Jika orang-orang mengatakan bahwa cinta pada pandangan pertama itu sangat mendebarkan, mungkin ini juga yang saat ini Jaelani alami.
"Rambutmu indah terjuntai dan hitam legam bagai malam. Wajahmu cantik seakan memaksa mataku untuk fokus melihatmu. Duhai makhluk terindah di semesta, bolehkah daku mengetahui namamu?"
"Heehhh?!"
"Baiklah, aku yang akan memperkenalkan diriku dulu. Namaku Jaelani Untung Selamet Sejahtera Sehat Sentosa, panggil saja Kang Bejo."
"Jauh amat nama panggilan dan nama asli, Kang?"
"Iya karena untung dan bejo itu masih dalam satu arti. Jadi, sudah mau memberi tahu nama dikau, duhai gadis bersurai hitam legam?"
"Nami, Namira Satyawati."
"Kalau begitu, mau makan sate 02 bareng di alun-alun ini?"
"Baiklah, Kang Jae."
"Lha? Kok bukan Kang Bejo??"
"Kan nama akang Jaelani, jadi kupanggil Kang Jae aja, boleh?"
"Aku tak bisa menolak permintaan dari gadis secantikmu, Mira."
Itulah pertemuan awal mereka. Pertemuan Kang Jae dengan cinta pertamanya, Namira Satyawati. Gadis cantik nan lugu, yang memancarkan kecantikan khas perempuan Indonesia.
***
Alun-alun Jombang, Jawa Timur.
Malam minggu seperti biasanya, alun-alun ini selalu dipenuhi orang. Orang-orang jualan, orang-orang yang pacaran, orang-orang yang kejar-kejaran dan berbagai jenis kegiatan orang lainnya.
Di sudut gelap alun-alun, tepatnya di belakang ponten, di sinilah sepasang kekasih ini berada. Panggil saja nama mereka Namira dan Kang Jae.
"Kang Jae, kamu belum cerita tentang apa yang kau lakukan di kotaku ini?"
"Kan sudah kubilang kalau aku di sini menemani nenekku yang sedang sakit," jawab Kang Jae sambil mencocol ciloknya ke bumbu kacang.
"Lantas, kenapa aku tak boleh menjenguk beliau, Kang Jae?"
Namira kini menatap lekat mata sayu Kang Jae.
Kang Jae mengalihkan pandangannya, menghindar dari tatapan gadis yang ia cintai.
"Besok akang sudah mau balik ke Jakarta, Dek," ucap Kang Jae mengalihkan pembicaraan sambil terus makan cilok bumbu kacang kesukaannya. Padahal di dekat ponten, tapi dia sepertinya tak peduli. Demi menikmati setiap butir kenikmatan yang dihasilkan dari segigit cilok.
"Kok cepet amat, Kang? Kita baru jadian 1 bulan lho," ucap Namira. Raut kesedihan terpancar dari wajah cantiknya.
"Aku janji akan balik lagi, Dek. Dan saat itu aku akan memintamu pada orang tuamu. Lagipula saat ini umurmu masih 18 tahun. Dua tahun lagi, aku akan balik ke sini dan melamarmu." Kang Jae mengusap pipi merah Namira.
Namira menggenggam tangan Kang Jae dengan lembut dan mencium telapak tangan itu. Tangan yang sedikit bau cilok.
"Aku akan menunggumu, Kang Jae. Di sini, di tempat pertama kita bertemu."
Kang Jae mengecup singkat kening Namira. Mereka menghabiskan waktu dengan bersenda gurau dan saling bercerita pengalaman. Tanpa terasa, malam semakin pekat. Mereka memutuskan untuk berpisah.
Seusai mengantarkan Namira ke jalan raya, untuk mendapat angkot pulang, Kang Jae mendapat sebuah panggilan.
"...."
"Ya, gua berada di sekitar tempat itu sekarang. Saat ini juga gua bakal bawa ntu cewek dan nyerahin ke boss besok."
Kang Jae mengakhiri panggilannya.
"Perempuan ular! Sekarang lu gak bisa lari lagi dari gua. Buwahahahahaha." Kang Jae bermonolog sambil tertawa aneh.
***
BRAK!!!
Kang Jae menendang pintu kayu yang ada di hadapannya dengan sekuat tenaga. Mata tajamnya menyorot ke arah sosok perempuan yang lagi membenarkan bra-nya. Astaga! Dia sedang berganti pakaian dalam saat Kang Jae masuk.
'Situasi ini kenapa jadi kayak cerita Harem, ya?
Apa gua dikutuk jadi tokoh Harem dunia nyata kali ya?' batin Kang-jae.
Duakkhh!!
Perempuan tadi langsung menonjok muka Kang Jae tanpa ampun. Dengan mudah Kang Jae menghindar, namun beberapa tonjokan lolos mengenai wajah tampannya.
Diesshhh!!
Kali ini suara tonjokkan dari Kang Jae yang mengenai perempuan tadi. Tak ada kata, hanya suara hantaman mereka yang terdengar sahut menyahut. Terjadi baku hantam di ruangan sempit itu.
Biasanya di kebanyakan drama atau anime kalau cowok ngeliat cewek yang lagi ganti baju, si cewek akan teriak histeris,
"Kyaaaaa! Apa yang kau lihat, Kakak?"
"A-aku tak sengaja, a-aku a-akan m-menjelaskannya," bela sang cowok.
Tapi situasi mereka saat ini kenapa malah saling tonjok-tonjokkan? Mana Kang Jae ikutan nonjok itu cewek lagi.
Mereka benar-benar unik.
"Haranika!!" (hentikan!!)
bentak perempuan tadi, saat Kang Jae hendak melayangkan tinjunya kembali. Perempuan itu bergegas mengambil kemeja warna biru dan memakainya.
"Cih! Gua gak nyangka selera boss rendahan kayak lu."
Kang Jae berdecih sambil mendekat ke arah perempuan tadi.
Kang Jae mendorong perempuan itu keras hingga punggungnya membentur dinding. Kedua tangan Kang Jae berada di samping wajah perempuan tadi, membuat perempuan itu tersudut.
"Susah juga ya nyari keberadaan lu, Ular! Gua udah dua bulan lho di wilayah sini, tapi baru sekarang nemuin lu," ucap Kang Jae sambil mencengkeram rahang perempuan tadi.
"Geuman haranika!!" (kubilang hentikan!!)
Perempuan itu menatap tajam wajah Kang Jae. Ia menepis tangan Kang Jae yg mencengkeram rahangnya.
"Walah-walah! Bisa gak kagak usah pakek bahasa dari negara lu? Kagak ngarti gua. Lagian lu pan udah lama di sini," ucap Kang Jae. Kali ini sambil mencengkeram bahu perempuan itu.
"Bajingan! Apa seperti ini caramu memperlakukan seorang gadis, hah?" bentak perempuan itu. Kali ini sambil mendorong Kang Jae untuk menjauh darinya.
"Heh? Gadis? Apa gua nggak salah denger? Lu masih nganggep tubuh kotor lu ini sebagai gadis?
Nyadar woy!!" Kali ini Kang Jae menunjuk gunung kembar milik perempuan itu.
"Dan itu! Gua yakin itu disuntik silikon, 'kan? Emang segede itu ya kemauan si boss?"
Plak!!
Perempuan tadi menampar Kang Jae dengan kejam.
"Siapa sebenarnya yang merekrut anjing gila sepertimu, hah?" Perempuan berambut cokelat muda itu murka. Napasnya menderu karena emosi.
"Lu gak perlu tau. Gua cuma perlu bawa lu ke boss, lalu urusan kita selesai. Tapi, lu mau-mau aja ya jadi simpenannya si boss? Padahal dia lebih cocok jadi bapak lu. Dasar cabe-cabean!" ucap Kang Jae dengan senyum meremehkannya.
Perempuan itu menarik sudut kanan bibirnya. Ia ingin tertawa saja. Yakali dia disamakan dengan cabe? Dia tidak mengerti sebenernya, tapi ingin tertawa saja. Sepertinya lucu juga julukan itu, batin perempuan polos berkebangsaan Korea Selatan itu.
Ia bangkit dan duduk di ranjang sambil menyilangkan kakinya.
"Kalau kau begitu ingin tahu alasan boss-mu berkencan denganku, akan aku tunjukkan."
Perempuan itu mulai membuka kancing kemejanya satu persatu.
'Lha? Kan gua tadi cuma ngegertak, kenapa cewek ini malah nantangin coba? Kan gua jadi nggak kuat,' batin Kang Jae, nista.
"Hei, hentikan! Gua bakal bawa lu sekarang juga, kagak perlu nunggu besok. Bisa digolok leher gua kalo kencan sama lu." Kang Jae sudah gemeteran saja nih. Dia biarpun seperti preman 'kan nggak pernah ngelakuin kayak gitu.
Tadi dia sok kasar juga karena dia akting karena boss-nya menyuruh membawa perempuan itu bagaimana pun caranya. Ya, tadi Kang Jae hanya antisipasi, eh malah dia yang terjebak sendiri. Ini namanya senjata makan tuan.
***
Siapakah wanita ular itu?
Ada hubungan apa dia dengan boss-nya Kang Jae?
Bersambung ....
***
( Harem : genre anime/manga yang berupa seorang tokoh cowok dikelilingi oleh banyak tokoh cewek)