Chereads / My Boyfriend is My Foster Father / Chapter 13 - BAB 13 MERATAPI KENYATAAN

Chapter 13 - BAB 13 MERATAPI KENYATAAN

****

08:20 A.m, HR.s Corp-Jakarta

Keesokan harinya. Di sebuah ruangan kantor bergaya mewah klasik yang berukuran lumayan luas, dengan nuansa serba putih dan perpaduan warna krem dan milo. Keynan sedang sibuk di kantornya. Ia masih berkutat dengan laptopnya, meneliti laporan keuangan kantor yang telah dikirim oleh seketarisnya-Elsa selama 3 bulan ini. Ia mengernyitkan keningnya, ada keanehan dengan laporan pengeluaran dalam 2 bulan terakhir.

"Jerk!!" Umpat Keynan. Raut wajah nya berubah merah padam, rahangnya mengeras, tatapan matanya tajam.

Ia mengambil ponsel di saku celananya, lalu mendial nomor yang tertera nama David asisten pribadinya beserta sahabatnya semasa SMA.

"Cepat ke ruangan ku sekarang!"

"Aku masih ada diluar. Sekitar 15 menit lagi aku akan tiba. Apakah ada masalah?" Tanya David.

"Aku rasa ada koruptor di kantor ku." Jawab Keynan.

Terdengar helaan napas dari seberang telepon. "Benarkah? Bagaimana bisa ada penghianat di kantor mu?" Tanya David terkejut.

"Entahlah, cepatlah kesini! Aku ingin membicarakan nya denganmu secara langsung."

"Iya. Apakah kau nanti setelah makan siang ada waktu? Ada hal penting yang ingin ku beritahukan padamu."

"Kenapa harus saat makan siang, bukannya setelah ini kau bisa mengatakan nya di ruangan ku?"

"Bukan waktu yang tepat. Karena kau saat ini sedang ada masalah di kantor."

"Oke, bertemu di tempat seperti biasanya." Jawab Keynan, lalu ia menutup teleponnya sepihak.

Tangan nya meraih telephone kantor yang terletak di samping kanan meja kantornya. Ia memencet beberapa digit nomor untuk menghubungi seseorang. "John!. Siapkan dan teliti secara mendalam berkas mengenai laporan keuangan selama 3 bulan terakhir ini, 20 menit lagi kita akan adakan meeting. Jangan lupa beri tahu staff lainnya dan masing-masing membawa laporan yang telah aku embankan beberapa hari yang lalu!!" Titah Keynan melalui telephone kepada General Manager di kantornya dengan suara beratnya dan muka datarnya.

"Ba...baiik sir." Jawab John terbata.

Keynan kembali memfokuskan dirinya membaca dan menandatangani dokumen-dokumen penting yang menumpuk di atas mejanya.

"Aarrgg...." Geramnya dengan kedua tangan nya mengacak-ngacak rambutnya kasar.

Tok...tok...tok...

"Masuk!" Perintah Keynan. Matanya tidak menatap kearah sumber suara. Ia masih fokus dengan tumpukan dokumennya.

"Hei dude..." Sapa seorang laki-laki berjas biru tua, bertubuh tinggi, wajahnya tak kalah tampan dari Keynan.

"Hemmm." Jawab Keynan berdehem.

"Bisakah kau sedikit sopan dengan atasanmu?" Lanjut Keynan. Ia menutup dokumen yang telah selesai ia baca dan tandatangani. Kepalanya yang semula munuduk ia dongakkan menatap ke arah pria yang berdiri di hadapannya.

"Emmm,,, maaf tuan Keynan Harrison." Jawab pria berjas biru tua itu dengan nada meledek. "Bagaimana apakah kau sudah tau pelakunya?" Lanjut pria berjas biru tua itu bertanya.

"Belum. Seperti nya orang itu sangatlah cerdik dalam melakukannya. Andai aku tadi tak terlalu menelitinya secara mendetail, mungkin aku tidak akan mengetahui nya." Jelas Keynan gamblang.

Pria itu mendengus kan napasnya "Wow, sepertinya ada yang ingin bermain-main dengan mu kawan." Sahut pria itu dengan senyum meledek.

Keynan tidak menjawab perkataan pria itu. Ia hanya mendengus kan napasnya secara kasar. Lalu ia berjalan ke arah sofa yang berada disamping kanan kursi kebesarannya dan mendudukkan bokongnya dengan melipatkan kedua tangannya di atas dada.

Pria yang menjadi lawan bicara Keynan itu lantas mengikuti langkah Keynan duduk di samping Keynan dengan kedua tangannya terlentang di sandaran sofa.

"20 menit lagi kita adakan rapat membahas masalah ini. Aku ingin cepat menemukan orang yang telah berani-beraninya menghianatiku ku." Ujar Keynan dengan raut wajahnya menunjukkan semburat kemarahan.

"Siapapun pelakunya, aku tak segan-segan akan menghancurkan hidupnya." Lanjut nya.

"Tenangkan dirimu Key, kita cari tahu dulu siapa pelakunya. Apakah kau pernah merasa salah satu staffmu ada yang terlihat mencurigakan?" Tanya pria itu.

Keynan menggidikkan bahunya. "Entahlah Dave, aku tak memperhatikan setiap gerak gerik staffku." Jawab Keynan dengan muka datarnya.

"Oke, setelah meeting nanti aku akan mencari tahunya."

09:30 A.m, Meeting Room

Di dalam ruangan berukuran 142m² dengan meja panjang berukuran 120cm×4m yang cukup di tempati kurang lebih sekitar 30 orang itu, terdapat sekitar 15 orang yang duduk di tempat nya. Dengan seorang pemimpin pemilik HR.s Corp yang bernama Keynan Harrison.

Hanya ada keheneningan yang menyelimuti ruangan itu, sebelum seorang pemimpin memulai pembicaraan.

"Oke, silahkan John. Jelaskan perkembangan keuangan selama 3 bulan terakhir ini." Titah Keynan menatap ke arah John.

Pria yang merasa di panggil namanya, sontak langsung berdiri di depan layar monitor. Sebelum berbicara ia menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskan nya. "Perkembangan pendapatan selama 3 bulan pertama mengalami peningkatan berkisar 45% . Untuk pengeluaran masih dalam keadaan normal dan sesuai dengan budget yang ditentukan. Namun, setelah saya teliti lagi ada kejanggalan. Selama 2 bulan terakhir ini, nilai pengeluaran dengan jumlah barang yang di perlukan tidak seimbang. Bahkan ada sejumlah barang yang nilai harganya di lebih-lebihkan sekitar 20-30% dari harga aslinya. Dan setelah saya cermati kembali, perusahaan mengalami kerugian senilai 70% lebih tinggi dari jumlah nilai pendapatan." Jelas John gamblang dengan jari telunjuk tangannya menunjuk ke arah layar monitor.

Saat ini Keynan sedang duduk di bagian ujung kursi kebesarannya dengan kedua tangannya berada di sandaran kursi dan saling menopang dagu. Matanya yang coklat setajam elang membidik lawan bicaranya, hingga membuat mereka seakan tak bisa berkutik. Pria itu melakukan hal seperti biasanya, menyimak jalannya meeting dengan tingkat keseriusan tinggi.

"Maaf tuan Keynan, saya mencela. Saya mendapatkan informasi dari pihak lapangan bagian pembangunan Mall di Singapura, ada beberapa orang yang terlihat mencurigakan dan ada kabar juga bahwa material yang mereka gunakan untuk pembangunan tidak seperti biasanya, melainkan material dengan kualitas yang sangat buruk." Ujar David.

"Siapa orang itu?" Tanya Keynan.

"Saya belum tau tuan. Saya akan segera menyuruh anak buah kita untuk mencari tahu siapa orang itu." Jawab David.

"Oke. Secepatnya cari tahu siapa orang yang telah berani-beraninya melakukan korupsi di kantor ku. Pastikan orang tersebut mendapat kan balasan setimpal. Terus awasi bagian keuangan kantor dan bagian lapangan, perbaiki pembangunan disana, gantilah material dengan kualitas yang bagus. Saya tak ingin ada manusia-manusia picik yang menyalah gunakan kekuasaan. Jika sekiranya ada orang yang terlihat mencurigakan, langsung usut tuntas mereka. Jangan beri toleransi, jika memang benar mereka terbukti sebagai seorang pengkhianat." Ujar Keynan dengan suara beratnya dengan nadanya penuh penekanan dan mukanya yang menampakkan raut kemarahan.

"Ba..baik sir, kami akan melakukan semampu kami." Sahut John dengan suaranya yang terbata-bata.

Keynan mengangguk singkat, kemudian menatap kearah sosok pria yang setengah baya. "Delon"

Pria yang dipanggil namanya sontak meletakkan dokumen yang semula ia penggang, lalu menegakkan badannya saat Keynan memanggil. "Yes, sir."

"Bagaimana perkembangan mengenai pembangunan Mall dan Hotel di Bali?"

"Pembangunan Mall sudah hampir selesai, sedangkan hotel sudah kami selesaikan sesuai dengan perintah anda dan sedang dalam proses penandatanganan kontrak untuk pemegang saham kedua setelah anda." Jelas Delon lugas. Mata pria itu

meneliti lembaran kertas yang berisikan sebuah laporan proyek pembangunan.

"Alright, bagus." Ujar Keynan."Siapa pemegang saham kedua setelah saya?" Lanjut Keynan bertanya.

"Tuan Adam Luinsky, anak tunggal dari teman lama ayah anda."

"Siapa nama teman ayahku?" Tanya Keynan.

"Tuan Abraham Luinsky."

Keynan menganggukkan kepalanya.

"Apakah yang menyuruh adalah ayahku untuk pemegang saham kedua?" Tanya Keynan mencoba meyakinkan. Sedangkan yang ditanya hanya diam kebingungan karena ia tidak tau jawabannya.

David yang duduk di samping kanan Keynan menatap kearah Keynan menyahut pertanyaan Keynan."Iya, itu adalah permintaan ayahmu. Karena beberapa waktu lalu Abraham Luinsky mendatangi kantor ayahmu yang berada di NY, ia meminta untuk anaknya memegang saham di salah satu proyek di perusahaan kalian. Lalu ia menghubungiku beberapa hari lalu, karena kau akhir-akhir ini tak bisa di hubungi." Jelas David gamblang.

"Lantas, kenapa ia tak langsung mendatangiku untuk langsung memintanya kepadaku?"

"Entahlah. Awalnya ia ingin anaknya memegang saham di perusahaan ayahmu, akan tetapi setelah ayahmu menjelaskan mengenai perkembangan dan keberhasilan setiap proyekmu ia tertarik." Jawab David."Oh iya, Abraham Luinsky dan anaknya Adam Luinsky ingin bertemu dengan mu." Lanjut David.

"Atur saja jadwalku di New York Dave, besok aku sudah berangkat."

"Dan yaa, aku hampir lupa. Ayahmu sudah mengetahui rencana mu untuk pulang ke New York, dan beliau ingin kau mendatangi rumahnya." Ujar David.

Keynan membalas David dengan anggukan kecil pertanda ia mengerti.

Raut wajahnya terlihat sangat datar. Pria yang baru menginjak 35 tahun itu menegakkan badannya seraya menggeser kursinya agar menghadap ke arah Elsa-sekertartisnya.

"Elsa. Apakah ada jadwal meeting setelah ini?"

Elsa yang semula sibuk mencatat hasil meeting seketika tergagap, kesadarannya telah kembali sesaat mendengar namanya di panggil. Barulah ia membuka lembaran lain di buku catatan tempat ia mencatat jadwal sehari-hari Keynan.

"Jadwal anda kosong sampai jam pulang sore nanti, sir. Tetapi ada berkas-berkas penting yang harus meminta persetujuan anda." Ucap Elsa dengan kepalanya sedikit merunduk. Karena tatapan Keynan yang tajam bak elang terlihat ingin memangsa setiap mangsanya.

Keynan mengangguk. "Kau tutup meeting ini, lalu antarkan berkas-berkas penting yang perlu ku tanda tangani ke ruang kerjaku." Ujarnya sembari membenarkan jas di tubuh atletisnya, lalu ia berdiri.

Tatapan Keynan beralih ke arah David yang masih setia memainkan ponselnya semenjak Keynan meminta ke Elsa untuk menutup meeting. "Dave. Ikut aku ke ruangan ku!." Titahnya. Sedangkan David membulatkan metanya malas. Namun ia tetap berjalan mengikuti langkah sahabatnya 'Keynan' berjalan.

"Key." Ucap David sambil menepuk bahu Keynan."Hemm." Jawab Keynan singkat, ia masih fokus berjalan dengan tatapannya tajam kearah depan."Sepertinya aku mendapat kan petunjuk mengenai masalah mu." Ujar David, matanya berpaling ke arah i-pad yang ia pegang.

Saat ini mereka sedang di dalam ruangan lift eksklusif khusus untuk para petinggi di HR.s Corp.

Tatapan mata Keynan berubah lebih tajam dari sebelumnya, keningnya sedikit berkerut."Benarkah? Kalau begitu jangan bahas dulu, disini sepertinya tidak aman." Jawab Keynan.

10:30 A.m, Harrison Mansion

Di dalam sebuah kamar berukuran besar, dengan interiornya bernuansa serba putih dan tempat tidurnya berukuran king size, terdapat seorang gadis yang masih setia berbaring diatas tempat tidurnya dari pagi. Ia tidak berniat untuk tidur lagi. Pikirannya masih melayang-layang jauh entah kemana. Tatapan matanya kosong, matanya terlihat sembab, bibirnya tampak pucat. Begitulah penampilan-nya saat ini. Sepertinya ia juga kurang tidur.

Cekleek.....Suara pintu terbuka.

Matanya memandang ke arah pintu yang bersuara.

"Nak, makanannya masih belum kamu makan ya?" Tanya wanita paruh baya berusia 55 tahunan.

"Tadi pagi nyonya pamit pergi keluar, tapi nona masih tidur. katanya ia ingin bertemu sahabat lamanya." Lanjut wanita paruh baya ketua maid di kediaman Harisson yang bernama Sophia. Ia adalah salah satu maid terlama yang bekerja di kediaman Harisson. Ia sudah di anggap keluarga sendiri oleh Keynan, Gabby dan Cassie.

Tangannya mengelus-elus puncak kepala gadis muda yang masih setia berbaring ditempat tidurnya."Nona Gabby, makanlah! Kasihanilah tubuhmu itu. Lihatlah penampilanmu sekarang, terlerihat acak-acakan, tidak seperti Gabby yang bibik kenal." Ujarnya.

Mata Gabby menatap kearah Sophia, ia bangun dari berbaringnya. Lantas langsung memeluk tubuh Sophia. Mendapat pelukan mendadak Sophia sontak terkejut. "Bik....hiks...hikss.... Apakah bibik sudah tau mengenai masa lalu ku?" Tanya Gabby, air matanya deras membasahi pipinya yang chubby.

Sophia terdiam sejenak mendengar pertanyaan Gabby. Ia menghelakan napasnya pelan, lalu melepas pelukan Gabby dan menatap lekat mata Gabby. Tangannya bergerak menghapus air mata yang mengalir membasahi pipi Gabby. Lalu ia menjawab pertanyaan Gabby dengan anggukan kecil. "Maafkan bibik nona, kami para maid dan bodyguard lama memang ada yang mengetahui masa lalu nona. Akan tetapi kami oleh tuan dan nonya disuruh tutup mulut, nona juga tau sendiri, ini semua demi nona." Jawab Sophia.

Gabby menganggukkan kepalanya. "Lantas apa yang harus aku lakukan bibik, aku marah dan kecewa kepada mereka. Tapi aku sendiri juga tau, ini semua demi aku. Tapi bik, selama 17 tahun aku tidak bertemu orang tua kandungku. Hatiku sakit bik, apakah orang tua kandungku tidak pernah mencariku sedikitpun?" Tanya Gabby.

"Nak, bibik tahu kamu marah atas semua ini. Tapi apakah kamu tidak pernah berpikir? memang tuan dan nyonya bukan orang tua kandung nona, tapi mereka sangat menyayangi nona layaknya seperti anak mereka sendiri. Dan aku tau selama ini mereka banyak berkorban demi kamu. Mereka rela tidak menikah demi kamu nona, menunggu saat kamu sudah mengetahui segalanya. Mereka rela mengorbankan kebahagiaannya dan segalanya demi kamu." Seketika tangisan Gabby semakin pecah mendengar pekataan Sophia. Hatinya terasa kacau, pikirannya bingung, buyar, karena dilema yang ia landa.

"Jadi, maafkanlah tuan dan nyonya nona. Aku tahu saat ini mereka juga sangat sedih atas semua ini. Tapi mereka tau, kamu berhak mengetahui kebenarannya demi masa depan mu. Tidak mungkin mereka menyembunyikan kebenaran besar ini seumur hidup mereka." Lanjut Sophia. Setelah mengatakan itu, ia menundukkan kepalanya sebenatar, menghapus air mata yang mengalir dengan sendirinya. Karena kasihan melihat nona nya seperti ini. Ia tindak ingin Gabby mengetahui bahwa dirinya menangis.

"Bibik pernah tidak sengaja mendengar percakapan antara tuan dan nyonya, mereka membicarakan mengenai orang tua kandung nona. Orang tua kandung nona pernah menghubungi tuan dan nyonya, dan kata nya mereka tau kalau nona di asuh oleh tuan dan nyonya. Tapi setelah itu saya tidak mendengar lagi apa yang mereka katakan."

"Tapi kenapa mereka tidak menjemputku bik?" Tanya Gabby.

"Pasti mereka memiliki alasan tersendiri nona. Setelah kamu bertemu langsung dengan orang tua kandung nona. Nona bisa bertanya langsung dengannya." Jawab Sophia.

Gabby hanya menjawabnya dengan anggukan. Lalu ia memeluk tubuh Sophia.

"Ya sudah, sekarang nona makan dulu makanannya, dari pagi nona belum makan. Dan setelah itu mandilah. Lihatlah tuhubmu sekarang! pasti sangat lengket kan?" Ujar Sophia.

Gabby hanya menjawabnya dengan senyuman dan anggukan kecil. Lalu tangannya meraih nampan yang ada di atas nakas samping tempat tidurnya.

"Nona ingin mandi dengan air hangat atau air dingin? Biar bibik siapkan." Tanya Sophia.

"Air hangat bik. Sepertinya bisa merileks-kan tubuhku." Jawab Gabby, lalu melanjutkan aktifitas makannya.

30 menit berlalu, Gabby sudah selesai sarapan bahkan sudah selesai mandi. Ia kembali duduk diatas tenmpat tidurnya, karena ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia mengambil ponsel di sampingnya, menatap layarnya dan memainkannya.

Hingga ia teringat sesuatu yang mengehtikan aktufitasnya bermain ponsel. "yaa...Daddy, aku harus menagih janjinya." Guman Gabby.

Gabby beranjak dari tempat tidurnya menuju ke arah walk in closet untuk menggantu pakaiannya yang lebih rapi dan enak di pandang, karena ia akan mendatangi kantor Daddynya-Keynan.

10 menit ia selesai mengganti pakaiannya dengan dress warna putih berlengan panjang, dengan panjang dress sampai bawah lutut. Dan menggunakan flatshoes berwarna merah. Lalu ia sedikit memoles wajahnya dengan cushion, memakai maskara dan lipstik natural.

Kemudian ia berjalan keluar rumah menemui James sopir pribadi milik keluarganya. "Tuan James, antar aku ke kantor Daddy!" Titahnya, yang seketika membuat James tersedak minum kopi di pos karena mendengar suara Gabby. "Uhuk....uhukkk. I..iya nona. Sebentar."

"Maaf tuan, saya mengejutkan tuan ya?"

"Tidak apa nona, dan lagian nona jangan berbicara formal kepada saya. Saya hanyalah seorang sopir dan bodyguard." Jawab James.

"Tidak tuan, justru anda lah yang kebih tua dari saya, maka dari itu saya harus berbicara lebih sopan dengan anda." Ujar Gabby dengan senyum tulusnya.

James menganggukkan kepalanya seraya menjawab. "Baik nona."

"Nona silahkan masuk!" Titah James membukakan pintu mobil untuk Gabby.

"Terima kasih tuan James." Ucap Gabby dengan senyumnya.

'anak yang baik'. Batin James sembari tersenyum, lalu ia berjalan ke pintu kemudi.

****

HR.s Corp Ruangan Keynan.

"Bagaimana kata mu tadi?" Tanya Keynan penasaran.

"Anak buah kita sudah menyandra orang yang terlihat mencurigakan tadi. Dan kini mereka berada di dalam markas kita." Jawab David.

"Nanti setelah pekerjaan ku selesai, kita datang ke sana. Dan ya jangan lupa. Kau memiliki hutang pada ku untuk memberitahukan ku hal penting." Ujar Keynan.

"Oke...oke. Kau saja masih sibuk."

Kini mereka sudah berada di dalam ruangan kebesaran milik Keynan Harisson. Dengan di atas mejanya banyak tumpukan berkas-berkas penting ber-map merah dan biru. Ia belum membuka satu pun berkas yang telah di antarkan Elsa ke ruangannya beberapa waktu lalu.

Keynan menganggukkan kepalanya kecil. Ia memandangi wajah David sahabatnya. "Kenapa kau menatapku begitu?" Tanya David dengan mengernyitkan keningnya tidak mengerti dengan sikap sahabatnya ini.

Keynan hanya membalasnya dengan gelengan kepalanya pelan.

David menghelakan napasnya pelan."Kau lanjutkan dulu membaca berkas pentingmu itu. Nanti setelah kau selesai kita bahas lagi!" Titah David.

Keynan tidak menjawab perkataan David. Ia langsung mengambil satu dari beberapa berkas penting untuk ia baca dan tanda tangani. Lalu mengambil kaca mata yang berada di dalam kotak kecil di samping telephone kantornya.

"Aku mau ke kamarmu dulu, merebahkan tubuhku yang lelah ini. Sepertinya tubuhku perlu di manja." Ujar David dengan seringaiannya.

Mendengar perkataan David, matanya seketika menajam. "Kau....!!!! Aku bosnya disini. Dan kau hanya bawahanku, berani-beraninya kau seenaknya seakan-akan kau bosnya. Ini kantorku." Ucap Keynan dengan wajah kesalnyal.

"Tenanglah Keynan, aku hanya menidurkan tubuhku sebentar, aku lelah. Pliiiisss...Mengertilah keadaan sahabatmu ini kawan." Jawab David dengan wajah melasnya.

Semenjak SMA bersahabat dengan Keynan, David sudah mengerti sifat Keynan, hanya ia saja yang mampu menghadapi sifatnya Keynan yang terkadang berubah sampai 360°. Bersahabat dengan Keynan memang sangat menyebalkan, namun ia tahu bahwa sahabatnya itu sebenarnya adalah orang yang baik hati. Dari luar Keynan memang terlihat tampan, berkarisma dan menakutkan. Akan tetapi sebenarnya didalamnya ia seperti orang lain, periang, humoris dan cerewet. Hanya orang terdekatnya saja yang tau sifat aslinya itu.

Mendengar perkataan David, Keynan mendenguskan napasnya kasar, ia membulatkan matanya. "Terserah!!!!, jika saja kau bukan sahabatku. Kau pasti sudah aku pecat dari dulu." Kesal Keynan.

David menghampiri Keynan yang duduk di kursi kebesarannya. Ia menepuk bahu Keynan pelan dan berkata. "Thank you dude." Lalu ia berjalan ke arah ruangan kecil seperti kamar yang ada di ruangan kantor Keynan.

Melihat tingkah sahabatnya, Keynan menggelengkan kepalanya. Lalu ia melanjutkan tugasnya.

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••