimana sekarang?" Tanya Gabby.
"Aku masih ada meeting diluar Gabby. Ada apa? Apa ada hal penting yang ingin kamu katakan?" Tanya Keynan kembali.
"Tidak penting. Yaudah kalau gitu anda lanjutin saja." Jawab Gabby
"Apakah kamu masih marah dengan ku Gabby? Maafkan aku." Tanya Keynan dan meminta maaf.
"Tidak." Jawab Gabby dan langsung mematikan teleponnya sepihak.
Restoran Italia
"Kau ingin memesan apa kawan?" Tanya David.
"Terserah kau saja. Kepalaku sedang pusing." Jawab Keynan dengan nada malas nya dan tangannya kirinya memegang kepalanya.
"Okelah, wait. i will order first." Ujar David.
Selang beberapa menit David pergi, Handphone Keynan berbunyi. Ia mengambil Handphone nya dari saku celananya. Terpampang nama Gabby yang menelfon Keynan.
"Halo, ada apa sayang?" Tanya Keynan dari seberang telepon.
"Anda ada dimana sekarang?" Tanya Gabby dari seberang telephone.
"Aku masih ada meeting diluar Gabby. Ada apa? Apa ada hal penting yang ingin kamu katakan?" Tanya Keynan kembali.
"Tidak penting. Ya sudah kalau gitu anda lanjutin saja." Jawab Gabby
"Apakah kamu masih marah dengan ku Gabby? Maafkan aku." Tanya Keynan dan meminta maaf.
"Tidak." Jawab Gabby 'tut..tut' .
Keynan membulatkan matanya dan tersenyum dengan tingkah Gabby yang mematikan telepon nya sepihak.
"Itu tadi siapa yang barusan menelfonmu? Gabby?". Tanya David mengejutkan Keynan.
"Iya, sepertinya dia masih marah dengan ku." Ucap Keynan dengan wajah serius.
"Apakah dia mengatakan hal penting kepadamu?"
"Sepertinya ada hal yang ingin dia katakan padaku, tapi saat aku tanya kan kembali ke dia, dia mengatakan tidak ada yang ingin dia katakan. Aku jadi bingung sendiri menghadapi kemarahan wanita seperti Gabby."
"Hey, dude. Kamu juga harus bisa mengerti dia, setelah 17 tahun berlalu dan baru sekarang ia mengetahuinya, wajar saja jika ia marah. Mungkin beberapa hari lagi dia akan cepat reda kemarahannya, aku yakin itu. Karena kau tau sendirikan, kalau Gabby itu tidak bisa marah terlalu lama?. Jadi kau jangan khawatir pasti masalah ini akan cepat berlalu dan kalian akan bahagia." Ujar David menasehati Keynan.
Begitulah Keynan, ia akan seperti anak remaja jika mengenai masalah perempuan. Hanya David lah teman satu-satunya yang mengerti akan perasaan Keynan. Keynan memang terlihat dingin dan menakutkan dari luar, tetapi jika menyangkut perempuan ia akan menjadi pria cengeng dan menggemaskan.
Pernah suatu ketika saat ia masih duduk di bangku SMA, ia pernah jatuh cinta dengan seorang wanita pendiam, polos dan pintar. Ia menyatakan cintanya dengan wanita itu, akan tetapi ia ditolak mentah-mentahan dan terang-terangan didepan umum. Ia sempat nangis dihadapan David dan wanita itu, karena saking cintanya Keynan dengan wanita, jelas malu lah. Tapi ia tidak peduli ia terus berjuang mendapatkan wanita itu, namun tetap saja ditolak hingga ke-lima kali. Apa sebabnya ia ditolak? karena Keynan adalah primadona di sekolah itu sedangkan wanita itu hanyalah wanita biasa. Dan ia terkenal sangat dingin dan menakutkan dari luar.
Kembali lagi ya ke cerita selanjutnya 😁.
"Okey, i know. Lagian aku melakukan ini semua demi kebaikan dia."
Selang beberapa menit, pesanan makanan David dan Keynan telah tiba.
"permisi tuan, pesanan anda sudah datang." Seorang pelayan tersenyum ramah.
"Oh iya mbak." Jawab David membalas senyum. Sedangkan Keynan hanya tersenyum kaku.
"Wait...wait. Bukankah itu Reynald teman kuliahnya Gabby?" Tanya David dengan tatapan matanya mengarah ke arah bangku restoran yang terletak di pojok dekat kaca.
"Yes, right. Apa yang dia lakukan disini?"
"Entahlah kita lihat saja."
Keynan dan David tetap memperhatikan Reynald.
"Sepertinya dia sedang menunggu kedatangan seseorang." Ujar David
"Entahlah, i dont care. By the way, katamu kau ingin memberitahu ku suatu hal tentang orang tua Gabby?."
"Oh iya, hampir lupa." Jawab David dengan tangan kirinya menepuk jidatnya pelan. "Orang tua Gabby sekarang tinggal di sebuah menshion mewah milik kakeknya, tepat nya ada di pulau manhattan. Dan ya, sepertinya mereka sedang menghadapi masalah serius, oleh karena itu orang tua Gabby pindah ke sana." Lanjut David
"What is their problem? Dan sejak kapan mereka pindah kesana?." Tanya Keynan penasaran.
"Masalah persaingan bisnis. Dan sekarang musuh mereka tau kalau Gabby masih hidup dan mencari tau tentang keberadaan Gabby. Gabby sedang dalam bahaya besar Keynan!!." Ujar David."Mereka telah pindah ke Manhattan sejak 6 bulan yang lalu." Lanjut David.
Keynan terkejut mendengar perkataan David, matanya mulai memanas dan rahangnya sedikit mengeras. Ia sangat tidak suka mendengar wanita yang di cintai nya dalam keadaan bahaya, apa lagi sampai ada orang yang menyakiti nya.
"Sepertinya disebabkan masalah itu mereka sengaja menghilangkan kontak denganku. Untuk menghilangkan jejak bahwa aku orang tua angkat Gabby dan agar Gabby tidak mudah ditemukan oleh musuh mereka. Dan musuh mereka mengincar Gabby agar bisa dijadikan ancaman kepada orang tua Gabby dan membuat mereka mengalah."
"Lalu untuk rencanamu ke New York bagaimana? Apa kau ingin menundanya?."
"No. Aku telah berjanji kepadanya untuk membantu dirinya bertemu dengan orang tuanya, jika aku menundanya pasti Gabby akan marah besar dan pastinya dia akan kecewa."
"Lalu apa rencana mu selanjutnya? Apa kau sudah punya rencana?."
"Ya, aku sudah memiliki rencana. Dan nanti aku akan mengirim sebuah
e-mail padamu tentang rencana itu." David menjawabnya dengan sebuah anggukan kecil.
"Great. Dalam waktu sebentar kau bisa mengatur sebuah rencana? sungguh luar biasa kau Keynan." Puji David sambil tangan kanannya menepuk pundak milik Keynan.
Lalu mereka menikmati makan siang mereka masing-masing.
Diujung tempat Reynald duduk, datang seorang wanita yang ternyata adalah Gabby. Semenjak mereka bertemu waktu itu di kampus, mereka berteman dekat dan sering contact-an.
Mata Keynan melotot melihat kedatangan dan kedekatan Gabby dengan Reynald, ia meletakkan garpu dan sendoknya kasar dan langsung mendekat ketempat Gabby dan Reynald berada.
"Apa yang sedang kau lakukan disini?" Tanya Keynan dengan nada datar.
"Anda sudah melihat sendiri kan, saya sedang bertemu dengan teman saya." Jawab Gabby dengan bahasa formal.
"Ikut aku!!!!" Keynan meraih tangan Gabby dan mencengkeram tangan Gabby erat.
"No, Dad. Aku disini hanya ingin menemui temanku, kenapa anda ikut campur. Dia adalah temanku hanya teman ku... " Jawab Gabby dengan nada penekanan.
Sepasang mata yang ada diresetoran sontak melihat ke arah Gabby dan Keynan berada. Tak sedikit dari mereka yang membicarakan-nya.
Keynan semakin erat mencengkeram tangan Gabby, dan ia berjalan ke arah lorong kecil jalan menuju gudang. Gabby berjalan terburu-buru mengikuti langkah Keynan yang besar.
"Kenapa anda begini kepada saya? Apa salah saya?." Tanya Gabby dengan nada tegas.
"Kau masih tanya apa salah mu kepadaku?." Tanya Keynan balik dengan nada tinggi dan marah.
Gabby menundukkan kepalnya seketika, karena ia tau kalau Keynan sedang marah saat ini. Ia sangatlah takut melihat Keynan marah, apa lagi ketika marah sebab kesalahannya.
"Kau ingin tau kesalahnmu, hmmm?." Tanya Keynan. Tangan kirinya mencengkeram bahu dan tangan kanannya memegang dagu Gabby.
"Lihat mata ku!, buka mata mu dan tatap aku!."
Gabby terdiam dengan seribu bahasa, ia tidak berani menjawab dan hanya ada rasa takut yang menyelimuti dirinya. Bukan takut karena Keynan akan mengasarinya dengan kekerasan karena ia tau Keynan tak mungkin mengasarinya dengan perbuatan, akan tetapi takut karena orang yang selama ini ia anggap ayahnya dan paling ia sayangi memarahinya.
"Kau telah membuatku sakit hati hanya karena melihatmu berdua dengan laki-laki lain." Ujar Keynan dengan nada rendah, "Aku cemburu Gabby, aku cemburu melihat orang yang aku cintai bisa tersenyum dengan laki-laki lain. Sedangkan kau tidak tersenyum lagi karena aku."
Gabby terkejut mendengar hal itu, matanya melotot dan berkaca-kaca.
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••