Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

WARNA HIDUP

ionnoi
17
Completed
--
NOT RATINGS
32.2k
Views
Synopsis
Awi : "Aku tidak tahu bagaimana perasaanku saat ini." Jemmy : "Orang itu bisa membuatku gila." Nathan : "Jangan melirik laki-laki lain." Vina : "Awi adalah suami yang baik dan bertanggung jawab. Aku sangat mencintainya." Cerita yang sering terjadi di kehidupan. Cerita dengan berbagai rasa dan warna. WARNA HIDUP #lgbt #romance
VIEW MORE

Chapter 1 - 1

~ Author Pov ~

Seorang pria terlihat sedang sibuk dengan laptopnya. Dia harus mempersiapkan presentasi untuk besok. Kerjaan yang menumpuk membuatnya tak bisa lepas dari laptop atau komputer. Tak hanya di tempat kerja tapi juga saat di rumah. Laptop dan hp adalah barang yang harus ada didekatnya.

"Pa," seorang wanita yang terlihat cantik dan anggun berjalan masuk lalu duduk di tepi tempat tidur.

"Hmm?" sang suami yang bernama Awi Prajoko Siswanto itu bahkan tidak melirik ke istrinya.

"Besok, ada rapat orang tua di sekolahnya Dika. Papa bisa dateng nggak?"

Jari Awi yang daritadi mengetik sesuatu terlihat berhenti. Kini dia menatap wajah wanita yang berparas ayu itu.

"Kok nggak mama aja yang dateng?" tanya Awi dengan kening berkerut.

Vina tersenyum.

"Nggak bisa pa, Mama ku besok ada janji sama dokter. Jadi aku nggak bisa nitipin Erin ke mereka."

Jika Dika adalah anak pertama dari mereka berdua, maka Erin adalah anak kedua mereka. Dika sudah SMP sedangkan Erin masih berusia 3 bulan.

Awi nampak berfikir. Bibirnya mengerucut saat dia sedang berfikir. Terlihat lucu di mata istrinya.

"Bisa kan pa??"

"Gimana ya. Besok itu pimpinan yang baru di tempat papa dateng. Besok papa harus presentasi jadi..." Awi bingung membuat keputusan, "diharusin dateng ya ma?"

"Iya pa. Undangannya sih wajib dateng. Mau membahas hal penting sih kayaknya."

"Meetingku juga...penting...berapa lama kalau rapat orang tua gitu ma?"

"Kalau rapat orang tua sih biasanya nggak lama pa. Tolong dong pa. Nanti kalau nggak ada yang dateng bingung lo kalau ada apa-apa. Kan mama nggak tau."

"Ya udah deh besok aku dateng."

Biarpun bibir Awi bilang setuju untuk datang tapi otaknya langsung berfikir bagaimana menghindari amukan kacab baru yang diputar ke wilayahnya.

Awi langsung menyambar hp nya. Dia langsung menghubungi teman satu kantornya yang sangat dekat dengannya.

"Wo, besok aku dateng telat ya."

'Lhah..kok gitu pak? Bukannya besok kacab baru dateng ya? Ada meeting kan?!'

"Iya.. Aku ada urusan. Jadi kamu atur gimana caranya biar presentasiku jadi yang terakhir."

'Waduh pak. Aku sih bisa-bisa aja ngatur. Tapi apa nanti kacab nya nggak ngamuk?'

"Ya... Ya.. Mau gimana lagi?! Kalau kena amuk ya kena amuk deh Wo."

'Ya udah. Tapi besok jangan lebih dari jam sembilan ya pak.'

"Oke aku usahain. Thank you ya Wo."

'Jangan lupa, datengnya jangan siang-siang.'

"Okeeehhh..."

Setelah mematikan telfonnya, Awi menatap istrinya yang sudah menunggu nggak sabar. Pria itu tersenyum lebar yang di sambut dengan pelukan Vina.

Karena mambawa bayi kemana-mana sangat merepotkan. Apalagi harus membawa tas bayi yang isinya tidak ringan. Jadi Vina sangat mengharapkan bantuan dari suaminya.

~ Awi Pov ~

Aku melihat jam tanganku yang sudah menunjukkan pukul 09.12 dan aku masih ada di jalan. Karena ini sudah jam lewat masuk kantor dan sekolah, jalanan cukup lengang. Aku memasang headset bluetooth dan menerima telfon masuk.

'Halloooo...' suara di seberang sana terdengar kacau.

Hahaha...aku tau sudah tau ini akan kacau.

"Iya hallo. Sabar...aku masih di jalan," sahutku.

'Kan aku sudah bilang jangan sampai lebih dari jam sembilan.'

Tanganku memutar kemudi saat memasuki jalan berbelok tajam.

"Lima belas menit lagi...nggak...sepuluh menit lagi sampai," kataku sebelum menutup telfon.

Aku sedikit menginjak gas lebih dalam.

Semoga aku nggak terlalu terlambat. Aku nggak menyangka kalau rapat orang tua membahas berbagai hal. Mulai dari semester baru, syarat daftar ulang, sumbangan sukarela bahkan membahas jadwal perpisahan untuk kelas sembilan.

Padahal aku sudah memacu mobilku dengan sangat cepat tapi akhirnya aku sampai di kantor dua puluh menit kemudian. Dan sialnya, di pintu gerbang, aku harus menunggu truk bongkar muat yang menyita banyak jalan. Untuk ukuran mobilku saja susah masuk.

Ck... Aduh...

Setelah truk itu pergi, aku langsung meluncur ke tempat parkir. Aku sedikit berlari saat memasuki ruang kerja. Nafasku sedikit tersengal karena tempat parkir dan kantor memiliki jarak yang cukup jauh.

Orang-orang yang seharusnya berkumpul di ruang rapat sudah terlihat sedang bekerja seperti biasa. Laki-laki berkulit sedikit gelap menatapku yang baru datang sambil geleng-geleng kepala. Dia adalah Bowo. Orang itu menunjuk salah satu ruangan dengan dagunya. Menyuruhku untuk segera masuk ke ruangan itu.

Dan di sinilah aku. Berdiri di depan pintu. Menghela nafas lalu mengetuk pintunya pelan.

"Masuk," terdengar sahutan dari dalam.

Aku memutar knop pintu dan masuk secara perlahan.

Detak antungku mulai meningkat. Wah...kacau. Kena marah nih.

"Permisi pak..."

"Ya..ada perlu apa?"

Untuk pertama kalinya aku mengangkat wajahku. Menatap orang yang akan jadi atasanku untuk beberapa bulan ke depan.

Satu hal yang aku pikirkan.

Muda.