Chereads / Tunawicara Itu Kekasih Ku / Chapter 13 - Pertemuan Revan dan Gilang

Chapter 13 - Pertemuan Revan dan Gilang

Revan memeluk erat tubuh Laura, sesuai dengan keinginan Laura agar Revan kembali ke rumah dan kantornya.

Perdebatan tak akan merubah apa pun, Laura keras dengan keinginannya agar Revan kembali dan Revan hanya akan menuruti apa yang akan membuat Laura tetap tersenyum termasuk dengan kembali ke rumah dan berhenti untuk terus menerus menemuinya.

"datanglah ke rumah, jangan menghindar"

Laura mengangguk dan melepaskan pelukannya, dengan senyuman Laura menatap kepergian Revan, bukan tak berat tapi Laura tak ingin menyusahkan Revan seperti apa yang dikatana Angga pada malam itu.

Revan melajukan mobilnya dengan gelisah, sekian lama waktu yang habiskan bersama Laura kini tak akan ada lagi, permintaan Laura untuk kembali ke rumah dan kantor telah mematahkan semangat Revan.

Kini tak akan ada lagi hari-hari yang dihabiskan untuk memasak dan melayani para pelanggan warung bersama Laura, kini Revan hanya akan sibuk dengan berkas-berkas kantor dan para kolega-kolega bisnisnya.

"Revan, kamu pulang"

Riska meneteskan air mata saat melihat kedatangan Revan dengan membawa koper yang berisi bajunya.

"baguslah, jadi baru hari ini wanita itu mampu membujuk mu"

Ucap Angga dengan nada puas, Revan terdiam menatap keluarganya bergantian.

"ayo makan malam bersama kami, kamu pasti lapar kan ayo"

"maaf mah, sebelum kesini Revan udah makan bareng Laura, kalian lanjut aja makan, Revan akan ke kamar"

"tapi...

Revan berlalu begitu saja meninggalkan semuanya, Revan benar-benar tak suka dengan keadaan saat ini.

"biar saja mah, nanti juga baik sendiri"

"Revan pasti sedih harus meninggalkan Laura"

"kenapa harus sedih, awalnya juga mereka ga kenal, kalo sekarang berpisah apa masalahnya"

Riska tak peduli dengan ucapan suaminya, setelah meneguk minumnya Riska kemudian berlalu untuk menyusul Revan.

---

waktu menunjukan pukul 06.30, Revan sudah sangat rapi dengan pakaian kantornya.

Sesuai dengan permintaan Laura hari ini Revan akan memulai kesibukannya di kantor.

"Revan sarapan dulu, masih sempat bukan"

"nanti saja di kantor mah"

"kamu ga akan ke kantor hari ini"

Langkah Revan terhenti setelah mendengar suara Angga, Revan berbalik dan terdiam saat 3 orang dimeja makan tengah menatapnya.

"kemarilah, dan ambil sarapan mu"

"papah benar, ayo sarapan dulu bareng"

"kamu ga akan ke kantor hari ini, besok saja kamu mulai kegiatan mu, besok kamu harus datang ke Makassar untuk merintis bisnis baru papah disana"

Tak hanya Revan tapi Riska dan Ervan pun sama terkejut mendengar ucapan Angga.

"Makassar"

"iya, kamu papah kirim untuk mengerusi disana, papah hanya percaya sama kamu"

"kenapa bukan Ervan, bukankah sekarang dia lebih bisa diandalkan"

"benar, tapi Ervan masih banyak pekerjaan disini dan itu tidak akan selesai dalam 1 bulan jadi papah fikir kamu yang akan urus semua di Makassar"

"udahlah Van, pergi aja lagian kan itu sebuah tanggung jawab"

Revan benar-benar merasa kesal dengan semuanya, tak ada kata lagi yang ingin Revan ucapakan pada mereka.

Ervan tersenyum menatap Revan yang tampak kesal, ini adalah kabar baik bagi dirinya karena kantor tak akan hilang dari genggamannya dan dengan kepergian Revan maka Ervan bisa mengambil kesempatan bertemu dengan Laura.

##

"kamu harus tanggung jawab untuk semuanya, ini semua salah mu, apa kamu sadar"

Laura mengernyit melihat Revan yang memarahinya, senyumnya perlahan menghilang setelah menyadari kekacauan Revan.

"kamu harusnya ga maksa aku untuk pulang dan kembali ke kantor, kamu harusnya biarin aku tetap disini, aku bahagia aku ga sulit hidup diwarung yang sempit ini, tapi apa kamu malah maksa aku untuk pulang sekarang akhirnya apa, kamu malah menyusahkan ku"

Laura benar-benar bingung harus bagaimana, ini masih pagi kenapa Revan harus memarahinya seperti ini.

Laura merebut tas kantor Revan telunjuknya menelusuri revan dari kepala sampai kaki kemudian menatap Revan dengan kesal.

"apa, iya aku memang akan pergi ke kantor, tapi ga jadi dan aku lebih memilik datang kesini karena ternyata kamu benar-benar menyusahkan"

Laura mengangkat kedua bahunya kemudian menggeleng, Revan menghembuskan nafasnya kesal, Revan baru ingat Laura tidak akan bisa berkata apa pun.

"kamu tau Laura, papah mengirim ku ke Makassar untuk mengurus bisnis disana dan itu pasti akan lama, ini semua gara-gara kamu seharusnya....

##

Revan membanting kopernya dan menjatuhkan tubuhnya ka kasur, Revan tak bisa melupakan saat membuat Laura sedih dan marah akibat Revan yang memarahinya tanpa henti.

"maaf Laura, aku ga bermaksud seperti itu"

Akibat dari luapan kekesalannya pada Laura, kini Laura marah padanya bahkan saat kepergiannya ke Makassar pun Laura tak peduli, pesan dan panggilannya tak digubris oleh Laura.

"sekarang aku disini, Makassar, bagaimana sekarang aku udah bilang aku ga bisa seperti ini, kenapa kamu ga ngerti"

---

Revan memulai hari pertamanya dalam melakukan tanggung jawabnya.

Hari ini Revan bertemu dengan kolega yang akan bekerja sama dengan perusahaanya.

"permisi pak Revan"

Revan melirik sosok yang menyapanya, Revan bangkit dan menyalami keduanya.

"saya Gilang dan ini Indri sekretaris saya"

"iya, saya Revan dan ini Vanya sekretaris saya"

Setelah saling sapa, Revan memulai pembahasannya, Revan diam saat mendengarkan setiap penjelasan Indri dan Gilang.

Revan merasa ada yang salah dengan orang dihadapannya.

"jadi bagaimana pak, apa kerja sama ini bisa dilanjutkan"

Revan tak sadar dengan pertanyaan Indri, Revan terfokus pada sosok Gilang matanya tak henti menatap Gilang sampai Vanya menepuk bahunya, Revan tersentak dengan salah tingkah Revan bertanya tentang hasilnya.

"jadi gimana pak"

"oh...iya tentu...tentu saja itu bagus kita bisa jalankan bisnisnya bersama, semoga sukses"

"terimakasih pak Revan"

Gilang dan Revan sama-sama menanda tangani berkas kerjasamanya.

Gilang menyalami Revan tanda kerja sama mereka telah dimulai.

"kalau negitu, kami pamit pa Revan"

Ucap Indri mengakhiri pertemuan mereka, Revan dan Vanya bangkit diikuti Gilang dan Indri.

"baiklah sekali lagi terimakasih untuk waktunya"

"semoga kerjasama kita lancar"

"amin"

Gilang dan Indri berlalu dari ruangan, begitu juga dengan Vanya.

Revan kembali duduk dan terdiam memikirkan sosok Gilang, Revan memijit keningnya perlahan mencoba mengingat sesuatu yang sekarang tengah mengganggunya.

"Laura"

Ucapnya kemudian mengangguk, Revan dengan cepat meninggalkan ruangannya dan mencari sosok Gilang dan sekretarisnya.

"pak Revan, apa ada masalah"

"Vanya, kapan kita ada pertemuan lagi dengan mereka"

"belum ada jadwal pak, tapi jika pak Revan merasa perlu akan saya atur"

"tidak perlu, apa ada kotak pak Gilang"

"tidak pak, saya hanya mencatat kontak bu Indri pak"

"bukan masalah, antarkan segera ke ruangan saya"

"baik, segera saya antar"

Revan berlalu kembali ke ruangan, dan kembali mengingat sosok Gilang untuk menyakinkan dirinya sendiri.