Seorang pria tengah duduk di kursi lorong rumah sakit dengan penuh kegelisahan, ia gelisah menanti hasil pemeriksaan kekasihnya, 20 menit ia menanti tapi dokter tak kunjung keluar.
"Ervan"
Teriak seseorang yang berlari ke arahnya, dengan nafas yang memburu ia bertanya tentang keadaan Riana.
"Dokter belum keluar Fir, gue juga ga tau gimana keadaan dia"
Belum sempat Firly menjawab, Revan lebih dulu menyela obrolan mereka, ia datang paling akhir dari pada Firly dan Ervan.
"sudah ku peringatkan"
Revan membentak Ervan, Revan adalah saudara kembar Ervan, ia adalah orang yang juga mencintai Riana kekasih Ervan.
Dulu Riana adalah milik Revan tapi Ervan berhasil merebutnya, Revan akhirnya mengalah karena ia melihat jika Riana juga menyukai Ervan. Tapi Revan tak bisa terima jika hal buruk terjadi pada Riana, Revan memang bukan siapa-siapa lagi bagi Riana tapi rasa sayangnya pada Riana tak pernah berhenti.
"aku sudah bilang, aku merelakan dia untuk bersama mu itu untuk kamu jaga bukan seperti ini, kamu selalu saja membuatnya celaka"
Revan tak henti memarahi kembarannya, Ervan yang memang terbilang tempramen langsung bangkit dan memberi satu pukulan diperut Revan.
"dia bukan urusan mu"
"dia tetap menjadi urusan ku selama kamu tidak bisa menjaganya"
Revan balik memukul Ervan, saat Ervan akan kembali membalas pukulan Revan, Firly dengan cepat mendorong keduanya untuk memisahkan.
"diamlah, ini rumah sakit, untuk apa kalian seperti ini. Riana entah gimana keadaanya didalam sana tapi kalian disini malah ribut seperti ini"
Revan dan Ervan terdiam, keduanya saling melempar tatapan tajam seolah ingin menerkam satu sama lain. Setelah beberapa saat Dokter pun keluar dan ketiganya langsung mendekat untuk mengetahui keadaan Riana.
"bagaimana dok"
"tidak apa-apa, pasien hanya mengalami luka ringan, dia hanya syok sehingga tak sadarkan diri saat tadi"
Ucapan dokter itu mampu membuat ketiga orang dihadapannya bernafas lega dan setelah beberapa perbincangan, dokter pun mempersilahkan mereka masuk untuk melihat pasien. Setelah kepergian dokter Revan dan Ervan melangkahkan kakinya bersamaan, dengan cepat Ervan mendorong Revan agar tak ikut masuk menemui Riana, Firly berusaha memberi pengertian pada Revan agar mau mengalah terhadap Ervan agar tak terjadi lagi keributan antara mereka.
"sayang, kamu tidak apa-apa"
Ervan bertanya dengan penuh kekhawatiran dan menggenggam tangan Riana dengan kuat. Riana tersenyum melihat kekhawatiran diwajah kekasihnya itu.
"aku baik Ervan, jangan khawatir"
"aku udah bilang, jangan pernah pergi tanpa aku temani"
"maaf, tadi aku buru-buru, lagian kamu kan juga sedang sibuk"
"kamu lupa lagi, aku.....
"diamlah Ervan, aku baik-baik saja, berhenti untuk memarahi ku"
Ucap Riana memotong ucapan Ervan, Riana mengerucutkan bibirnya tanda ia keberatan dengan omelan Ervan. Ervan tersenyum kemudian ia mengecup lembut bibir Riana.
"maaf ya, aku gagal lagi untuk menjaga mu"
"ga masalah Ervan"
Keduanya sama-sama tersenyum, Ervan begitu enggan melepas genggaman tangannya ditangan Riana.
---
Setelah kejadian Riana keserempet mobil, Ervan tampak lebih menjaganya lagi, hal itu membuat Revan tenang, setiap hari Ervan selalu membawa Riana ke rumahnya dan setiap hari juga Revan melihat kebahagiaan Riana dengan saudara kembarnya, meski ada kekecewaan dihati Revan tapi Revan berusaha sabar ia bahagia jika orang yang dicintainya bahagia walau bukan dengannya.
"Revan kamu mau kemana?"
Tanya Riana saat ia melihat Revan pergi dengan terburu-buru.
"aku ada urusan diluar, kamu sudah sehat sekarang?"
"tentu saja, sekarang luka ku udah hilang, kulit aku juga udah kembali pulih, Ervan menjaga aku dengan baik"
Ada sedikit rasa sakit dihati Revan saat Riana mengutarakan kalimatnya, Revan tersenyum kemudian kembali melangkah meninggalkan Riana.
Mobil Revan berhenti di sebuah pemakaman umum, ia keluar dengan membawa bunga yang dibelinya saat diperjalanan tadi.
Revan melangkah menuju nisan yang ia tuju, setelah berdoa, Revan menyimpan bunga yang sejak tadi digenggamnya. Ada banyak bunga disana karena hampir setiap kali Revan datang pasti membawa bunga.
"aku merindukan kamu"
Ucap Revan yang hampir tak terdengar, ia menatap sendu nisan didepannya.
"kamu pasti udah melihat semuanya kan, kamu tau seperti apa aku disini Liora"
Air mata Revan menetes dipipinya, untuk kesekian kali Revan menangis dihadapan nisan Liora, ingatannya kembali kemasa indah dirinya dan Liora.
Liora adalah cinta pertama Revan, ia sangat mencintai sosok Liora, wanita polos dengan kecantikan dan kecerdasan yang dimilikinya mampu membuat Revan tergila-gila padanya.
Liora adalah seorang pengajar di sekolah TK tak jauh dari rumah Revan, Liora adalah wanita yang selalu ceria dan penuh kasih sayang. Liora selalu bisa membuat Revan bahagia tapi kisah cintanya bersama Liora harus berakhir akibat tumor otak yang diderita Liora, satu hal yang membuat Revan menyesal sampai saat ini adalah karena ia tidak mengetahui penyakit yang diderita Liora, ia tak bisa menjaga Liora sampai akhirnya Liora pergi meninggalkannya untuk selamanya.
Kepergian Liora membuat Revan kehilangan semangat hidupnya, selama 2 tahun Revan seperti memiliki dunianya sendiri, dunia yang hanya ada Revan dan Liora didalamnya, sampai suatu hari Revan bertemu Riana dan untuk pertama kalinya Revan mampu tersenyum, kebaikan, perhatian dan keceriaan Riana mampu menarik hati Revan, dengan melihat sosok Riana itu Revan merasa jika Liora hidup kembali. Riana telah membuatnya jatuh cinta, 1 tahun mereka menjalin kasih, kebahagiaan Revan harus kembali terenggut oleh orang lain.
Ervan saudara kembarnya telah mengambil satu-satunya kebahagiaan Revan dengan dalih kasih sayang orang tuanya yang lebih menyayangi Revan ketimbang Ervan.
Orang tuanya selalu membanggakan dan menomor satukan Revan dalam segala hal termasuk dalan mengurus perusahaan, papahnya lebih mempercayakan pada Revan padahal kemampuan Ervan pun tak kalah oleh Revan. Ervan merasa terasingkan, ia seakan tak pernah dianggap ada ditengah keluarganya, Ervan selalu merasa kesepian ia tak pernah merasakan kebahagiaan didalam keluarganya.
Sejak saat itu Ervan jadi sosok tempramen, pergaulannya tak lagi terkontrol, Revan dan orang tuanya sampai snewen menghadapi perubahan Ervan. Ervan selalu merusak kebahagiaan Revan, ia selalu ingin membuat Revan kesepian seperti yang dirasakannya.
Sepeninggal Liora kala itu sangat membuat Revan hancur dan itu membuat Ervan bahagia, karena keadaan Revan yang terlihat aneh orang tuanya mengalih tugaskan perusahaan pada Ervan, Ervan sangat bahagia dengan kemenangan yang ia dapat saat itu tapi Ervan harus kembali kehilangan semuanya saat Revan bertemu Riana. Revan kembali menguasai semuanya, perhatian orang tua, perusahaan juga kekasih yang mencintainya. Ervan benci dengan keadaan itu, ia pun berusaha merebut Riana dari Revan dengan segala perhatian Ervan tunjukan pada Riana, ia selalu berusaha agar Revan terlihat buruk dimata Riana sampai akhirnya Ervan berhasil merebut Riana.
pertengakaran dan perkelahian sering terjadi diantara keduanya karena Revan yang masih saja mencintai Riana, kepahitan yang Revan rasa akibat Ervan telah membawanya kembali pada dunianya bersama Liora.
Revan jadi seorang penyendiri, ia tak lagi banyak bicara. Revan hanya akan berbicara jika sedang berhadapan dengan nisan Liora. Revan berbicara bahkan tertawa seperti orang gila didepan nisan Liora, mungkin bagi Revan saat itu Liora memang ada bersamanya menemaninya saat Revan tersenyum, tertawa bahkan menangis sekali pun.