Hari dan bulan telah berlalu begitu cepat, kini Revan telah menetap di Makassar selama 7 bulan.
Revan menghabiskan setiap detik waktunya untuk mengurusi bisnis baru yang dijalankannya, Revan lupa dengan semuanya bahkan meski berat Revan juga harus melupakan Laura, itu dilakukannya untuk menyelesaikan segala yang harus dikerjakannya dalam waktu singkat dan kini semua telah sesuai harapan, bisnisnya dan beberapa kerjasamanya berjalan dengan lancar, perusahaan maju dengan pesat.
"Pak Revan, ada Pak Angga dan Pa Ervan menunggu di ruangan"
Revan mengangguk dan kembali melangkahkan kakinya menuju ruangan, Revan tersenyum saat melihat 2 sosok yang dirindukannya.
"kamu memang tidak pernah mengecewakan"
Angga tersenyum dan memeluk Revan dengan erat.
"gimana kabar kalian dan mamah mana"
"kami baik, mamah mu tidak ikut katanya ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan"
"baiklah"
Revan duduk di kursinya dan kembali mengobrol dengan ayah dan kembarannya.
---
Gilang membuka kunci pintu kamarnya, ini adalah hari pertamanya kembali ke kota asalnya setelah lama tinggal di Makassar.
Setelah mengganti pakaian Gilang duduk santai di halaman rumahnya, Gilang mengeluarkan ponselnya dan melakukan panggilan disana.
"aku sampai di rumah ku, dan aku membawa kabar baik untuk mu"
Gilang tersenyum mendengar suara yang lama dirindukannya, Gilang sangat ingin melihat dan memeluk sosok gadisnya saat ini.
"ada yang menelpon ku dan membicarakan tentangnya, nanti akan kuceritankan"
Gilang menutup telponnya dan kembali menikmati segelas teh hangatnya.
---
"jangan pernah melupakan apa pun Revan, jika semua sudah normal cepatlah pulang"
Revan mengangguk mendengar ucapan ayahnya, Revan merencakan kepulangannya dihari minggu nanti.
Revan sangat ingin kembali ke rumahnya menemui Riska dan Laura, Revan sangat merindukan keduanya terutama Laura yang akhir-akhir ini sering sekali diabaikannya.
"aku akan pulang hari minggu nanti, dan disana untuk beberapa waktu"
"lalu disini"
"aku sudah menemukan orang yang bisa aku percaya untuk mengurus semuanya dan itu ga akan mengecewakan papah"
Angga tertawa mendengar pernyataan Revan, Angga memang selalu percaya pada Revan apa pun yang menjadi keputusannya tentang perusahaan memang tak pernah mengecewakannya.
"baiklah kalau begitu kami permisi"
"baiklah, hati-hati dijalan dan sampaikan salam untuk mamah"
Angga menggangguk kemudian bangkit dan meninggalkan ruangan.
Ervan melirik Angga sesaat kemudian kembali pada Revan.
"untuk apa pulang"
"untuk Laura"
Ervan tersenyum sekilas kemudian pamit dan menyusul Angga.
Revan menghembuskan nafasnya berat, sampai detik ini Revan belum bisa bertemu dengan Gilang padahal itu adalah hal penting baginya.
"permisi Pak, ada kabar dari bu Indri katanya Pak Gilang tidak bisa ditemui karena sedang ada diluar kota"
"dimana dia"
"di Jakarta"
Revan mengernyit dan menyuruh Vanya keluar, fikiran Revan menerawang jauh pada saat melihat pertemuan Laura dan Gilang ditaman waktu itu.
"apa mereka akan kembali bertemu"
Revan mengusap wajahnya dan menggeleng, Revan sudah memutuskan untu mempercayai Laura maka tak ada alasan untuk mencurigainya.
---
Riska berjalan memasuki warung, mencari sosok Laura disana.
"silahkan bu"
"Laura ada"
Riska tak perlu basa-basi, sebulan setelah Revan pergi Riska memutuskan untuk mencari orang agar bisa membatu Laura dan Riska menerima Fitri untuk bekerja di warungnya bersama Laura.
Laura menghampiri Riska setelah diberitahu oleh Fitri, Laura tersenyum ramah pada Riska seperti biasa Laura menawarkan makan untuk Riska, beberapa bulan bersama Laura, kini Riska sudah bisa mengerti cara Laura berkomunikasi.
"kemarilah, duduk sama tante"
"hah...
Laura mengangkat tangannya meminta Riska untuk menunggu, Riska tersenyum itu mudah untuk dimengerti Laura akan kembali dengan membawa minum dan beberapa cemilan untuk mereka mengobrol.
"silahkan bu"
Fitri menyimpan beberapa hidangan di meja dan kembali ke dapur.
Laura tersenyum dan mempersilahkan Riska untuk menikmatinya.
"nanti aja, kamu udah makan"
Laura mengangguk dan duduk disamping Riska, setiap bersama Riska memang selalu meminta Laura untuk duduk disampingnya agar memudahkannya untuk mengerti bahasa Laura.
"gimana dengan Revan"
"hemm...mmm....
Laura menggeleng, pandangannya kosong setelah mendengar pertanyaan Riska.
"kamu tahu, Revan akan pulang 2 hari lagi, dan dia pasti akan menemui mu pertama kali"
"mmmmm....
Laura tersenyum mengangkat kedua alisnya, Riska mengangguk ada pancaran bahagia di mata Laura, Riska tahu jika Laura pasti merindukan Revan.
"tenanglah, Revan akan kembali dengan sama tidak akan ada yang berubah jangan khawatir"
"a-pa-ka-h Re-v-an a-k-an me-m-b-u-at o-m me-n-er-i-ma ku"
Riska dengan jeli memperhatikan setiap pergerakan tangan dan jari-jari Laura, Riska tersenyum dan menarik Laura kepelukannya.
"Revan akan melakukan semuanya demi kamu, Revan pasti akan memperjuangkannya, kamu harus yakin"
Laura mengangguk, meski ada persaan takut dalam dirinya.
---
Sesuai dengan niat Revan, hari ini adalah hari pertama Revan menginjakan kaki dirumahnya.
keluarganya menyambut hangat kedatangan Revan terutama Riska, rindunya pada Revan benar-benar tak bisa ditahan lagi.
"apa mamah akan membunuh ku"
Riska melepaskan pelukannya dan memukul Revan dengan sayang, Revan yang hampir kehabisan nafas akibat pelukan Riska terkikik saat menerima pukulan Riska.
"berikan barang mu ke mba Marni, ayo kita makan sekarang"
"Revan baru aja datang, apa ga boleh istirahat dulu sebentar"
"ga boleh, ayo makan-makan"
Riska menarik Revan menuju kursinya dan Revan hanya menurutinya, tontonan itu membuat Ervan muak sejak dulu selalu saja seperti itu Revan selalu terlihat istimewa dimata orang tuanya.
"Ervan, bagaimana Riana"
"dia baik-baik saja"
"baguslah aku sudah lama tak bertemu dengannya"
"dan Revan bagaimana denga Laura"
Revan menatap Riska saat menyebutkan Laura, Riska tersenyum dan mengusap lembut tangan Revan.
"untuk apa membahas dia"
Angga menyela, Angga tidak menyukainya apa lagi untuk menerimanya itu sangat tidak mungkin.
"fokuslah makan, jangan banyak bicara"
Ervan tersenyum mendengar kekesal Angga, kali ini Ervan merasa akan mendapat kebahagiaan baru dari ketidak sukaan Angga pada Laura.
---
Riska menghampiri Revan yang terbaring di kasurnya, mengangkat kepala Revan kepangkuannya dan mengusap sayang kepalanya.
Revan tersenyum dan menggenggam kedua tangan Riska.
"kamu sudah melakukan semuanya dengan baik, apa yang menjadi keinginan papah mu sudah terpenuhi"
"tapi Laura ga...
"waktu yang akan merubahnya, sekarang kamu disini mungkin saja kamu bisa lebih sering mempertemukan Laura dengan papah"
"Laura hanya akan takut nantinya dan akhirnya Revan juga yang harus susah, Laura akan marah dan ga akan mau ketemu Revan sama seperti waktu dulu"
"itu hanya ketakutan mu saja"
"bukan mah, itu memang kenyataan"
Riska tersenyum dan kembali mengusap kepala Revan, membiarkan Revan mendapat kenyamanan dalam pangkuannya dan membiarkan Revan tenang ditengah lelahnya dan juga gelisahnya terhadap hubungannya dengan Laura.
Riska Yakin jika Revan akan mampu meluluhkan hati suaminya untuk menerima cinta yang jadi pilihannya