Sudah 3 hari Revan menutup warungnya karena Laura masih tak ingin menemuinya.
Revan memutuskan untuk sekedar berjalan-jalan ditaman kota menikmati sejuknya pagi hari yang sebenarnya telah tercemar oleh polusi.
Revan duduk di salah satu bangku taman dan melihat sekeliling taman, Revan menyipitkan matanya saat melihat sosok yang tak asing baginya, sosok yang beberapa hari ini tak ingin menemuinya.
"Laura, kita memang memiliki takdir yang sama, untuk bersama-sama"
Revan bangkit dan melangkahkan kakinya, tapi setelah beberapa langkah, Revan harus menghentikannya saat sesorang lelaki datang menghampiri Laura, mereka sama-sama tersenyum dan saling berpelukan untuk beberapa saat.
**
"Laura, kau punya keluarga, sanak saudara atau mungkin beberapa teman dekat"
"mmmm"
Laura menggeleng mantap sambil tersenyum, Laura menulis sesuatu dibuku kecil yang genggam Revan.
"apa yang kau tulis"
"ahh...
Laura menunjukan tulisannya dan terdiam menunggu Revan selesai membacanya.
"aku tidak memiliki siapa pun sekarang, orang tua ku telah meninggal, aku ga tau keluarga ku yang lain dimana dan aku juga ga tau dimana teman-teman ku, aku sendiri dan hanya mengenal mu saja Revan"
**
"apa maksudnya"
Revan masih mengingat jelas saat itu Laura telah mengatakan jika dirinya hanya hidup sendiri, tapi apa yang dilihatnya sekarang Laura begitu akrab dengan lelaki itu.
"apa pengkhianatan akan kembali menghampiri ku"
---
Revan menjatuhkan tubuhnya ke kasur mini yang tak begitu empuk, matanya lurus menatap langit-langit kamarnya fikirannya jauh menerawang saat melihat sosok Laura bersama lelaki yang tak dikenalnya.
"semua akan baik-baik saja, tak ada yang berniat untuk bermain-main semua hanya butuh kepercayaan"
Revan berusaha untuk tetap berfikir positif, selama Laura tak menemuinya Revan tak akan berfikir apa pun tentan apa yang dilihat.
Semakin lama Revan melamun, matanya semakin terasa berat sampai tak sadar Revan melayang ke dunia mimpinya.
@Jam 19.00
Revan bangkit dengan mata yang enggan terbuka, sesaat Revan menggeliat dan melihat jam didinding kamarnya.
"sudah malam, gimana bisa tidur selama itu"
Revan menyentuh perutnya yang berdemo minta diisi, dengan malas Revan turun dan berlalu menuju dapur.
Revan melihat sekitar, rumahnya begitu sepi tak ada pelanggan tak ada juga Laura.
Revan mengambil beberapa bahan masakan dan mulai untuk memasa.
"di rumah sendiri, tidur sendiri,masak sendiri, makan juga sendiri, malang sekali nasib ku"
Mulutnya tak henti komat-kamit selama Revan memasak.
Pergerakannya terhenti saat kedua matanya ditutup dari belakang, Revan terdiam siapa yang malam-malam datang ke rumahnya padahal warungnya tutup.
Perlahan Revan berbalik menghadap pemilik tangan, Revan mengernyit saat matanya terbuka dan melihat sosok Riana disana.
"hay"
"Riana, ada apa malam-malam begini"
"ga ada, aku kebetulan lewat sini jadi mampir deh kan masih sore juga"
Revan tersenyum, bahkan Revan telah lupa jika hanya satu orang yang biasa menutup matanya seperti itu dan itu Riana.
Revan benar-benar telah melupakan semuanya sekarang, tapi kenapa Laura masih meragukannya.
"lagi masak, masak apa"
"ngga, cuma bikin nasi goreng aja biar cepet"
"baru potong sayur kan, ga usah masak ayo ke depan, aku bawa makan buat kamu"
Riana menarik Revan untuk mengikutinya ke ruang depan, Revan hanya mengikuti Riana tanpa berkata apa pun.
"ayo duduk, aku masih ingat kebiasaan makan malam kamu itu nasi goreng, makanya tadi aku sempetin beli dijalan"
"untuk apa semua ini, Ervan mana"
Sesaat Riana terdiam dan kembali tersenyum sambil membuka bungkusan nasi goreng untuk Revan.
"ayo makan, mumpung masih anget"
Revan menggeser kembali piring yang diberikan Riana, Revan tak menginginkan semua ini, Riana hanya akan mendatangkan masalah dengan berbuat seperti ini.
"kenapa, enak ko tadi aku udah cobain disana, ayo makan katanya lapar"
"Riana, ini sudah malam lebih baik kamu pulang lagian kamu pergi sendiri kan"
"aku akan pulang setelah kamu makan"
"ga usah, nanti aku makan dan sekarang mending kamu pulang"
"kenapa sih Revan, aku cuma mampir sebentar aja cuma kebetulan lewat"
"aku ga mau nantinya akan ada salah faham"
Riana tersenyum tak peduli dengan kekhawatiran Revan, Riana mengambil nasi gorengnya dan menyuapkan pada Revan.
Revan menolak tapi Riana tetap keras sampai akhirnya Revan mengalah.
"aku akan makan sendiri, aku bukan anak kecil lagi, terimakasih"
"ga apa-apa Revan, ga ada orang lain juga kan"
Revan memejamkan matanya sesaat dan kembali menerima suapan Riana.
Riana tak henti tersenyum, memang ini tujuan Riana mendatangi Revan dan ternyatan benar Riana berhasil mencapai tujuannya.
Revan dan Riana terdiam saat pintu terbuka dan melihat Laura memasuki rumah, Revan tersenyum melihat orang yang telah dirindukannya, senyum Laura yang telah terukir saat masih diluar perlaham menghilang setelah melihat Revan dan Riana.
"kamu datang, kemarilah"
Revan bangkit dan menghampiri Laura yang terdiam mematung menatap Riana.
"aku merindukan mu"
Revan memeluk Laura yang masih tak bergeming ditempatnya, Revan berusaha tenang meski Revan tahu apa yang mungkin difikirkan Laura.
"ayo duduk, kamu bawa apa pasti nasi goreng kan, ayo kita makan"
Laura tersenyum sekilas dan mengikuti Revan menuju ke meja Riana.
"baiklah ini pasti menyenangkan, ayo kita makan sama-sama"
Revan merebut bungkusan nasi goreng ditangan Laura dan membukanya satu persatu, memberikan salah satunya pada Laura dan meminta Riana untuk memakan sendiri nasi goreng bawaannya
"ayo makan, aku sudah lapar"
Revan melahap nasi goreng dihadapannya sedangkan Laura dan Riana hanya terdiam memperhatikan Revan.
"baiklah, aku akan pulang, permisi"
Riana berlalu dengan kesal, Revan sempat berteriak mengingatkan nasi gorenya yang tertinggal tapi tak diindahkan Riana, Revan tersenyum dan kembali melahap nasi gorengnya.
"ayo makan, kamu mau makan bareng aku kan, ayo cepat"
Laura hanya diam menatap Revan tanpa ekspresi apa pun, Revan menghembuskan nafasnya perlahan dan menggeser piring nasi gorengnya.
"kenapa, aku ga undang dia kesini kok, dia datang sendiri katanya kebetulan lewat jadi sekalian mampir"
Revan tersenyum dengan menggengam tangan Laura, sebenarnya Revan sangat ingin mempertanyakan pertemuan Laura dan lelaki itu di taman tadi pagi tapi Revan yakin Laura pasti akan cerita suatu hari nanti.
"ayo makan, sini aku suapin, jangan melamun malam-malam ga baik"
Revan menarik nasi goreng Laura dan menyuapinya dengan sayang.
Laura tersenyum dan menerima suapan Revan, keduanya makan sambil bercandaan.
Revan sempat heran melihat Laura yang tiba-tiba ceria setelah beberapa saat lalu diam membisu tapi Revan tak peduli dengan itu, setidaknya kini Laura telah kembali menerimanya dengan baik dan Revan tidak akan membahas apa pun yang hanya akan mendatangkan masalah bagi mereka berdua pada akhirnya nanti.