-BYNA POV-
Hari yang gue tunggu tunggu telah tiba, sontak hal itu membuat gue sangat bahagia hari ini. Jelas saja, membayang kan gue mendapatkan hadiah atau ucapan saja bisa membuat gue senang bukan kepalang.
Gila? Iya emang.
Gue berangkat ke sekolah bareng Kak Rean tentunya. Gak mungkin banget Ayah gue yang mengantar gue ke sekolah, terakhir itu saat gue masih smp kelas 3 SMP. Tapi hal itu tidak membuat gue membenci Ayah, karena beliau melakukan hal itu untuk menafkahi keluarga kami juga.
.
.
.
Sesampai di sekolah tepatnya di dalam kelas. Zela langsung mendatangi gue, dan mengucapkan selamat ulang tahun pada gue, dia juga memberikan hadiah yang katanya boleh gue buka saat tiba dirumah saja, untuk menghargainya gue pun mengiyakan hal itu.
Beberapa teman kelas mulai berdatangan memberikan selamat, gak lupa gue mengucapkan terima kasih.
Dari sekian banyak nya yang memberikan gue ucapan, tetap saja ada yang menjanggal dari ulang tahun ini.
Skala.
Bahkan hari ini pun Skala tidak datang, gue rada moodyan hari ini, bisa bisanya salah satu orang yang gue sayangi tidak memberi hadiah bahkan ucapan sepatah kata pun.
Kemarin, ia sempat memberitahukan bahwa selepas ia pulang dari Bandung ia akan langsung ke kampung karena neneknya sedang sakit.
.
.
.
-AUTHOR POV-
"Byna, sehabis pulang sekolah gue ama teman teman kerumah lo ya! Ngerayain ultah lo. Boleh kan?" Tanya Zela bersemangat.
"Iya... Datang aja." Jawab Byna tidak bersemangat.
"Eh lo kenapa? Sakit?" Zela langsung mengecek suhu tubuh Byna menggunakan tangan.
"Ngga panas kok, oh gua tau... apa jangan jangan karena Skala?" Tanya Zela memastikan.
"Apa sih, nggak kok."
"Byna, lo kira gue baru berapa bulan kenal sama lo? Lo itu gak mungkin moodyan gini kalau gak ada alasannya." Ucap Zela.
"Zel, gue bingung sama perasaan gue sendiri, gak tau kenapa. Rasanya gue mau ada Skala di samping gue terus, tapi disisi lain gue juga... bukan siapa siapanya dia...."
"Sorry kalau nyinggung perasaan lo, tapi menurut gue lo itu egois Byn, gue tiba tiba kasihan sama posisi Skala sekarang. Gue kasi saran nih ya, mending lo cepet cepet mutusin keputusan lo ke Skala. Biar lo tenang, Skala juga gak kegantung, okay?" Jelas Zela panjang lebar.
"Ta-tapi Zel, gue belum bisa-" Ucap Byna terpotong.
"Byn, udah deh. Kalau lo terus terusan terpuruk cuman karena mikirin orang yang bahkan udah meninggal, lo gak bakalan pernah bisa bangkit, coba sekali aja lo mikirin diri lo sendiri, lo maunya apa."
Byna tersadar akan ucapan Zela, dia benar. Byna harus bangkit, untuk dirinya dan teman masa kecilnya.
"Thanks Zel." Ucap Byna terharu.
"Hah apaan si gitu doang hehe, iya sama sama."
Gobloknya kambuh lagi.
Aurell datang ke ruang kelas Byna untuk membawakan buku mapel dan ditaruh ke meja guru. Ia melihat dan mendatangi Byna yang terlihat jelas bahwa matanya yang berkaca kaca sedang curhat pada Zela.
"Karena Skala lo itu? Gak usah lebay." Ucap Aurell sambil melempar 2 permen untuk mereka berdua dan meninggalkannya.
Dengan sikap kurang ajar Aurell, Zela emosi dan mulai mengomel. Tapi tidak dengan Byna dia tak punya tenaga untuk marah.
•••••
"Ntar, jam berapa gue datang ke rumah lo?"
"Terserah, kalo bisa gue mau tidur siang dulu... Enak banget kalo abis sedih gini langsung tidur hehe." Ucap Byna cengengesan.
"Dasar." Ejek Zela.
"Yaudah gue pulang duluan, Kak zeta nungguin, see you."
Byna mengangguk dan melambaikan tangannya
"Oh iya, lain kali, lo sering sering ya pulang bareng Skala! Biar gur bisa pulang bareng Kak Rean!!." Teriak Zela didengar oleh para siswa yang juga baru pulang.
Memalukan.
.
.
.
-AUTHOR POV-
"Hatchu~"
"Kok gue bersin? Gue gak kena covid kan?" Batin Kak Rean.
.
.
.
"Bunda, Byna pulang~"
"Eh putri kecil Bunda yang ulang tahun pulang nih!" Ucap Bunda menghampiri Byna dan langsung memeluknya.
"Selamat ulang tahun ya nak, semoga panjang umur, sehat selalu, gak membantah perintah Bunda sama Ayah dan Kak Rean, sama satu lagi, sering sering bantu bunda nyuci piring."
"Makasih loh Bund," Jawab gue rada kesal.
"Sini sini adek durhakanya kakak." Panggil Kak Rean sambil melebarkan tangannya kedepan untuk memberi Byna ruang biar bisa ia peluk.
Byna langsung mendatanginya. Baru saja ia ingin memeluk Kak Rean, Kak Rean malah melipat tangannya dan mundur.
"Et tapi boong."
"Sialan."
"Hehehe, yaudah sini sini." Kali ini Kak Rean bersungguh sungguh.
Mereka pun saling berpelukan layaknya kakak adik yang akur. "Bentar bentar, pose kayak begini jarang banget. Tunggu ya bunda foto dulu."
"Bundaa ih, pengap... Kak Rean bau keringat Bund, bau...." Keluh Byna.
"Heh jangan kek gitu! Ntar kualat loh, senyum pepsodent nya mana?"
Kak Rean dan Byna membuat senyuman lebar yang sangat jelas terlihat terpaksa
"Mantap. Satu, dua, tiga."
"Oke selesai, lanjutkan Kak." Ucap bunda.
"Semoga adek gue yang laknat ini.. Bisa berguna bagi Nussa dan Rara, eh maaf salah server, itu lapak sebelah. Mudah-mudahan adek gue ini manggil gue Abang bukan Kakak lagi Ya tuhan. Gak nyusahin gue, gak ngeselin tiap hari, dan gak tau lagi gue males mikir."
"Apasih? Lo ngeluh apa gimana?" Tanya Byna
"Curhatan seorang Abang dari lubuk hati yang dalam, hiya ceunah." Jawab 'Bang Rean'.
"Bodo ah! Gue mau naik. Semakin hari keluarga ini semakin gak beres."
Setelah Byna mengganti pakaiannya, ia langsung merebahkan tubuhnya ke kasur tercinta.
"Yak mari kita tidur...." Merasa ada yang aneh, Byna langsung meraba raba seluruh area kasurnya dan tidak mendapatkan barang yang ia cari.
Seperti dia tidak bisa tidur tanpa 'barang itu'.
"Ini dia bantal guling kesayangan gue...." Ia menemukan bantal guling nya jatuh ke lantai.
.
.
.
"Byna! Assalamualaikum...." Teriak Zela dari luar pagar.
"Tunggu, bentar" Jawab 'Bang Rean'.
[Author gak mau lebam cuman karena kata Kak doang]
"What demi apa?! Coy ada Kak Rean!! Kyaaa." Antusias teman-teman Zela.
"Eh Kak Rean, Byna ada dimana?"
"Oh dikamarnya, paling juga tidur. Mari masuk dulu."
"Iya Kak, makasih. Yuk guys!" Ajak Zela ke teman-temannya.
"Langsung ke kamar Byna aja, gak kekunci kayaknya."
Zela dan teman-temannya langsung naik ke lantai atas, saat sampai di lantai atas mereka melihat ada dua kamar.
"Duh, saking lamanya gue gak datang ke rumah Byna, gue jadi lupa anjir kamar Byna yang mana... Kiri apa kanan?"
"Lah? Jadi gimana?" Tanya Dinda.
"Teriak." Celetuk Rara.
"Ngaco." Jawab dinda balik.
"Yah, cek satu satu dong. Kita mulai dari sebelah kiri sini,"
Zela mulai membuka pintu dan memanggil manggil Byna. Karena tidak ada yang menjawab ia langsung memasuki kamar itu diikuti teman temannya.
*Ceklek
"Gak mungkin banget kalau ini kamar byna, udah buluq berantakan lagi... Jangan jangan ini kamar Kak-"
"Woi ngapain kalian dikamar gue? Gak baca? 'dilarang masuk!' Ini privasi gue tau gak?" Bang Rean datang dengan nada tingginya sambil menunjuk tulisan yang tertera di depan pintu kamarnya.
Zela dan teman temannya sontak kaget melihat ke arah belakang ada seorang cowok dengan berbaju hitam polos dipadu padankan celana pendek berwarna putih.
"A-anu maaf kak, kita nggak tau kalo ini kamar Kak Rean." Jawab Zela terbata bata.
"Keluar sekarang." Ucap Bang Rean ditekan.
Zela dan teman temannya langsung berlari ke kamar Byna yang ada disebelah kanan.
*Brak!
"Bynaaa!!!" Teriak Zela bersamaan dengan teman-temannya.
Byna terbangun karena teriakan temannya walaupun setengah nyawa nya masih berada di alam bawah sadar. "Hoam, hm? Kalian udah datang?"
"Buta lo? Bangun cepetan! Dasar kebo."
"Lima menit lagi please...." Pinta Byna kembali memeluk bantal gulingnya.
Karena merasa kesal, Zela dan teman temannya saling memberi aba aba untuk membuat sebuah renca agar Byna bisa bangun.
"Guys, pas gue siram kita bareng bareng teriak 'happy birthday' ya!" Ucap Zela sambil berbisik.
"1,2,3!!!"
"HAPPY BIRTHDAY BYNAA!!!" Teriak Zela dan teman temannya kompak.
"Ayam ayam!" Jawab Byna kaget, air yang di siraminya masuk ke hidung byna, sehingga membuat byna kesakitan.
"Ohok ohok! Apaan sih kalian, gue keselek anjir, mana lewat hidung lagi."
"Eh sorry sorry, sengaja." Celetuk putri, salah satu dari temannya.
"Tidur mulu sih, sana ganti baju lo cepet, habis itu kita main." Ucap Zela.
"Iya bawel." .
"Punya temen kelakuannya kok kayak setan." Tanya Byna pelan pada dirnya sendiri.
Aya salah satu dari teman mereka mendengar Byna mengatakan hal itu, ikut terpancing emosi. "Wah mau di siram air nendidih nih anak."
"Gas lah kuy." Ajak mereka bersamaan.
Byna yang mendengar itu langsung mengunci dirinya di kamar mandi.
"PSIKOPAT!! MENAJUH KALIAN DARI GUE!! NINE ONE ONE PLEASE HELP ME!!"
"Salah server bodoh, itu Negara sebelahnya sebelah." Jawab Khanza ngibul.
"Udah guys, kasian. Byn! Kita tunggu lo dibawah yah." Lerai Dinda.
"Makasih dinda penyelamat hidup gue, SEMIGA DAPET PAHALA YA LU MENG." Teriak Byna sangat berterima kasih.