Chereads / Exulansis Girl / Chapter 10 - SKALA AND ROOFTOP

Chapter 10 - SKALA AND ROOFTOP

"Siapa? Gue atau si cecunguk ini?" Ucap Lion seraya merangkul Skala.

Gue hanya tersenyum sambil mengangkat bahu seolah olah mengatakan 'gue gak tau'

Pintu rumah tiba tiba terbuka, "sialan tolooong!" Teriak gue sambil melipat kedua kaki dan menyembunykan wajah ini diantara lutut.

Lion beranjak dari tempatnya untuk menutup pintu. "Lo tunggu sini, jagain bocil itu," ucapnya.

Kalau bukan setan udah gue getok tuh pala, ngeselin.

Gue langsung mendekati Skala. Saat pintunya sudah ditutup tiba tiba pintu itu digedor gedor seseorang.

"Woi buka! Gue sama Zela kedinginan diluar sini! "

"Aaakh, kirain setan, ternyata anak dajjal," gue serasa ingin menggila saat itu juga.

"Bagus dong, lo jadi sering deket deket ke gua" ucap Skala sambil cengengesan.

Menyadari hal itu, gue langsung menjauh tidak lupa getok kepalanya. "Awas lo ye! Gue smackdown nanti."

Lion, Zela, dan Bang Rean sekarang berada didepan gue dan Skala.

"Ngapain kalian basah kuyup gitu?! " tanya gue.

"Lo gak liat diluar hujan hah? Sana! Lo pinjemin Zela baju."

"Ay ay kapten!" Ucap gue sambil hormat ke Bang Rean.

Gue langsung narik zela ke atas. Mukanya memerah. " lo nyembunyiin sesuatu ya La? " tanya gue memastikan.

"Ng-ngga.. Gue gak ada apa apa sama kak Rean" jawabnya terbata bata.

Fix zela bodohnya gak ketulungan.

"Oh gitu... Kok lu lama banget? Abis jalan ya? " gue ngegoda Zela.

"Ekhem lagi bahas apa," ucap Bang Rean sedari tadi ada dibelakang gue dan Zela. Saat sampai dikamar, gue langsung nyariin Zela baju.

Gue punya ide hahahaha.

"Nih la baju nya, lo jangan lama lama, gue tungguin dibawah."

"oke"

.

.

Zela dan Bang Rean turun bersamaan sambil gandengan tangan.

Berhasil hahaha.

"Pemandangan apa nih, PJ Bang PJ! Pajak jadian!" Goda Skala.

Refleks mereka melepaskan gandengannya. Bang Rean mendatangi gue.

"Lo tuh yak, jadi adek ga ada akhlak bener" ucap Bang Rean.

"Gue emangnya kenapa bang?"

"Giwi kinipi imingnyi Bing? Kan gue tadi nyuruh minjamin Zela baju lo, ngapain hoodie gue lo kasih. Tuh hoodie juga perasaan dah hilang pas gue beli. Lo yang nyembunyiin kan, ngaku gak lo."

"Sorry bor hehe."

"Seru nih drama, popcorn mana popcorn," ucap Skala.

"Zela, bahan bahan yang gue suruh tadi mana?" Tanya Lion.

"Eh iya, dimana ya?" tanya Zela balik.

"mulai deh amnesia mendadak" ucap Lion dengan muka datarnya.

"Drama baru lagi gan hohoho" nimbrung Skala.

WBDJSJSNWUIWUWJWBSHSBSHSUSHSGGS FANS HSIWBSHSJSNSBJDJD

"gak basahkan kertasnya?" tanya gue meyakinkan.

"hehe gue gak tau… Lupaa" jawab Zela.

"zelaaa!!" Ucap gue dan Lion kesal.

"tenang aja... Udah gue simpen di bagasi motor, nih kunci. Lo ambil ndiri. " Ujar Bang Rean sang penyelamat.

Zela langsung berlari keluar dan kembali dengan sekantong besar ditangannya.

"Banyak bener! Perasaan gue cuman nyuruh beli 5 item dah." ucap Lion.

"Sorry kalap.... Lucu soalnya"

Gue langsung mendatangi Zela dan melihat isi kantong itu. "Ih lucu mau dong satu!"

"Dih ogah, ini punya gue!" Tolak Zela.

"Kok Zela jahat.. Mau kan.. Ngasih gue satu aja," pinta gue sekali lagi.

"Ngga! Ini berharga! Gak bakalan gue pake. Gue mau pajang di kamar gue!" Ucap Zela serius.

"Paan dah, cuman stationary doang, gue juga bisa kali.. Beliin lo," Nimbrung Skala.

"Ga mau, pasti lo beliinnya yang gambar hulk jeleq humph."

"Dah lah, ini peta gak selesai selesai bisa mampus kita! Mau lo dihukum ama Bu Siti?" Ujar Lion.

"Tidak tuan..." jawab kami bersamaan.

Setelah petanya selesai, mereka langsung pamit pulang. Kecuali Zela yang dateng ke sini cuman naik ojol.

"Duh, gimana ni Byn.. Mamah pasti marah nihh," Ucap Zela khawatir.

"Lo sih gak mau nebeng di Lion kalau ngga si Skala."

"Tapi kan gue beda arah sama mereka!"

"yaudah, gue panggilin Bang Rean,"

"Bang turun sini! Penting!." Teriak gue.

Bang Rean langsung turun dan datang ke arah kami. "paan?"

"Anterin Zela pulang."

"Yaudah ayo."

.

.

.

.

Di sekolah:

"baiklah anak anak silahkan kumpulkan petanya di depan." Lion dengan santainya maju kedepan membawa peta buatan kami.

"Ibu mau keluar dulu-" ucap Bu Siti terpotong.

"Oh ya Ibu ingin menginformasikan bahwa sebentar ibu dan guru guru lainnya akan rapat untuk membahas ulangan kenaikan kelas kalian yang akan berlangsung bulan depan"

"sekian terima kasih, Ibu keluar dulu. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," lanjut Bu Siti.

Saat Bu Siti keluar, kelas gue menjadi riuh kayak emak emak yang lagi dapet diskon.

Karena keributan ini membuat gue risih dan gak bisa tidur. gue berdiri, tetapi ditahan ama Lion

"Lo mau bolos? Gue lapor di BK lo," ancam siswa anggota OSIS ke gue.

"Lion yang baik dan berbudi pekerti... Gue mau nyari tempat buat tidur doang kok gak bolos," ucap gue halus.

"gue gak percaya!"

"yaudah, lo pegang aja nih HP gue"

"ok, sana hush hush"

Gue langsung keluar kelas dan mencari tempat sepi.

"gimanaa nih, semuanya rame lagi," ucap gue mengeluh.

Gue tau dimana hehe

Dengan cepat gue berlari ke arah rooftop sekolah. Gue mulai membuka pintunya perlahan lahan.

Waw gak dikunci teman teman

Gue akhirnya mencari tempat yang nyaman buat tidur. Gue dapat tempat yang jika ada orang yang datang, gue gak bakalan keliatan. Saat gue mulai memejamkan mata, tiba tiba ada seseorang yang masuk.

"Mama tinggalin Papa!... Skala gak bisa liat mama disakitin sama papah," ucap Skala dengan Mamanya ditelpon.

"Apa perlu Skala kesana ngelabrak pelakor itu?" Tanya Skala.

Gue langsung bangun dari tempat gue dengan posisi seperti memata matai Skala.

Sorry bor.. Jiwa kepoku tidak bisa terbendung lagi.

Setelah mereka selesai telponan, Skala langsung menendang tong kosong yang ada di depannya. "Pelakor bang*sat!" Teriaknya dan kembali duduk.

Gue yang udah nggak tega melihatnya, langsung mendatangi Skala dan duduk di dekatnya. "kal... " Ucap gue pelan.

Skala yang saat itu menangis tiba tiba mengusap air matanya. "Byna?, ngapain lo disini?" tanyanya.

"Gue tadi nyari tempat buat tidur dan lo dateng, gak sengaja gue denger pembicaraan lo, sorry Kal, gue lancang." ucap gue.

"gapapa Byn, gue yang salah gak liat situasi dulu."

"kalau lo lagi ada masalah, lo bisa kok cerita ma gue. " Tawar gue sambil mengusap usap punggungnya.

Skala hanya diam sambil menunduk dalam. "tapi kalau lo merasa gak nyaman gak pap-"

Skala langsung peluk gue.

"bisa kan, gue gini sebentar aja? " pintanya.

Gue gak jawab pertanyaan Skala, dan langsung membalas pelukannya. Samar-samar gue mendengar dia sesegukan. Setelah Skala merasa sedikit tenang dia melepaskan pelukannya.

Skala menatap gue dengan mata sembab dan hidungnya yang memerah. "Lo mau denger cerita gue?"

"Asal beban lo sedikit berkurang, cerita aja, gue bakal dengerin."

"Dari gue umur 12 tahun, bokap gue selalu keluar kota dengan alasan sedang ada pekerjaan. Setiap bokap gue pulang bonyok gue bakalan bertengkar tiap hari, bokap gue yang merasa kesal dengan itu, dia sering menjadikan gue sasaran dari amarahnya. Bertahun tahun gue merasakan hal itu, hari ini.. Nyokap gue nelpon kalau Bokap gue pulang dengan membawa istri barunya dengan anak dari istrinya itu." jelas Skala panjang lebar.

Gue sangat jelas mengerti perasaan Skala. "sorry kal... Gue gak bisa bantu lo apa apa."

"gapapa, lo denger cerita gue aja udah cukup kok." jawab Skala dengan ukiran senyum di wajahnya.

"lo masih mau disini? Ke kelas yuk," ajak gue.

"katanya mau tidur? " tanyanya.

"udah gak mood"

"sorry," ucap skala

"sebagai gantinya lo harus traktir gue di kantin gimana?"

"yodah yok. "

.

.

.

.

"Lo mau makan apa Byn?" tanya Skala ke gue.

"Apa aja, yang enak menurut lo apa?" tanya-gue balik.

"Duh semuanya enak lagi. Apa perlu gue beliin lo ini semua biar Maapin gue? "

Gue tertawa kecil, "Kalau iya gimana?" Goda gue.

Skala kebingungan sambil meraba raba kantong celana abu abunya itu. "gimana dong?" Skala mengeluarkan uang Lima Puluh Ribu dari sakunya. "Mana cukup buat beliin lo sekantin," lanjut Skala lesu.

Gue langsung memukul pelan perut skala karena gemas akan tingkah lakunya seperti anak anak.

"Dasar drama. Beliin gue jus jeruk dua deh kalau gitu"

"Oki doki" ucap Skala.

"Oh iya, jangan kegeeran kalau tuh jus jeruk yang satu buat lo, gue haus," ucap gue seraya mengusap usap leher gue sendiri.

"Gada akhlak emang" cibir Skala pelan.

"Babi."

"gue.. Cari tempat dulu ya, lo tungguin pesanannya disini oke? " perintah-gue dan dibalas dengan anggukan Skala.

.

.

"Susah bener dah nyari tempat kosong, udah ngalahin susahnya menangin gip ewey," gerutu-gue. Tiba tiba beberapa gerombolan siswa siswi meninggalkan satu tempat.

Kesempatan gue nih hahaha.

Dengan sigap langsung lari kearah tempat kosong itu, disaat bersamaan pula Lulu And The Genk ngambil tempat gue.

"Minggir lo!" Usir Lulu.

"Santai aja dong! Gue juga Bakalan pergi sendiri tanpa cabe kayak lo nyuruh gue."

"Bacot lu cewe kegatelan!" Ucap salah Satu dari Mereka.

Gue langsung garuk badan gue "Nih gue gatel, karena gue sadar. Lah kalian cabe jablay ga sadar diri, Ngaca dong!"

Sebelum emosi gue memuncak gue langsung berdiri dan pergi menjauh dari para cabe itu. Alhasil gue kembali ke Skala.

"Ngapain lo balik kesini?" tanya Skala.

"Tuh cewek yang lo suka nguasain tempat duduk yang udah gue ship tadi." Keluh gue.

"Byna, asal lo tau yah. Sampai kapan pun cewek yang gue suka itu elo Byn-" Teriak Skala yang gue potong dengan cara menyumpal mulutnya pake tangan.

Siswa dan siswi yang lagi jajan, para penjual di kantin bahkan cicak di dinding mengarahkan pandangannya pada gue dan Skala.

Skala yang merasa pengap langsung ngelepas tangan gue dari mulutnya. "paan sih Byna!"

"Ngotak dong tolol, kita di tempat umum, lo langsung teriak teriak! Kurang kerjaan banget buset."

Skala mengernyitkan dahi, "kan emang kenyataan kalau-" gue langsung nyubit Pinggul Skala.

"masih bacot lagi, gue kubur lo idup idup." ancam gue.

Skala langsung memegang telinganya dan menggeleng gelengkan kepala, menandakan 'tidak akan melakukan'.

Skala langsung menyodorkan dua gelas plastik berisikan jus jeruk ke gue. Setelah beberapa saat mencari tempat di kantin ini ternyata hasilnya nol besar, gak ada celah sedikitpun.

"Skala, Byna! Sini duduk bareng!" Teriak Kak Athan temannya Bang Rean.

Akhirnya kami kesana dan duduk bersama.

"Tumben gak bareng suami Kak Athan," ucap Skala.

"Suami?"

"Bang Rean."

"Mata lo suami! Gue masih normal gak belok."

"Iya in."

Kami mengobrol di kantin cukup lama dan balik ke kelas.

Setelah sampai di kelas, kami langsung menuju ke tempat duduk gue, disana ada seorang cowok dingin yang sedang tertidur pulas. Gue duduk di bangku gue sedangkan Skala mengambil ancang ancang untuk membuang cowok itu ke lantai agar bisa duduk di samping gue. Gue menatap Skala tajam, gue langsung nyuruh dia duduk didepan gue yang lagi kosong. Terbesit ide dibenak gue buat ngejahilin Lion.

Hehehehehe

Gue langsung menempelkan gelas plastik berisi jus jeruk yang dingin tadi ke pipi Lion.

Gak ada tanggapan...

"Dah wafat kali," canda Skala.

"Yah... Padahal gue mau ngasih Lion jus jeruk yang menyegarkan ini..." Goda gue.

Lion terbangun dari tidurnya yang pulas. "hoaam.. Hmm? Siapa tadi yang bilang jus jeruk??" ucap Lion dengan mata merah dan muka yang bengkak seperti orang yang baru bangun pada umumnya.

"Soal minuman cepet lu mayat, kagak ada kagak ada!" cetus gue.

"ga! Lo udah ngeganggu tidur gue, siniin tuh jus jeruk"

Gue dan Lion saling rebutan, tiba tiba Jus itu tumpah mengenai seragam gue. "Lion binti jamal seragam guee!!"

"Sorry gak sengaja. "

"Aduh mana ntar pak Yusuf lagi yang masuk!! "

"Lo tinggal ganti baju yang lo Simpen di loker, susah amat," Usul Lion.

"Eh iya juga yak."

"Wait.. kok Lion tau ada baju di loker Byna? Pa jangan jangan.. " Sergah Skala.

Gue langsung menyilangkan tangan didepan dada seraya menatap Lion dengan jijik. "gue gak nyangka fal... Selama ini lo.... "

"Apaak woi!! Emang peraturan sekolah kita kek gitu bambang, tiap siswa wajib bawa seragam ganti untuk jaga jaga kalau hal terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kek bocil ini!" Jelas Lion panjang lebar..

Skala langsung nyengir, "oh iya, sorry lupa. "

"Baju gue lengan pendek Lion," keluh gue.

"Tinggal pake sweater gue aja," saran Lion.

"Ga! Pake hoodie gue aja!" bantah Skala.

Gue yang terbiasa melihat dua makhluk ini berantem, hanya menonton adu mulut mereka sambil menyeruput jus jeruk gue yang masih utuh. Karena kelamaan, gue langsung pergi untuk mengganti baju. Sehabis gue ganti baju, gue kembali ke kelas dan melihat mereka masih berdebat. Gue yang eneg gak tahan akhirnya tidur di tempat duduk gue.

Saat gue bangun,kelas menjadi hening. Pak yusuf sedang menerangkan di atas, sedangkan gue tiba tiba mengenakan sweater berwarna pink.

Gak mungkin banget nih sweater punya Lion.

"Itu punya Zela, gue pinjem tadi. " Ujar Lion.

"hah?! Lo yang pakein??!!"

"Ngga lah bodoh, Zela yang makein. Puas?"

"iya boss! Tengkyu so much."

Sebuah benda lewat dihadapan gue ama Lion.

Gue hampir aja kena bor.

"Mau belajar apa ngobrol?! Pilih ngobrol silahkan keluar dari kelas saya." Teriak pak Yusuf yang menggelegar di setiap ujung ruangan.

belum juga dijawab pak hadeuhh..

"belajar pak," jawab kami berdua .

"Awas kalau bapak liat kalian berdua ngobrol. Bakalan bapak nikahin!!"

Kelas gue menjadi ricuh karena perkataan pak Yusuf. Ada yang Cie-ciein ada juga beberapa yang memberi siulan.

BRAK!!

"Gak bisa dong pak, Byna kan pacar saya!" Teriak Skala.

Kelas menjadi semakin ricuh, kecuali si cabe Lulu. Ngiri tuh pasti.

"Ya sudah, terserah kalian. Lanjut ke pelajaran."

.

.

.

TING TING TING!!

Bel pulang sekolah berbunyi. Gue dengan cepat keluar kelas. Karena ini hari Bang Rean gak bakalan nganterin gue pulang lagi, terpaksa gue harus nyari tempat tumpangan.

"Fal, anterin gue pulang dong," pinta gue.

"Gak bisa, gue mau kumpul bareng anggota osis lainnya dulu, kapan kapan ya! " Jawab Lion.

"Awas yaa gue pegang kata kata lo." ucap gue.

"Yaudah, gue bareng Skala aja," gue langsung mengarahkan pandanganku ke seluruh arah. Gue mendapati Skala dengan keadaan tangan kaki dan wajahnya basah, sekilas seperti orang sudah wudhu.

Subhanallah, abis dari sholat nih pasti.

Gue langsung melambaikan tangan ke Skala. Skala mendatangi gue dengan senyuman yang mengambang di wajahnya. "Apaan Byn?" Tanya Skala.

"Lo habis dari mana? Kok basah?"

"Abis bantuin Kang mamang angkat air hehe."

Fix perkiraan gue salah.

"Ya abis sholat lah Bynaa, kenapa??" Ujar Skala.

"Pulang bareng yuk!" Ajak gue.

Dia mengulurkan tangannya ke gue "Hayok". Tanpa berlama lama gue langsung Menggenggam tangan Skala.

Gue dan Skala menuju area parkir, "Byn kita ke tempat yang dulu, mau gak?"

"Iya terserah"

Saat gue dan Skala udah naik di motornya, beberapa meter dari gue, Zela dan Bang Rean gandengan tangan buat pulang bareng.

Awas aje lu, ntar gue hakimi.

Oke gue gak sadar diri. Maap.

Setibanya gue di tempat yang pernah gue datangin bareng Skala dulu, gue langsung berlari menuju danau.

"kek ada yang kurang ih!" ucap gue.

"Apaan?"

"Si Mpuss, mana?"

"Byna yang bodoh pikun bin Pe'a.. Kan Lulu dirumah lo!" Ucap Skala.

Gue tertawa kecil menikmati kebegoan gue sendiri "Tapi sorry sorry aja nih ya kal.. Gue dah ganti namanya. Gapapakan? "

"Gapapa, siapa namanya??"

"Nakal."

"Gue tau gue nakall. Namanya sape sii??" Ucap Skala Pe'a.

"Namanya tuh en a ka a el Nakal."

"Ooh hehehe kok Nakal? Lulu kan- si mpus kan baik kek malaikat maut."

"Nakal singkatan dari byNA sKALa, gemay kann," Skala hanya mengangguk mengerti.

"Dah ah gue mau tidur," gue langsung rebahan di Atas rerumputan.

"Bentar, bentar." sergah Skala. Gue mengernyit kan Dahi. Dia langsung baring di samping, terus ngangkat pala gue biar tangannya bisa jadi bantal buat.

Anjayani nyaman.

Kita hanya menatap langit yang dipenuhi Awan. Seketika gue terlelap.

.

.

Gue terbangun dari tidur dan menoleh ke arah Skala yang terjaga, takut tidur gue terganggu. Gue langsung bangun "Sorry kal, tangan lo kram ya?? "

Skala bangun dari tidurnya sembari memijit tangannya tadi. "Pulang yu, dah mau malem."

"Cepet banget. Emang gue tidur berapa jam??"

"tiga jam"

Mata gue terbelalak.

Buset, kasian bener si Kala. Uu terharu gue.

"Yaudah yuk."

.

.

.

Sesampainya gue dirumah, gue langsung menuju kamar Bang Rean.

"Bang,"

"hmmm" Dekheman Bang Rean.

"Sat," lanjut gue.

"Lu pacaran kan sama Zela!" Teriak gue sengaja biar bunda denger. Bang Rean langsung menatap gue tajam.

"Tau darimana lo?"

"Tadi gue liat lo pulang bareng Zela tuh"

Bang Rean kembali mengutak atik handphone nya.

"sambil pegangan tangan mesra."

Dia langsung melempar hp nya. "lo mau apa?"

"nyogok nih ceritanyaa.." goda gue.

"Ya."

"Yeheey setiap gue mau apapun itu lo harus bilang iya, deal? "

"Deal, sana hush menjauh dari kamar gue."

Gue berteriak kegirangan sambil berlari kearah kamar.