~ Author Pov ~
Di ruangan yang cukup besar dengan beberapa meja dan kursi, orang-orang terlihat sibuk dengan hp nya masing-masing.
"Aduh hidupku kok gini amat ya?!" seru Bowo sambil memegang kepalanya yang terasa pusing dengan masalah kantor yang terus berdatangan.
Baru saja mereka selesai dengan pemilik toko yang kabur sekarang diributkan dengan truk yang entah bagaimana menghilang bagaikan disulap.
"Tom, coba kamu hubungi pak Yanto, tanya apa bisa bantu ngurusi ini," kata Awi yang terlihat sedang sibuk dengan hp nya.
Beberapa kali hpnya berdering dan dia tidak bisa mengurusi truk yang hilang beserta isinya.
"Hallo pak Yanto, iya ini ada masalah. Ada supir bawa kabur truk. Iya sudah dari kemarin nggak ada kabar. Iya..iya sama isinya lah pak. He'em. Gimana? Oh iya iya. Oooo.."
"Pak mau kemana?" tanya Dini yang melihat Awi meninggalkan kursinya.
"Mau nagih ke toko," sahut Awi sambil memeriksa hpnya sebelum di masukkan kedalam saku celana.
"Saya juga ikut Wi," kata Jemmy yang baru saja datang.
Dia baru kembali dari kunjungan ke beberapa toko untuk stor muka pada pemilik toko-toko besar. Bisa di lihat kalau Jemmy kecapean. Wajah Jemmy terlihat lelah.
"Nggak capek pak?" tanya Awi saat mengikuti Jemmy.
"Nggak, sekalian saya mau tau toko-toko yang ada di sini selain yang ada di dataku."
Jemmy dan Awi masuk ke salah satu mobil. Mobil yang di pakai adalah mobil milik Jemmy. Berbeda dengan mobil Awi yang merupakan inventaris kantor, mobil Jemmy terlihat mewah. Dan tentu saja itu adalah mobil pribadi.
"Maaf ya Wi kalau saya sedikit keras sama kamu," kata Jemmy saat melajukan mobilnya.
"Yaa???" Awi bingung saat mendengar pimpinannya meminta maaf.
"Baru beberapa hari saya di sini, saya sudah memarahimu berkali-kali. Saya jadi tidak enak hati."
Untuk sesaat Awi tidak bisa berkata-kata. Baru kali ini dia mendengar permintaan maaf secara langsung dari pimpinannya. Karena selama ini yang dia tahu, pimpinan tidak pernah salah jadi tidak mungkin minta maaf. Beberapa kali kapala cabang digalir, dan baru ini ada yang meminta maaf secara langsung. Awi berfikir mungkin karena Jemmy lebih muda darinya, jadi Jemmy merasa tidak enak hati.
Awi tersenyum samar.
"Ya...memang saya yang salah pak. Jadi bapak tidak perlu meminta maaf," sahut Awi pelan.
Jemmy mencuri pandang ke Awi. Wajahnya tidak begitu terawat seperti dirinya, ada beberapa jerawat yang terlihat. Sedikit kusam dengan mata yang selalu nampak lelah. Jika di bandingkan dengan laki-laki yang tidur di apartemennya, Awi pastilah sudah kalah telak. Tapi di balik itu, Jemmy sedikit tertarik dengan kepolosan Awi. Tanpa Awi sadari, beberapa kali Jemmy telah menangkap sisi polosnya. Seperti saat berada di ruangan Jemmy, di meja Jemmy ada hiasan yang unik, sebuah globe yang bisa melayang. Karena di aliri listrik, bola dunia itu tertarik oleh daya magnet dari kedua sisi. Tanpa sadar, Awi melihat bola dunia sangat lama. Beberapa kali dia memasukkan jarinya di antara magnet dan bola dunia itu.
Atau saat Awi yang sangat senang waktu Jemmy membawakan makanan untuk mereka semua di malam hari saat lembur. Awi juga sering terlihat berjalan mengendap-endap seperti maling saat ingin pulang lebih awal. Apalagi saat Awi tersenyum saat ini, dia semakin manis dan membuat Jemmy tak bisa melepaskan pandangannya dari Awi.
Saat ini, Awi sedang bercerita tentang kekonyolan rekan kerjanya untuk mencairkan suasana. Beberapa kali Awi tersenyum bahkan tertawa renyah. Mau tak mau Jemmy mulai larut dalam obrolan di sepanjang jalan. Senyum tipisnya pun menghiasi wajah tampannya.
~ Awi Pov ~
"Maaf lo ko jadi nggak enak. Niatnya bertamu eee...kebablasan," pak Jemmy sedang bercanda dengan pemilik toko.
"Nggak apa-apa. Yang penting harganya di potong mau bertamu sampai pagi juga nggak masalah hahaha..."
Aku tersenyum.
Ini hanyalah sekedar basa basi yang sering aku dengar dan aku lakukan sendiri. Tapi melihat pak Jemmy yang bisa dengan luwes bercanda dengan pemilik toko membuatku kagum.
"Kami pulang dulu ko, terima kasih jamuannya tadi," aku ikut meramaikan suasana.
"Hahaha... jamuan apa?! Cuma kacang goreng sama air mineral hahaha..."
Setelah berbasa basi sebentar kami berjalan kembali ke mobil.
!!
Karena gelap dan penerangan jalan yang kurang, tanpa sengaja kakiku terantuk batu yang membuat keseimbanganku hilang.
"Upss..!!!"
Aku yang terkejut karena berpikir akan jatuh langsung di patahkan dengan tangan kanan pak Jemmy yang lebih cepat menyambar lengan kiriku.
Aku sedikit terkekeh.
"Hampir sajaaaa..." desis pak Jemmy.
...
...
...
Pak Jemmy masih memegang lenganku. Entah kenapa suasananya sedikit canggung.
"Anu...pak..."
Seperti tersadar dari lamunan, pak Jemmy langsung melepas lenganku.
Aku menghela nafas entah karena apa.
"Sorry," katanya sebelum masuk ke dalam mobil.
??
Aku yang bingung hanya bisa mengikutinya masuk ke dalam mobil. Selama di perjalanan pak Jemmy hanya terdiam. Dia fokus menyetir sampai aku tidak berani membuka mulut. Sesekali aku melirik pak Jemmy dan berfikir apa aku punya salah saat berbicara dengan pemilik toko yang kami kunjungi. Seingatku, kami hanya berbicara tentang harga, product terbaru dan potongan harga. Selebihnya hanya membahas hal-hal yang sudah kami ketahui untuk sekedar mengingatkan. Aku sama sekali tidak salah bicara.
"Anakmu dua ya Wi?" tanya pak Jemmy dengan tiba-tiba.
"Iya pak. Dua," sahutku cepat.
Aku melirik ke pak Jemmy. Dia masih terlihat fokus menyetir.
Aku menelan ludah.
Dia nggak marah kan?
"Kata Tommy anakmu cewek sama cowok," kata pak Jemmy lagi.
Dasar Tommy, dia bergossip di belakangku. Apa saja yang sudah dia katakan kepada pak Jemmy?
"Iya pak, komplit," sahutku sambil membetulkan posisi dudukku.
"Enak dong."
Pak Jemmy terkekeh. Oke dia nggak marah.
Untunglahh...
Aku kembali menghela nafas.
"Bapak kalau udah menikah ingin anak cewek apa cowok?" tanyaku penasaran.
Pak Jemmy tidak langsung menjawab. Dia terdiam beberapa saat.
"Cewek," sahutnya, "aku ingin punya anak cewek."
Aku tersenyum.
"Iya pak anak cewek itu lucu. Kalau sudah besar rambutnya di panjangin terus di kuncir," ucapku.
Aku tersenyum membayangkan Erin yang kelak tumbuh besar.
!!!
Saat aku melihat pak Jemmy dia juga melihatku sambil tersenyum. Aku cuma bisa tersenyum balik.
Suasana canggung yang sempat mencair kini kembali lagi. Biasanya aku nggak akan secanggung ini jika bersama yang lain. Mungkin karena dia atasanku. Rasanya tidak nyaman setiap dia menatapku dan tersenyum padaku. Aku juga nggak bisa bergurau seperti biasanya. Rasanya seperti serba salah saat aku mau mengekspresikan diriku seperti biasa.
Jadi semakin canggung.
"Di kursi belakang, ada kotak isinya robot gundam," kata pak Jemmy yang sudah kembali mengedarkan pandangannya ke jalanan, "ambil saja. Untuk anakmu yang cowok."
"Aduh pak nggak usah. Di rumah mainannya sudah banyak kok," tolakku.
Aku tidak ingin berhutang apapun pada pak Jemmy diluar pekerjaan.
"Nggak apa-apa. Ambil aja," kata pak Jemmy.
Suara datarnya sedikit membuatku nggak nyaman. Daripada dia marah karena aku menolak pemberiannya, mending aku terima saja.
Aku sedikit memutar tubuhku setelah melepas seat belt untuk melihat kondisi kursi belakang.
Ya ampun. Berantakan. Banyak kertas-kertas berserakan, ada jaket, ada baju. Ini mobil apa gudang? Belum lagi barang-barang lain yang ikut menumpuk. Aku sudah tau kalau mobil pak Jemmy berantakan. Tapi kalau diperhatikan dengan seksama semakin terlihat berantakan. Mungkin karena dia belum menikah jadi belum ada yang mengomeli. Istriku pasti akan mengomel saat tau mobilku berantakan. Dia langsung turun tangan untuk membersihkannya langsung.
"Ketemu nggak?" tanya pak Jemmy yang membuatku mulai mengulurkan tangan untuk mencari gundam yang dia maksud tadi.
"Sebentar pak, masih saya cari," sahutku cepat.
Karena sedikit jauh, aku memajukan tubuhku untuk menggapai lalu menyingkirkan benda-benda yang menghalangi.
"Belum ketemu?" tanya pak Jemmy lagi.
Aku merasakan laju mobil yang melambat lalu berhenti.
"Belum pak," sahutku entah untuk yang keberapa kali.
Pak lebih baik kalau bapak punya waktu tolong mobilnya dibersihkan. Aku ingin sekali bilang seperti itu tapi lebih baik jangan hahaha...
"Pak nanti sa...!!!!" saat aku memutar tubuhku lagi ke depan aku sangat terkejut saat mendapati pak Jemmy yang ikut melihat ke belakang.
Aku benar-benar terkejut.
Wajah kami cuma berjarak hanya beberapa centi saja. Pak Jemmy juga nampak terkejut. Dia langsung menarik tubuhnya dan kembali menatap jalanan.
Ah...lampu merah.
...
...
...