Gabby terdiam dengan seribu bahasa, ia tidak berani menjawab dan hanya ada rasa takut yang menyelimuti dirinya. Bukan takut karena Keynan akan mengasarinya dengan kekerasan karena ia tau Keynan tak mungkin mengasarinya dengan perbuatan, akan tetapi takut karena orang yang selama ini ia anggap ayahnya dan paling ia sayangi memarahinya.
"Kau telah membuatku sakit hati hanya karena melihatmu berdua dengan laki-laki lain." Ujar Keynan dengan nada rendah, "Aku cemburu Gabby, aku cemburu melihat orang yang aku cintai bisa tersenyum dengan laki-laki lain. Sedangkan kau tidak tersenyum lagi karena aku."
Gabby terkejut mendengar hal itu, matanya melotot dan berkaca-kaca.
"Maafkan aku Dad, aku salah. Tak seharusnya aku marah kepada Daddy dan Mommy." Ucap Gabby.
Keynan mengangguk kecil, lalu ia menghapus air mata yang mengalir di pipi Gabby. Lalu ia memeluk Gabby dan mengelus-elus punggungnya. "Iya, Dad juga tau kamu juga memiliki waktu untuk memahami itu semua. Daddy juga minta maaf karena tadi sudah mengasari mu." Ujar Keynan.
"Maafkan Daddy Gabby. Aku sadar aku salah berkata kasar denganmu, karena aku telah dibutakan oleh cintaku padamu." Lanjut Keynan.
Gabby menikmati pelukan Keynan, karena hanya ia lah yang bisa menenangkan hati Gabby. Selang beberapa menit mereka berpelukan Gabby melepeas pelukannya pelan.
"Dad, apakah Dad mencintaiku sebagai seorang wanita? Melainkan bukan sebagai putrimu?" Tanya Gabby. Keynan menganggukkan kepalanya. Lalu ia menjawab pertanyaan dari Gabby "Iya Gabby, aku mencintai mu sebagai seorang wanita, bukan sebagai putriku."
"Lantas, sejak kapan Dad mulai mencintaiku?"
"Entahlah, aku juga tidak tau. Akan tetapi semenjak aku mengenalmu sejak kita bertemu pertama kali waktu kamu masih kecil, aku mulai menyukai mu." Jawab Keynan dan dibalas senyuman dan anggukan kecil oleh Gabby pertanda mengerti.
****
Kediaman Harisson
"Mom, Dad kemana?" Tanya Gabby. Ia menghampiri Cassie yang sedang menyirami bunga ditaman.
"Astaga, kamu mengagetkan Mommy saja." Cassie terkejut. "Tadi aku melihat Daddy mu sedang di kolam renang." Jawab Cassie.
"Emmm..., Gabby kamu sudah tidak marah lagi sama Mommy dan Daddy?." Tanya Cassie seketika menghentikan langkahnya untuk menuju ke kolam renang. "Tidak, Gabby ngerti kok alasan kalian melakukan itu semua. Kenapa Gabby harus marah, lagian orang tua kandung Gabby pasti punya alasan sendiri kenapa tidak menjemput." Jawab Gabby matanya berkaca-kaca.
Cassie menghentikan aktivitasnya menyiram bunga, karena mendengar nada bicara Gabby yang terlihat sedih. Ia mendekat ke arah Gabby, tangan nya mengelus pundak Gabby dan memeluknya. "Pasti kamu diberitahu bibi Sophia?" Tanya Cassie. Gabby menganggukkan kepalanya.
"Tenanglah sayang, Daddy mu sedang mencari tau keberadaan orang tuamu. Jika hari ini sudah ditemukan kita besok bisa berangkat ke New York." Jawab Cassie. Gabby tampak lebih tenang mendengar jawaban dari Cassie, ia melepas pelukan dan tersenyum ke pada Cassie.
****
Saat ini Gabby sedang melihat Keynan yang berenang. Ia hanya duduk dan menunggu Keynan selesai melakukan aktivitasnya.
Keynan yang mulai menepi ke pinggir kolam renang sedikit terkejut melihat Gabby yang sedang duduk melihat pemandangan dirinya. "Apa yang sedang kamu lakukan disitu?." Tanya Keynan. "Aku menunggu mu selesai berenang." Jawab Gabby.
Oh astaga, betapa sexy-nya tubuh Daddy, sadar....sadar....Gabby jangan sampai kau tergoda. Kenapa jantung ini berdetak kencang sekali? Semoga dia tidak mendengarnya. Batin Gabby. Ia menggeleng-gelangkan kepalanya pelan.
Keynan naik mengeluarkan dirinya dari kolam renang dan mengambil handuk yang ada disamping tempat duduk Gabby. "Astagaaaa... Daddy. Apa kamu tidak malu kepada ku dengan keadaan tubuhmu yang setengah telanjang seperti ini?." Ujar Gabby dengan nada kesal. Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, karena melihat pemandangan yang tidak menyenangkan baginya, walaupun sebenarnya dalam hatinya ia suka.
"Kenapa aku harus malu, lagian kamu juga akan menjadi istri... Ekhemm, maksudku kau putriku." Jawab Keynan sambil membersihkan tubuhnya yang basah.
"Walaupun aku putrimu aku tetap seorang wanita Daddy, aku juga wanita normal... Eh ups." Ih kenapa harus keceplosan sih mulut ku, jujur amat nih mulut. Batin Gabby.
Keynan mendekat ke arah Gabby ia sedikit menjongkokkan tubuhnya dan menatap lekat wajah Gabby. "Apa kamu tergoda dengan tubuhku?" Seketika mata Gabby melotot terkejut mendengar pertanyaan Keynan, jantungnya berdegup sangat kencang seperti akan mencuat dari tempatnya. Oh tidak, apakah dia mendengarnya?. Batin Gabby.
Gabby menggeleng-gelangkan kepalanya lalu ia menundukkan badannya dan menutup matanya. Tangannya menyentuh dadanya untuk meredakan suara detakan jantungnya yang kencang. "Apakah itu suara jantungmu?." Seketika Gabby terkejut untuk kedua kalinya. Pipinya memerah dan memanas, ia merasa malu dengan Keynan. Ia memukul-mukulkan tangannya ke dada Keynan.
"Aku juga merasakan hal yang sama ketika didekatmu." Lanjut Keynan. Lalu ia meluruskan tangan Gabby yang menggenggam dan meletakkannya tepat diatas dada Keynan dekat dengan jantung. Kenapa bisa sekeras ini suara jantungnya?. Batin Gabby.
"Apakah kamu bisa merasakannya?" Tanya Keynan. Gabby menganggukkan kepalanya. "Itulah yang aku rasakan padamu."
Pipi Gabby semakin memerah mendengar perkataan Keynan. "Apakah kamu benar-bebar mencintaiku?." Tanya Gabby terbata-bata. "Iya aku mencintaimu, sangat.... Sangat mencintaimu." Jawab Keynan. Detak jantung Gabby serasa lebih kencang dadanya sesak. Lalu memalingkan wajahnya dan menghembuskan nafasnya pelan.
"Bagaimana denganmu, apa kamu juga merasakan itu?."
Gabby berdehem 2 kali. "Maaf Daddy aku disini memiliki tujuan untuk membertanya sesuatu kepadamu." Ucap Gabby mengalihkan percakapan.
"Kenapa kau alihkan? Kenapa tidak menjawab pertanyaan ku tadi?" Tanya Keynan.
"Maaf Daddy, untuk saat ini aku tidak ingin membahas itu. Aku hanya ingin memenuhi tujuanku." Jawab Gabby meyakinkan Keynan.
"Oke, apa yang ingin kamu tanyakan?"
Gabby menyilangkan kedua tangannya, "Bagaimana dengan kabar orang tua ku?" Tanya Gabby.
"Oh itu. Mereka tidak menempati rumah lamanya, melainkan sudah pindah ke rumah kakek mu yang ada di pulai Manhattan." Jawab Keynan. Tangannya meraih kaos oblong berwarna putih yang ada dikursi dan memakainya, lalu ia duduj disamping Gabby.
"Kenapa mereka pindah? Apa ada masalah?" Tanya Gabby.
"Iya, saat ini orang tua mu memiliki musuh. Mereka mengincar mu dan mencari tahu keberadaanmu. Tapi tenang saja Gabby, Daddy pasti akan melindungimu." Jawab Keynan.
"Dad, apakah kita jadi pergi ke New York?" Tanya Gabby denan nada rendah menunjukkan bahwa dirinya sedang sedikit sedih.
"Jika kamu tetap memaska, kita harus berangkat besok."
"Akan tetapi jika kita jadi kesana dan bertemu orang tua ku, bukankah mereka malah lebih terancam dengan keberadaanku?". Gabby menundukkan kepalanya dan menutup matanya agar tidak terlihat bahwa ia sedih dan matanya yang berkaca-kaca.
"Mungkin saja, tapi Daddy akan mencari cara agar kita tidak ketahuan oleh musuh mereka." Jawab Keynan.
Keynan menatap Gabby, ia merasa bahwa Gabby saat ini sedang sedih. Ia langsung memeluk tubuh Gabby. "Menangislah jika itu bisa membuat mu lega!, aku akan menenangkan mu." Ucap Keynan.
Seketika tangis Gabby pecah, ia saat ini sangatlah bimbang. Ia sangat merindukan orang tuanya, akan tetapi disisi lain. Jika ia mendatangi mereka, mereka akan dalam bahaya.
"Hiks...hiks...hiks, Daddy. Aku sangat rindu dengan mereka, tapi aku takut jika kedatangan ku bahaya untuk mereka." Gabby menenggelamkan wajahnya dalam dekapan Keynan.
"Tenanglah, pasti ada jalan lain untuk itu semua. Aku akan melakukan apapun demi kebahagiaan mu."
Keynan melepaskan pelukannya. Ia memegang kedua bahu Gabby, dan tangan kirinya mengusap air mata Gabby. "Cukup jangan menangis, aku tidak ingin putriku menangis seperti ini." Gabby menganggukkan kepalanya dan menampakkan senyum dibibirnya. "Nah, gitu kan terlihat cantik." Puji Keynan.
Keynan meraih gelas dimeja samping tempat duduknya, lalu menuangkan aiir didalam gelas.
"Ini, minumlah! Agar kamu sedikit lebih tenang." Pinta Keynan. Gabby mengambil segelas air itu dan meminumnya.
"Bagaimana, apakah sudah lega?"
"Sedikit lega Dad."
"Syukurlah."
****
Malam hari di ruang makan. Gabby, Keynan dan Cassie sedang menikmati makan malam mereka.
"Sebentar ya, Mommy bereskan ini dulu?" Gabby dan Keynan menganggukan kepalanya.
"Gabby. Daddy mau pergi dulu ya, ada urusan kantor mendadak?" Pamit Keynan.
Saat Gabby mendengar perkataan Keynan, ia teringat sesuatu yng ia rekam diponselnya.
"Eh, sebentar Dad. Aku teringat sesuatu. Duduklah kembali!"
"Hmm. Apa?" Tanya Keynan.
"By the way, Dad. Aku tadi saat pergi ke kantormu di sebuah lorong ada ruangan yang tak terpakai, saat aku masuk aku melihat ada dua orang yang mencurigakan, satu wanita dan satu pria. Entah itu siapa aku tidak tahu, karena saat itu minim cahaya disana. Tapi untungnya aku merekam percakapan mereka." Gabby meraih ponselnya yang ada disamping ia duduk.
"Ini Dad, dengarkan!"
Keynan mengambil ponsel Gabby dan mendengarkan percakapan dua orang yang mereka sebut.
"Jerk." Umpat Keynan.
"Kenapa Dad? Apakah itu masalah yang serius?" Tanya Gabby khawatir.
"Iya, mereka yang kamu rekam suaranya itu adalah staff kantorku Alya dan Morgan. Mereka lah yang telah melakukan pengkhianatan." Jawab Gabby dengan nada kesal.
"Memangnya apa yang mereka lakukan?" Tanya Gabby.
"Mereka telah melakukan korupsi dengan memanipulasi biaya pengeluaran untuk pembelian barang keperluan pembangunan."
"Tapi Dad, setahu aku tante Alya itu orang nya sangat baik. Aku tidak yakin jika itu murni perbuatannya sendiri."
"Maksud kamu, ia hanya dijadikan tangan kanan oleh seseorang?" Tanya Keynan meyakinkan perkataan Gabby.
"Mungkin, Apakah Dad memiliki musuh? Jika iya, itu bisa jadi salah satu cara mereka untuk menjatuhkan mu secara pelan-pelan Dad, melalui orang dalam."
"Benar katamu."
"But, apakah ada kerugian lain?" Tanya Gabby.
"Iya, pembangunan Mall di Singapura. Material yang mereka gunakan bukan yang bagus, akan tetapi kualitas yang sangat buruk. Itu mengganggu proses pembangunan." Jawab Keynan.
"Sepertinya aku mengerti Dad, mereka melakukan itu agar klien Daddy merasa tidak puas dengan hasilnya yang buruk jika diteruskan dengan material dengan kualitas buruk. Dan itu membuat citra perusahaan Daddy terlihat buruk di luar sana, dan akhirnya banyak orang yang kecewa dan tidak melanjutkan kerja sama lagi dengan Daddy. Itu sih menurut Gabby." Jelas Gabby.
"Right, ternyata kamu sangat pintar Gabby." Puji Keynan, tangannya mengelus pucuk kepala Gabby.
"Sebentar, Dad mau menelepon David." Gabby menganggukkan kepalanya.
"Halo."
"Hei, ada apa Key?" Tanya David.
"Cepat tangkap Morgan dan Alya, bawa mereka ke tempat biasa!" Perintah Keynan.
"Wait, ada apa dengan mereka?" Tanya David penasaran.
"Kau, banyak tanya. Merekalah yang melakukan korupsi dikantor ku. Lebih jelasnya aku jelaskan secara langsung nanti."
"Oke oke. Aku pergi dulu mencari mereka."
Tut...tut... Panggilan ponsel terputus.
"Daddy mau pergi dulu. Mau menyelesaikan masalah ini." Pamit Keynan.
"Iya Dad. Hati-hati!"
Tiba-tiba Keynan mendekat ke Gabby, lalu ia mengecup kening dan pipi Gabby.
Gabby terkejut menerima perlakuan itu dari Keynan,Jantungnya berdetak kencang, rasanya tidak seperti biasanya saat ia belum mebgetahui perasaan Keynan kepadanya. Melainkan beda.
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••