"Byna! Gue anterin lo pulang ya!" Ajak Skala.
"Gak usah. Bang Rean udah nungguin gue."
"Tuh sama Lulu aja, dari tadi udah natap gue sinis." Lanjut gue.
Memang dari kejauhan Lulu and the genk natap gue seakan akan mengancam kalau gue gak boleh pulang bareng Skala.
"Byna, ayolah. Gak usah lo mikirin hal yang gak penting itu...." pinta Skala.
Gue langsung menghadap kearah Skala. "Gak penting lo bilang? Wah... Gampang banget ngomong kek gitu." Jawab gue membeo sambil menunjuk nunjuk dada bidang Skala.
Lion datang entah dari mana langsung narik gue menjauh dari Skala.
"Udah berapa kali lo narik gue Lion... Yang santai dong nariknya!"
Merasa kami telah jauh dari Skala, Lion langsung melepas genggamannya.
"Gak usah deket deket sama dia." Ucap Lion.
"Napa sih lo? Galak bener...."
"Lo ga liat hah?! Lulu dan teman temannya udah kek mau bunuh lo." Bentaknya.
Gue nggak balas perkataan Lion, karena gue rasa perkataan Lion memang nggak salah. Dia cuman berniat nolongin gue.
"Dah lah, gue cabut!" Ucap Lion.
Tiba tiba sebuah deringan telepon dari Hp gue.
Bang Rean 👽
"Woi! Lo dimana sih?! Udah jamuran gue disini nungguin."
"Maap Bang sans aja... Gue udah otw kesana."
•••
Setelah Bang Rean mengakhiri telponnya, gue langsung menuju area parkir menemuinya.
"Lama bener! Lo kira gue supir. Mulai minggu depan ke sekolah sendiri titik." Ucap Bang Rean.
"Bang.. Gak bisa gitu dong! Gue kan belum tau bawa motor...." ucap-gue dengan wajah memelas.
"Gak! Pokoknya ini yang terakhir!" Ucap Bang Rean.
Gue pasrah dengan keputusannya dan langsung naik ke motor Bang Rean.
"Pegangan!"
"Loh kok baju lo basah? Habis mandi lo di sekolah?" Tanyanya.
"Gapapa... Tadi gue ketumpahan air saat angkat galon." Ucap gue beralasan.
.
.
.
Di sekolah.
"Anak-anak, sekarang Ibu beri tugas untuk membuat peta Indonesia, tugas ini dibuat berkelompok, dalam satu kelompok terdiri dari 4 orang. Terserah kalian mau sama siapa. Bebas. Ngerti anak anak?" Ucap Bu Siti.
Kami sekelas serentak mengucapkan "ngerti buu."
"Bu, bukannya ini curang! Nanti semua yang pinter pinter bakalan satu kelompok Bu! Mending Ibu yang nentuin." Ucap Lulu, sambil melihat ke arah gue.
"Yew, kalau ga ada guru. Udah gue jambak juga lo!" Ucap-gue.
"Gue?" Tanya lion.
"Lo mau jambak gue?"
"Bukan lo." jawab gue.
"Baiklah, supaya adil Ibu sudah nyiapin nomor nomor di dalam kotak ini, peraturannya sama seperti waktu kalian tukar bangku dulu. Silahkan, dimulai dari Aya." Ucap Bu Siti menerangkan.
Kelas menjadi riuh kayak pasar, walaupun kalau jamkos emang juga kek gini. Mereka saling meneriakkan nomor yang mereka pegang.
"Gak habis pikir gue, kenapa kita sekelompok!" Ucap-gue ke Skala dan Lion.
"Kita kan jodoh." ucap Skala ke gue.
"Sans aja, gue pintar kok, gak kayak kalian, punya otak isinya bucin semua!" Sahut Lion nyindir gue dan Skala.
"By the way... Satu orang lagi siapa?" Tanya gue.
Dari belakang Skala, datang seorang cewek centil yang berlari ke arah kami.
"Byna~ kita sekelompok yey," ujar Zela.
"Syukur deh."
Karena senang kami berpelukan.
"Napa coba, kalau cewek pelukan tuh biasa biasa aja. Tapi kalau cowok..." ucap Lion mengarah ke Skala.
"Dih jijik." lanjutnya.
"Tsabyn kita bikin tugas nya di rumah lo yah." Ajak Zela.
"Sabin? sabin figaro maksud lo? Hahaha," ucap Lion sambil tertawa.
Gue, Zela, dan Skala saling bertatapan bingung melihat Lion tertawa.
"Napa dia?" Tanya Zela.
"Ga tau," ucap gue berbarengan sama Skala.
.
.
.
Mereka semua sudah datang, kami mengerjakan tugas di taman belakang rumah.
"Cok, jadi petanya gimana nih?" Tanya Skala ke Lion.
"Gambar lah bego! Yakali lo mau nge copy dari pinterest terus di print." Jawab Lion.
"Bagus dong, biar gampang" balas Skala.
"Ya kalo lo mau nilai lo gampang juga terserah" jawab Lion.
"Yaudah iye... Gue ngapain nih?" Tanya Skala melihat gue yang sedang menggunting gambar, Zela yang ngedekor, dan Lion yang ngatur tempat jarak dan besar peta yang kami buat.
"Lo mati aja gapapa!" Ucap Zela Kesal.
"By the way, bahannya kurang nih Fal, masih butuh buat bikin lautannya dan lain lain!" Ucap gue ke Lion.
"Byna jaga rumah gue mau ke Cafe!" Teriak Bang Rean.
Eh tunggu antarin Zela ke toko ATK dulu bisa gak?" Pinta-gue.
"Ngapain?? Tuh Skala aja, gak ada gunanya disini." Ucap Lion.
"Biar Skala yang ngegantiin Zela aja...."
Bang Rean datang menghampiri kami. "Iya bisa, Yok La" ajak Bang Rean.
"Eh ta-tapi gue harus beli apaan?" Tanya Zela seraya berdiri dari duduknya.
"Ntar gue chat." Jawab Gue, Skala, dan Lion berbarengan.
"Satu aja buju bustrak. Yaudah deh bye!"
-ZELA POV-
Yes dianterin Kak Rean.
Gue jalan di belakang Kak Rean. "Gak ngerepotin kakak kan?" Tanya gue gak enak .
"Panggil gue Abang"
"Huh? Iya Bang. Bang Rean gak kerepotan kan?" Tanya-gue sekali lagi.
"Ga, lagian juga Cafe ama toko ATK-nya searah." Ucap Bang Rean sambil menaiki motornya.
"Yaudah naik."
Nggak cukup 10 menit kami sampai di toko ATK. "Bang mau nungguin aku? Kayaknya lama deh."
"Iya, bakalan lebih lama kalau lo masih banyak bacot disitu." Ucap Bang Rean.
Gue dengan cepat pergi dari hadapan Bang Rean dan mencari bahan bahan yang diperlukan.
"Total nya seratus empat puluh lima ribu sembilan ratus rupiah, ada yang ingin ditambah dek?" Tanya mbak mbak kasirnya.
"Ngga mbak, itu aja." Gue langsung mengambil uang di dompet untuk membayarnya.
Mampus, gue lupa minta duit ke mamah, mana duit gue cuman seratus ribu lagi.. Huhu
"Anu Mbak.... Saya ngurangin bahan dulu ya Mbak hehe, uang saya nggak cukup."
"Nih!" Ucap Bang Rean menyodorkan dua lembar uang seratus ribu ke mbak mbak kasir itu.
"Gak usah Bang… Tadi aku kalap… mending aku ngurangin bahan bahan yang seharusnya aku gak beli." Tolak-gue.
Hikss… Bye bye stationary imut gue..
"Ga, gue tau lo mau barang barang itu, gak ada penolakan!" Ucap-nya tegas.
Si badaz peka.
"Tapi kan bang-" ucap-gue terpotong.
"Dah lah, males saya liat adek adek yang masih muda ini bucin didepan saya. Sini tuh uang." Sahut Mbak Mbak kasir.
"Udah, nih belanjaannya, makasih, jangan lupa mampir kembali tapi jangan berdua bareng pacar, males saya liatnya." Lanjut Mbak Mbak kasir itu nggak ikhlas.
Gue dan Bang Rean langsung keluar dari toko itu. "Dasar Mbak Mbak jomblo!" Ucap Bang Rean ketus seraya memakai helm-nya kembali.
"Ga boleh kek gitu dong Bang, emang Bang Rean gak jomblo apa?" Tanya-gue.
"Ngga, setelah lo nerima gue jadi pacar lo." Ucap Bang Rean to the point.
Gue terdiam di tempat. Gak mungkin banget...
"Ngapain lo? Cepet naik"
"Iya Bang."
"Eh Bang, kok mutar? Kita mau kemana??"
"Lo diem aja, gue bakalan ngajak lo kesuatu tempat," Jawabnya.
Saat kami berdua telah sampai, gue langsung turun dan membuka helm.
"Ini dimana Bang?"
"Yuk masuk" Bang Rean mengulurkan tangan untuk bergandengan.
Saat gue masuk, didalam terdapat banyak sekali bunga bunga yang bermekaran dan beberapa kupu-kupu hinggap di bunga bunga itu.
"Cantik" satu kata yang menggambarkan tempat ini.
Bang Rean langsung ngajak gue ke arah pohon beringin yang besar dan menjulang tinggi, disana ada ayunan dari kayu menggantung di ranting pohon beringin itu.
Disini gue bisa tertawa lepas, sangat sangat bahagia. "Bang, ngapain Bang Rean ngajakin aku kesini?" Tanya-gue.
"Gue suka sama lo La, lo mau gak jadi pacar gue?" Ucap Bang Rean tulus.
"Aku mau."
.
.
.
.
Di lain sisi..
-BYNA POV-
"Lama banget sih si Zela udah mau malam ini!" Ucap Lion.
"Palingan juga pacaran, sans aja." Jawab gue.
"Pacaran, pacaran, lo mau barang barangnya basah semua?!" Teriak Lion.
"Woi Inget, gue juga ada disini! Daripada lo berdua berkelahi mending main Truth Or Dare aja yok." Ajak Skala, dijawab dengan anggukan kami berdua.
Kami membentuk lingkaran kecil. Yang dimana Di tengah kami ada sebuah botol yang akan dijadikan alat putar. Putaran pertama menunjuk ke arah gue.
"Lo pilih apa? Truth or dare?" Tanya Lion.
"Truth aja lah," ucap gue.
"Lo suka sama siapa?" Tanya mereka berbarengan.
Tanpa berlama lama gue langsung berbicara. "cowok yang gue suka, is here."