Revan menuruni tangga dengan terburu-buru, langkah Revan terhenti saat melihat Riana berjalan menaiki tangga, Revan mendengar Riana yang memanggilnya tapi Revan tak ingin bertemu siapa pun saat ini.
"jangan memperdulikan ku, urus saja Ervan dia sangat membutuhkan mu sekarang"
Revan berucap dengan tenang dan kembali melanjutkan langkahnya tak peduli dengan Riana yang berkali-kali memanggil namanya.
Riana kembali melangkahkan kakinya menuju kamar Ervan, berkali-kali Riana memanggil Ervan tapi tak mendapat jawaban apa pun akhirnya Riana membuka pintu yang memang tak terkunci, Riana melihat Ervan yang sedang melamun disamping jendela, kamarnya begitu berantakan banyak barang dan pecahan kaca berserakan, perlahan Riana mendekat dan duduk disamping Ervan.
Riana menatap wajah Ervan, ketampanannya tak lagi terlihat karena luka lebam yang mendominasi setiap bagian wajahnya, penyesalan tiba-tiba menyelinap masuk kehati Riana, andai ia tak menceritakan semuanya pada Revan saat di klinik mungkin hal itu tak akan terjadi.
"Ervan, kamu baik-baik saja"
Dengan ragu Riana bertanya, Ervan berbalik menatap Riana tanpa ekspresi apa pun, Riana beringsut perlahan untuk menjauhi Ervan, Riana takut jika Ervan berbuat kasar lagi padanya, dengan cepat Ervan menarik Riana kedalam pelukannya hal itu membuat Riana semakin ketakutan ia mencoba berontak tapi Ervan semakin mengeratkan pelukannya dan dengan lemah berusaha bertanya pada Riana.
"katakan siapa laki-laki itu"
"dia bukan siapa-siapa"
"kamu bermesraan dengannya"
Ervan semakin mengeratkan pelukannya, Riana menutup matanya jantungnya berdegup hebat karena rasa takutnya.
"kamu salah paham, waktu itu dia menolong ku saat mata ku terkena debu"
"dia mencium mu"
Nafas Ervan mulai memburu, emosinya kembali naik saat mendengar suara Riana.
"aku hanya melakukan kesalahan itu dengan mu, aku tidak akan mengulangnya dengan laki-laki lain"
"aku mencintai mu"
Suara Ervan begitu lembut terdengar ditelinga Riana, Ervan pun telah menormalkan pelukannya dan membuat Riana bisa bernafas lega, perlahan Riana membalas pelukan Ervan.
"aku tidak akan menghianati mu"
Ervan tersenyum, ada ganjalan dalam hatinya saat ia mengucapkan cinta pada Riana, Ervan merebut Riana dari Revan hanya untuk menghancurkan Revan, apa benar kini Ervan telah mencintai Riana seperti yang dikatakannya beberapa detik lalu.
---
sejak kejadian malam itu Revan tak pernah lagi terlihat, sudah 2 minggu Revan tak pulang ke rumah dan tak juga datang ke kantor, orang tuanya kelimpungan mencari Revan, handphonenya tak pernah aktif, semua teman Revan sudah ditanyai tapi tak ada satu pun yang tahu dimana Revan.
Dengan perginya Revan merupakan kebahagiaan untuk Ervan, ia bisa mendapatkan semuanya, perusahaan juga perhatian orang tuanya, hubungannya dengan Riana juga sudah membaik, seperti siang ini Ervan janji makan siang bareng dengan Riana.
"Ervan"
"kamu sudah datang"
Ervan menyambut kedatangan Riana keruangannya dengan pelukan.
"jam makan siang masih jauh, kenapa harus buru-buru"
"aku mau menemani mu disini, boleh ?"
"tentu saja, biar aku semangat bukan"
"ya begitulah, ayo balik kerja"
Riana kemudian duduk dihadapan Ervan, Riana tersenyum melihat wajah serius Ervan, Riana bahagia akhir-akhir ini Ervan menjadi sosok yang begitu tenang, ia lebih bisa bertanggung jawab.
Dibalik kebahagiaan, Riana juga merasakan kekhawatiran besar pada Revan, sejak pertemuannya dengan Revan ditangga rumah waktu itu Riana tak pernah lagi melihat Revan, entah kenapa Riana merasa kehilangan sosok Revan, ada kerinduan yang hadir begitu saja dihati Riana untuk Revan, tanpa sepengetahuan Ervan diam-diam Riana juga sering mencari Revan, ia mendatangi setiap tempat yang mungkin didatangi Revan bahkan Riana juga pergi ke makam Liora menunggu Revan disana seharian tapi Revan tak juga datang, entah kemana Revan pergi betapa ingin Riana bertemu Revan seperti dulu ia bisa bertemu Revan saat bertemu Ervan.
"sayang"
Sentuhan Ervan membuyarkan lamunan Riana, Riana tersenyum berusaha menutupi kegelisahannya.
"maaf, aku terlalu asyik menatap mu"
"ayo makan, aku sudah lapar"
"baiklah"
Keduanya berjalan berdampingan keluar kantor, setelah sempat berbincang tempat makan yang akan dituju, Ervan pun melajukan mobilnya, sepanjang perjalanan keduanya tak henti bercerita, saling melempar canda dan tertawa bersama.
setelah sampai ditempat tujuan Ervan langsung memilih tempat duduk dan memesan menu makan siangnya, setelah pelayan pergi Ervan berpamitan untuk ketoilet, Riana mengangguk dan Ervan pun berlalu, ia berjalan sambil melihat sekitar dan tanpa sengaja Ervan menabrak seseorang yang tengah membawa makanan, seketika makanan pun jatuh berantakan bersamaan dengan tubuhnya.
"maaf-maaf"
Ucap Ervan, cepat-cepat ia merapikan makanan dihadapannya dan membantu pemiliknya untuk bangkit, Ervan memberikan kantong makanannya dan kembali meminta maaf, seseorang dihadapannya terdiam menatap Ervan kemudian tersenyum.
senyum terindah yang pernah Ervan lihat, jantungnya berdegup kencang baru pertama kali Ervan merasakan degupan seperti itu, tiba-tiba gadis itu menujuk wajah Ervan dan membuat Ervan mengerjap kaget.
"kenapa, ada apa"
Ucap Ervan sambil mengusap-usap wajahnya, gadis itu kembali tersenyum dan membuat Ervan kembali terpana, tanpa permisi gadis itu berlalu dari hadapan Ervan yang masih mematung ditempatnya "perasaan apa ini" batik Ervan bertanya kemudian kembali melangkah memasuki toilet, ia mencuci muka dan memandang dirinya dicermin.
Ervan teringat senyum gadis yang ditemuinya beberapa menit lalu.
"Riana"
Ervan tak pernah merasakan degupan hebat seperti itu saat bersama Riana, saat menatap, memeluk atau bahkan menciumnya, tapi kenapa hanya dengan melihat senyuman gadis itu jantung Ervan berdetak diluar kendali dan mampu membuatnya salah tingkah.
Ponselnya berdering dan tertulis nama Riana dilayar, dengan cepat Ervan menjawabnya dan mengiyakan permintaan Riana untuk cepat kembali karena pesanan mereka sudah datang.
"kamu lama sekali"
"maaf, tadi toiletnya antri makanya lama"
"ya udah, ayo makan bukannya tadi kamu bilang lapar"
"iya, ayo makan"
Kedunya tersenyum dan mulai menyantap hidangan makan siangnya, setelah sesaat sama-sama terdiam keduanya kembali saling bertukar cerita, menikmati hidangan makan siang dengan segala cerita kebahagiaan keduanya.
"gimana perasaan kamu sekarang, aku lihat kamu sangat bahagia akhir-akhir ini"
"tentu saja, aku sangat bahagia dengan semua ini apa lagi ditambah kamu yang selalu ada buat aku"
"dari dulu aku selalu ada buat mu"
"aku tahu, udahlah yang jelas aku sangat bahagia sekarang"
Riana hanya tersenyum mendengar ucapan Ervan, Riana sangat ingin mempertanyakan Revan tapi Riana takut jika hal itu akan membuat Ervan terganggu dan membuat mereka kembali bertengkar, Riana bahagia dengan Ervan yang sekarang dengan segela ketenangannya juga tanggung jawabnya, Riana tak ingin merubahnya menjadi kembali buruk meski akhirnya Riana harus menahan semua kerinduannya pada Revan, Riana akan tetap berusaha mencari Revan meski diam-diam dibelakang Ervan, Riana berharap semua baik-baik saja Ervan tak akan mengetahui tentang kegiatannya itu.