Chereads / Tunawicara Itu Kekasih Ku / Chapter 17 - Pesta Gilang

Chapter 17 - Pesta Gilang

Malam ini adalah malam perayaan kesuksesan perusahaan Gilang, Angga adalah salah satu tamu penting diacara itu.

Angga mengajak istri dan kedua putranya untuk ikut menghadiri acara dirumah Gilang, bagi angga undangan itu sangatlah penting karena berkat kerjasama dengan perusahaan Gilang kini perusahaan barunya yang dipegang Revan melejit naik.

"Gilang"

Gilang menoleh dan tersenyum menyambut kedatangan salah satu tamu pentingnya, mereka berjabat tangan dan berbincang beberapa saat.

"baiklah, silahkan nikmati acaranya"

"terimakasih, mana pa Galih dan bu Maya"

"mereka masih di dalam, mungkin sebentar lagi kesini"

"baiklah"

Angga pamit untuk menikmati acara bersama istrinya, begitu juga dengan Ervan yang datang bersama dengan Riana mereka ikut pamit kini tinggal Gilang dan Revan.

Mereka terlibat perbincangan serius mengenai kerjasama perusahaannya, mereka sama-sama saling mengagumi karena kampuannya mengurusi perusahaan.

"semoga saja kita bisa terus bekerja sama"

"tentu saja, papah sangat menginginkan itu dan aku bertanggung jawab untuk mempertahakannya"

Revan dan Gilang sama-sama tertawa menikmati setiap kalimat perbincangannya.

"oh iya, kamu datang sendiri"

"ya begitulah, pendamping mu juga kemana diacara seperti ini cuma berdiri sendiri"

"hahaha ada, cuma dia lagi sibuk gak bisa datang kesini"

"sibuk apa malam-malam begini"

"dia bekerja di warung makan, katanya malam ini ada orang yang sengaja sewa tempat makannya jadi ga bisa kesini"

Revan mengernyit dan terdiam menatap Gilang setelah mendengar jawabannya, alasan yang sama yang diberikan Laura, Revan juga mengajak Laura untuk ikut bersamanya dan Laura beralasan ada yang sewa warungnya.

"kenapa Revan"

"hah, oh tidak, tidak ada hanya saja alasannya sama dengan yang diberikan kekasih ku"

"apa iya, dia sama bekerja di tempat makan"

"begitulah"

"kebetulan yang sempurna"

"sepertinya iya"

"baiklah Revan, aku harus menemui beberapa tamu lagi, silahkan nikmati acaranya"

Revan mengangguk dan terdiam melihat kepergian Gilang, fikirannya kembali pada saat Revan melihat Laura dan Gilang di taman tapi beberapa hari lalu Laura sudah memberi tahunya jika lelaki yang sering ditemuinya adalah Ervan bukan Gilang.

Revan melangkah memilih-milih hidangan yang mungkin diminatinya, Revan melihat Ervan dan Riana yang tampak menikmati acara dengan bahagia.

Fikiran Revan tak bisa fokus, ingin sekali Revan keluar dari rumah itu dan segera menemui Laura, Revan melihat sekitar mencari orang tuanya mungkin saja Revan bisa pulang lebih awal dari mereka.

"cari siapa"

Revan menoleh dan Riana yang bertanya padanya.

"Ervan mana"

"Ervan ditoilet, kenapa"

"aku cari mamah sama papah tapi ga ada, kamu tahu mereka dimana"

"tadi aku lihat mereka sama orang tua Gilang"

"pantas saja"

"ada masalah"

"tidak, biar aku cari mereka, aku pergi dulu"

"ok"

Riana tersenyum meski sebenarnya dia masih ingin berbincang dengan Revan.

Revan benar-benar sulit menemukan Riska dan Angga karena banyaknya orang disana.

"pak Revan, bapak disini juga"

"Indri"

Revan mengernyit melihat Indri yang tiba-tiba ada di belakangnya.

"kenapa"

"tidak, Indri apa kita bisa bicara sebentar"

"boleh, apa"

Revan membawa Indri menjauhi keramaian, setidaknya dengan bicara sama Indri bisa sedikit mengurangi gelisah Revan tentang Gilang dan Laura.

"Indri, aku mau tanya sesuatu pada mu"

"apa"

"tapi aku mohon jangan bicara sama siapa pun tentang ini terutama pada Gilang"

Indri mengangguk dengan ragu karena apa yang dikatakan Revan.

"apa kamu pernah melihat Gilang bersama pasangannya"

"tentu saja, dia sering datang ke kantor"

"kamu tahu siapa namanya"

Indri menggeleng, Revan memejamkan matanya sesaat membuat Indri bingung dengan maksud Revan.

"kamu bisa gambarkan seperti apa orangnya"

"sebenarnya ada apa"

"jawab saja"

"dia cantik, putih rambutnya panjang hitam lurus dan .....

"dia bisa bicara"

"tentu saja, maksud pak Revan apa"

Revan tersenyum, setidaknya gadis itu bisa bicara dan bisa dipastikan dia bukan Laura seperti apa yang difikirkannya selama ini.

Revan kembali mengikuti acara, fikirannya mulai tenang setelah berbicara dengan Indri.

Revan melangkah menuju toilet untuk mencuci mukanya yang terasa panas setelah beberapa saat lalu.

"kamu tahu senyum mu itu selalu membuat ku lemah"

Langkah Revan terhenti saat mendengar suara Gilang, dengan perlahan Revan mendekati sumber suara dan melihat Gilang yang sedang melakukan panggilan video dengan seorang wanita.

Revan ingin sekali melihat wajah dari kekasih Gilang tapi itu sangat sulit.

"baiklah, kita akan bertemu besok, dandanlah yang cantik aku akan menjemputmu jam 7"

Gilang menutup telponnya dan segera kembali menemui tamunya.

Revan melanjutkan langkahnya, tanpa sengaja tangan Revan menjatuhkan foto.

Revan melihat sekitar untung saja tidak ada yang melihatnya, Revan mengambil foto itu dan terkejut dengan apa yang dilihatnya.

Foto Gilang bersama Laura, mereka terlihat begitu serasi dengan Gilang yang memeluknya dari belakang dan Laura yang tersenyum menatap Gilang.

Jantung Revan berdegup hebat matanya sehat dan apa yang dilihatnya adalah benar.

"Laura"

---

Matahari telah menunjukan indah cahayanya dipagi hari, Laura tersenyum melihat sekeliling halaman rumahnya.

Laura merapikan setiap tanamannya membuang daun-daun keringnya dan semua yang menghalangi keindahannya.

"jangan seperti itu, tanaman itu akan menghalangi keindahan diri mu"

Laura melirik sumber suara dan mendapati Revan disana, Laura meneliti Revan dan mengangkat kedua alisnya.

"aku ga ke kantor, aku mau sama kamu hari ini, jangan paksa aku ke kantor"

"mmmm.....

Laura mengangguk dan kembali merawat tanamannya dan membiarkan Revan memasuki rumahnya.

"Laura, kemarilah ada tamu di rumah mu"

Laura menarik nafasnya perlahan dan menghembuskannya perlahan.

"Laura"

"aaa....

Laura dengan segera memasuki rumahnya dan menghampiri Revan yang terlihat lelah.

Revan tersenyum dan menarik Laura untuk duduk disampingnya.

"aku minta maaf"

"mmm....

"aku sudah sangat mencurigai mu"

"heemmm....

Laura kembali menghembuskan nafasnya dengan berat, untuk sekian kali Revan meminta maaf tentang itu padahal Laura sudah tak memperdulikannya.

"aku akan percaya sama kamu, aku minta maaf untuk.....

Laura menutup mulut Revan dengan telapak tangannya, Laura sudah bosan dengan bahasan itu tapi kenapa Revan tak mengerti.

Laura tersenyum dan mengecup lembut pipi Revan, memeluk Revan dengan segala kelembutan yang dimilikinya.

"aku menyayangi mu dan aku ga mau kehilangan kamu, jangan pergi dengan alasan apa pun"

Laura mengangguk, apa yang Revan rasakan sama dengan yang dirasanya, meski tuduhan Revan menyakiti hatinya tapi Laura tak dapat membohongi apa yang diingin hatinya.

Laura menginginkan Revan untuk terus bersamanya.

Revan terdiam dalam pelukan Laura, berusaha mencari kenyamanan yang sebenarnya.

Foto itu sangat mengganggu fikiran Revan dan Revan akan mencari tahu kebenarannya dengan perlahan tanpa harus ada perdebatan apa pun antara mereka berdua, Revan telah percaya pada Laura tapi foto itu cukup membuat kepercayaannya kembali menjadi ragu