"sadarlah itu karma untuk mu, kau sudah menyakiti Revan dengan berselingkuh, kau ingat jika kau telah mempermainkan Revan orang yang jelas mencintai mu dengan tulus tapi kau malah memilih Ervan, sekarang kau rasakan penderitaan mu sendiri jangan libatkan Revan"
"diam, lo ga berhak bicara seperti itu pada Riana"
"kenapa tidak, lo lupa perbuatan dia udah buat lo jadi gila, lo ga perlu lagi urus dia"
Pertengkaran Revan dan Firly di klinik tadi sangat mengganggu fikiran Revan, menurut Revan tak seharusnya Firly bicara seperti itu pada Riana, Revan tak ingin Riana semakin sakit hati dengan keadaannya.
"kamu menderita karena kebahagiaan ku"
"tidak ada orang menderita melihat orang yang dicintainya bahagia"
"dicintai...kamu masih mencintai ku"
"sudahlah, kita tak perlu bahas ini"
"tapi aku perlu tau"
"tidak, jawabannya tidak, aku sudah menemukan cinta yang baru untuk ku"
"siapa dia, apa lebih cantik dari ku, dia lebih segalanya dari ku"
"yang jelas aku lebih mencintainya, itu yang harus kamu tahu"
"betapa beruntungnya dia bisa dicintai sama kamu"
"diamlah, jangan banyak bicara"
"aku akan menanti saat kamu akan mengenalkannya pada ku"
"suatu saat aku akan membawanya dan mengenalkannya pada mu"
"semoga bahagia"
"sudah pasti, aku bahagia dengannya dan aku mau kamu tetap bahagia bersama Ervan, aku akan membantu mu dengannya, jangan khawatir kalian akan kembali baik"
"terimakasih"
Revan mengacak kasar rambutnya dan memukul meja dihadapannya, bagaimana mungkin Revan tega bicara seperti itu pada Riana, cinta baru .... cinta yang mana yang Revan maksud ?.
Langit sudah gelap tanda siang telah berlalu, Revan mendengar deru mobil di luar sana dengan segera Revan keluar dari kamarnya dan menantikan kedatang orang yang sangat dinantinya, saat melihat sosok Ervan yang melangkah dengan santai menuju kamarnya, tanpa basa-basi Revan memukul Ervan membuatnya jatuh tersungkur.
"beraninya kamu menyakiti Riana"
Revan tak bisa menahan emosinya suaranya pun begitu kasar terdengar membentak Ervan dan untuk kedua kalinya Revan memberi pukulan pada Ervan. Ervan yang tak bisa terima perlakuan Revan dengan cepat bangkit dan balik menghajar Revan.
"apa yang kau bicarakan"
"kau fikir apa"
Revan bangkit, nafasnya memburu emosi sangat menguasai dirinya saat ini.
"sudah ku bilang, dia bukan urusan mu"
"sudah ku bilang juga dia tetap urusan ku selama kau tak bisa membahagiakannya"
"dia selingkuh"
Revan tersentak mendengar ucapan Ervan, merasa tak percaya dengan pendengarannya, Revan menantap Ervan meminta kejelasan.
"aku melihatnya bermesraan dengan lelaki lain di cafe, menurut mu aku masih harus menjaganya jika dia selingkuh"
Revan tersenyum mendengar pertanyaan bodoh yang Ervan lontarkan untuknya, Ervan mengernyit dengan reaksi yang tunjukan Revan.
"dulu Riana kekasih ku, dan saat menjadi kekasih ku dia berselingkuh dengan mu bukan"
Revan sengaja menekankan suaranya saat mengucapkan kata berselingkuh, Ervan menunduk saat ini ia lupa tentang satu hal itu.
"tapi aku tetap peduli padanya, tetap mengutamakan kebahagiaannya karena aku memang mencintainya, tapi kamu ?"
"aku bukan orang bodoh seperti mu"
Bentak Ervan yang kembali memukul Revan hingga tersungkur, saat Ervan akan kembali memukul Revan, suara papanya berhasil menghentikan niatnya, sang papa menarik dan mendorong Ervan menjauh dari Revan.
"apa yang kalian lakukan"
"anak kesayangan papah yang mulai"
"pasti kau yang memicu perkelahian ini"
Papa tak henti membentak dan menyalahkan Ervan, Ervan yang merasa terpojok tak bisa lagi menahan diri dengan lantang Ervan berteriak pada papanya.
"sebenarnya aku ini anak siapa, selalu saja disalahkan, apa papa tak menganggap ku anak, apa tak pernah sekali saja papa melihat nilah+ dari aku, kenapa semua selalu tampak buruk dimata papa"
Ervan menarik kasar Revan yang masih terdiam dilantai, Revan sangat tak mengerti dengan Ervan kenapa bisa Ervan seperti itu pada papanya sendiri.
"papa lihat kami, kami ini sama tapi kenapa aku selalu saja dibedakan seperti ini"
"kau lupa siapa yang bicara dengan mu, kurang ajar sekali mulut mu"
Revan yang tak tahan dengan Ervan langsung menghajar Ervan tanpa ampun, seumur hidup baru kali ini Ervan sangat keterlaluan tak ada sopan santun untuk orang tuanya sendiri.
"hentikan, sudah Revan cukup, kenapa kalian selalu saja seperti ini, hentikan kalian adalah saudara jangan seperti ini terus"
Suara mama tiba-tiba histeris melihat kedua putranya kembali berkelahi, teriakan dan tangisannya berhasil menghentikan Revan, mama menarik dan memeluk Revan, sikap mama selalu seperti itu salah satu hal yang sangat dibenci Ervan adalah hal itu.
Ervan merasakan sakit dihatinya melihat Revan dan mamanya, Ervan yang terluka tapi Revan yang mendapat pelukan, air matanya menetes begitu saja sudah sangat sering Ervan mendapat perlakuan tidak adil seperti itu dari orang tuanya, ia tak pernah mendapat pembelaan apa pun, Ervan hanya selalu menjadi yang bersalah dalam setiap masalah dikeluarganya. Ervan bangkit dengan menahan sakit akibat pukulan Revan, Ervan melangkah pergi menuju kamarnya, hatinya terluka betapa menyedihkan kisah hidupnya selama ini. Setelah Ervan pergi, ketiga orang itu terdiam bergelut dengan fikirannya masing-masing, tak lama keheningan mendominasi mereka sampai akhirnya terdengar teriakan Ervan, pecahan kaca dan berbagai suara gaduh lainnya dari kamar Ervan. Tangis mama semakin menjadi dipelukan Revan dengan penuh pengertian Revan memeluk mamanya erat mencoba memberikan ketenangan untuknya melalui pelukannya. Revan memejamkan matanya, ia tak ingin hal buruk ini terus-terusan mengganggu keluarganya, Revan ingin memiliki keluarga yang utuh dan penuh kasih sayang bukan keluarga yang penuh dengan pertengkaran dan perselisihan seperti ini.
"pah, bawa mamah ke kamar sekarang biar bisa istirahat"
"jangan menemui dia lagi hanya menambah masalah saja"
"maaf pah, Revan yang mulai semuanya bukan Ervan"
"jangan lagi membelanya"
Revan terdiam menunduk dengan ucapan Papanya, setelah cukup berbicara akhirnya keduanya berlalu dari hadapan Revan.
Setelah kepergian orang tuanya, Revan kembali masuk ke kamarnya, merebahkan tubuhnya, fikirannya menerawang pada apa yang harus dilakukan agar keadaan keluarganya bisa membaik, bisa harmonis dan damai.
Revan melihat sekeliling kamarnya, ditatapnya foto orang tua Revan betapa sangat Revan menyayangi orang tuanya tapi kenapa keadaan harus seperti ini.
"aku menyayangi kalian, tapi rasa sayang aku sama Riana juga masih sangat besar, aku ga bisa melihat dia terluka terus seperti itu, aku penyebab permasalahan ini aku yang udah mulai memukul Ervan"
Revan mengangguk, sekarang Revan tau apa yang harus dilakukannya untuk mengatasi setiap masalah yang terjadi pada keluarganya, Revan yakin, langkahnya adalah benar dan Revan akan melakukannya, Revan harus bisa memperbaiki semuanya mencari ketenangan, ketentraman dan kenyamanan bagi keluarganya.