Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Exulansis Girl

🇮🇩cutiebabik
--
chs / week
--
NOT RATINGS
121.3k
Views
Synopsis
Byna adalah seorang gadis yang hidupnya penuh dengan kebahagian. Tanpa sadar, ia telah jatuh cinta kepada teman sekelasnya Skala sejak kejadian itu. Berbagai konflik Byna dan Skala hadapi untuk bisa bersama. Suatu saat Byna tidak sengaja mendengar percakapan Skala ditelepon dengan ibunya yang telah menjadi korban KDRT, awal dari cerita Byna pun dimulai disini. Sedikit demi sedikit masa lalunya dan Skala terungkap membuat hubungan mereka menjadi renggang. Hingga suatu ketika Byna jatuh koma akibat keegoisan dan sifat kekanakan Skala, Skala merasa sangat putus asa dengan kehidupannya yang sekarang. Hingga akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidup.
VIEW MORE

Chapter 1 - INCIDENT

Di pagi hari yang cerah, alarm matahari kesayangan berbunyi sangat nyaring membuat gue terbangun.

"Huft, lanjut tidur aja deh." Gumam gue seraya mematikan alarm sialan itu.

"Untung lo imut kalo ngga udah gue buang!" Ucap gue sambil mencoba menutup mata dan kembali tidur.

"Tsabyna!!! Bangun! Udah jam berapa ini, gak takut telat apa?!" Teriak Bunda dari lantai bawah.

Mata gue otomatis terbuka lebar. "Argh Bunda udah kayak TOA ih, ngeselin."

Gue bersiap siap untuk ke sekolah menggunakan seragam putih abu abu dan sweater rajut berwarna merah muda dan membiarkan rambut panjang gue terurai.

"Bunda, Kak Rean kok belum turun dari tadi?" Tanya gue pada Bunda yang sedang membersihkan dapur seusai memasak.

"Udah berangkat." Jawabnya singkat.

"Lah, terus Byna gimana? Siapa yang anterin Byna? Kan jauh Bunda, pas Byna sampai ke sekolah terus maag Byna kambuh gimana?" Ribuan pertanyaan gue lontarkan pada Bunda.

"Jalan sayang. Sekolahnya deket kok itu." Jawab Bunda meyakinkan.

"Yaudah deh, tapi Bunda jangan nangis loh yaa kalau semisal nya, Byna ketabrak semut terus meninggal." Ucap gue sambil menciumi tangan Bunda lalu memeluknya.

"Hati-hati! Sewa penjaga kuburan mahal!" Teriak Bunda.

"Iyaa, gini amat Bunda gue." Jawab gue pasrah.

Perjalanan ke sekolah terbilang tidak terlalu jauh, jadi gue santai aja. Toh, kalau sakit gue gak perlu ikut jam pelajaran Pak Herman si Guru killer itu.

Mykaela Tsabyna Amartha, Yap itu nama lengkap gue. Entah apa yang orang tua gue pikirkan saat membuat nama itu.

Setibanya gue di gerbang sekolah, gue mendengar dari arah belakang suara kayuhan sepeda, yang bukan lain adalah Raditya Skala Bumi a.k.a Skala, Teman sekelas gue. Dengan cepat ia membalap sepedanya ke arah gue.

Perasaan gue gak enak.

*BRUK*

"Argh, Skala! Kalau mau mati jangan ngajak gue juga dong!" Teriak gue kesakitan.

"Maaf, sengaja hehe." Ucap Skala cengengesan.

"Lo gapapa kan?" Tanyanya.

"Gapapa pala lu peang! Jantung gue hampir copot! Emang lu bisa gantiin jantung gue apa?! Punya jantung berapa Lo?!" Ucap gue emosi.

"Gue cuman punya satu, bisa diganti gak? Lo gue kasih hati aja gimana?"

najis.

"Minggir, gue mau berdiri!" Gue mendorongnya pelan seraya mengambil ancang-ancang untuk berdiri.

"Aduh kaki gue." Kaki gue terasa sangat sakit jika digerakkan.

"Sorry, gue cabut dulu." Ucap Skala.

"Awas ya lo Kal, tungguin pembalasan gue." Ucap gue dalam hati.

"Byna?! Lo ngapain duduk di jalanan begitu?" Tanya Zela, dengan cepat ia menghampiri gue sedang duduk tersungkur di dekat gerbang sekolah.

"Huwaa, Zela bantuin gue." Jawab gue meringis kesakitan.

"Lo kenapa?!"

"Kaki gue sakit, kayaknya keseleo deh Zel. Bantuin gue berdiri hiks...."

*DI KELAS*

"Lo kenapa sih Byna, kok bisa keseleo gini? Untung aja gak parah." Tanya Zela khawatir.

Mendengar hal itu membuat gue ingat kejadian tadi, gue pun langsung beranjak berdiri dan mendatangi Skala di bangkunya.

*BRAKK*

"Apa sih Byna?!" Ucap Skala emosi sambil membuka headset yang dipakainya.

"Gue doain amnesia beneran dah lo! Sok pura pura gak tau lagi. Liat kaki gue!" Teriak gue membuat kami menjadi pusat perhatian di kelas.

"Kan gue udah minta maaf tadi." Jawabnya santai.

"Apaan minta maaf langsung kabur gitu?! Setidaknya bantuin gue gitu kek!"

"Yaudah, sorry ya Byna gue tadi gak sengaja, tapi emang gue ada masalah jadi rada kesel dikit."

"Bodo ah, lain kali hati-hati." Gue pun kembali ke bangku gue dengan langkah sempoyongan.

"Lo kenapa sih sama Skala?" Tanya Zela heran yang sedari tadi memperhatikan gue terus.

"Dia nabrak gue, terus pergi gitu aja."

"Sialan tuh Skala, udah lo mending gak usah deket deket sama dia." Ucap Zela, gue mengangguk mengiyakan.

*DI RUMAH*

"Huft, capek banget, padahal gue gak ngapa-ngapain juga. Tau ah! Mending gue langsung tidur aja." Ucap gue pada diri sendiri. Tanpa berlama lama gue langsung membuang badan gue ke atas kasur.

*Ting*

"Ah siapa sih yang chat gue?!"

Gue buka layar hp dan mengecek siapa yang mengirim pesan dan apa isi pesannya.

•••••

@Rdt_skalabm

Byn

Kaki lo gimana?

masih sakit gak?

ME

Hm.

@Rdt_skalabm

Singkat amat, kalau gitu Lo mau apa? itung-itung sebagai permintaan maaf gue ke Lo.

ME

Lo ikhlas kan?

@Rdt_skalabm

Iya,

ME

Besok baru gue kasih tau.

@Rdt_skalabm

Oke.

•••••

Kami pun saling berbalas pesan random. Gue melihat jam yang menggantung di dinding sudah menunjukkan pukul 7 malam jadi kami memutuskan untuk mengakhiri percakapan.

.

.

.

"Hai Bunda." Sapa gue dengan nada bahagia.

"Wah. Makanan Bunda enak nih." Ucap Kak Rean memuji seraya turun dari lantai atas.

"Ooh, jadi selama ini gak enak, hm?" Kata Bunda menekankan kata 'gak enak'.

"Enak kok enak." Ucap Kak Rean merayu.

Sehabis makan gue sama Kak Rean meminta izin ke Bunda untuk ke sekolah.

*DI SEKOLAH*

"Pagi Byna,"

"Apaan lagi? Sepeda lo mana?" Tanya gue pada Skala.

"Oh lupa. Bagus deh, gue cabut dulu ya!" Jawabnya kegirangan

"Hah, apa sih?"

"Astagaa! Gue lupa!" Ucap gue sambil menepuk jidat, lalu gue pun langsung mengejar Skala yang sudah lebih dulu sampai di kelas.

"Ih parah, kok nggak ingetin gue?!" Ucap gue merajuk.

"Bagus dong buat gue." Jawab Skala.

"Byna, selamat pagi!" Panggil Zela dengan suara centilnya.

"Zela sini sini sini." Panggil gue.

"Lo ngapain di bangku Skala? oh gitu he'em." Tanya Zela, yang belum gue jawab sama sekali dia lebih dulu mengiyakan.

"Gue belum jawab bego!" Ucap gue sambil menjitak kepalanya.

"Sakit!" Jerit Zela

"Emang tuh Byna kalau udah ngejitak gak berkemanusiaan." Ucap Skala seraya menghina Byna.

"Jadi gini Zel, sekarang kita punya babu, em gimana ya bahasa sopan nya? Oh, Pembantu. Iya pembantu!" Ucap gue senang sambil mengarahkan satu jari telunjuk gue ke depan wajah Skala.

"Sama aja."

"What? Kok bisa? Lo gaboleh gitu Byna...." Ucap Zela yang kaget.

"Dia yang menawarkan diri." Jawab gue santai.

"Nah kalau gitu halal." Jawab Zela kegirangan.

"Wait, wait, wait ini kok gue jadi babu untuk kalian berdua? Gak mau!"

"Ga bisa dong, lo kan nggak memberi kapasitas majikan, jadi sah sah aja hehe." Ucap gue sambil tertawa jahat.

🔔🔔🔔

"Raditya Skala Bumi, ke kantin yuk." Panggil gue dengan halus.

"Hm." Jawabnya singkat.

"Lesu banget, ini masih tuh pagi. Semangat dong!"

"Gimana mau semangat, Lo halus gitu pasti ada maunya." Jawab Skala.

"Ih kok peka, kalo kamu ngerti yaudah yuk ke kantin."

"Zela, ke kantin yuk!" Ajak gue ke Zela.

"Gak bisa, tugas gue numpuk. Bentar Pak Yusuf masuk." Jawabnya dengan terburu buru.

"Yaudah, gue ama Skala ke kantin ya!"

"Iya, nitip air mineral satu." Pinta Zela.

"Yoi." Jawab gue lalu menggandeng lengan Skala menuju kantin dengan cepat agar kedapatan tempat yang kosong.

.

.

.

*DI KANTIN*

"Mas! Bakso nya dua ya, sama jus jeruknya sekalian!" Teriak gue dan diiyakan oleh Mas Dadang penjual bakso.

"Yakin nih pake duit gue? Lo Nggak kasian apa?" Tanya Skala meyakinkan.

"Yakin 100 persen." Ucap gue pasti.

Saat sedang menunggu pesanan kami berdua, Keadaan menjadi canggung gue akhirnya berinisiatif untuk memulai perbincangan.

"Oi, gue mau ngomong." Sahut kami bersamaan.

"Eh lo duluan deh." Jawab kami bersamaan lagi. Kami tertawa kecil, tidak lama kemudian pesanan kami datang tapi bukan Mas Dadang yang bawa tapi seorang cewek cantik, memakai hoodie hitam, dan dengan muka judes yang membawa pesanan kami.

"Ini bener punya kami? Kok lo yang bawa?" Tanya Skala.

"Mas Dadang tadi nitip suruh anterin." Jawab cewek itu dengan tatapan dingin.

"Tapi kenapa?" Tanya Byna.

"Dia sibuk."

"Oh iya, kenalin nama gue Byna. Nama Lo, siapa?"

"Aurell."

"Kelas berapa? Gue kok gak pernah liat lo? Murid baru ya?"

"Orang kayak lo emang gak pernah peduli sama sekitar kecuali apa yang penting buat Lo." Sindir Aurell.

"Apa sih dingin banget. Gak sopan ninggalin orang begitu aja." Omel Skala.

Gue cuma tertawa melihat Skala yang sedang mengomel.

"Oh ya btw, lo pulang sekolah gak kemana mana kan?" Tanya Skala.

"Nggak, emang kenapa? Mau ajak gue jalan jalan ya, mager ah gue."

"Kepedean, Gua mau ke rumah lo. Boleh kan?" Tanyanya.

"Boleh boleh aja sih, mau ngapain? Minta sumbangan? Ogah." Tolak gue.

"Nggaklah dajjal, gue cuman mau anu."

"Anu apaan sial," tanya gue kesal.

"Gue cuman niat nyalin PR, boleh gak?"

"Gu-gue kira... Udahlah. Soal Lo mau dateng kerumah gue buat nyalin PR, boleh-boleh aja kok."

"Sip."

.

.

.

•••••

ME

Jadinya, lo datang jam berapa? sore-an dikit gak papa kan? gue mau tidur bentar.

@Rdt_skalabm

Habis maghrib, tiba tiba si Rizki ngajak gue main bareng.

ME

Yaudah gue tidur dulu ya, Bye.

@Rdt_skalabm

Siap.

•••••