Jam menunjukkan pukul 16.45, matahari yang mulai tenggelam dan menyisakan angin semilir sore yang sejuk di waktu senja. Burung-burung yang mencari makanan mulai kembali ke sarang mereka yang berada di pepohonan rindang di tepi trotoar depan rumah-rumah perumahan. Langit mulai terlihat jingga setengah redup karena sinar matahari yang berkurang sedikit demi sedikit.
Pemandangan seperti itu selalu dinikmati oleh gadis berambut panjang berwarna coklat gelap. Ia tersenyum nyaman melihat langit yang mulai perlahan meredup. Ia selalu menikmati waktu senja itu di jendela kamarnya yang bermodel jendela dua pintu. Posisinya bertopang dagu dengan kedua tangannya. Suasana seperti ini selalu membuat hatinya tenang dan melupakan sesuatu yang bernama 'cinta' untuk sesaat.
Tokk.. tokk.. tokk.. suara ketukan dari luar pintu kamar membuyarkan lamunannya.
"Dek, kamu ngapain di dalam?" Tokk tok tok tok tok.. ketukan pintu itu semakin tidak sabaran "Dek? Tidur ya? Bukain giih pakek dikunci segala lagi." omelan itu keluar dari mulut perempuan berumur 19 tahun yang bernama Tsabita Audrew Basuki, akrab disapa Bita.
"Iihhh! Berisik kak kebiasaan deh ngomel kayak mama kalau ketuk pintu. Kenapa sih?" Ucap gadis selisih dua tahun itu sambil membuka pintu. Dia bernama Audrewna Sabella Basuki dan tentu saja dia adik kandung Bita yang masih berumur 17 tahun duduk di kelas XI SMA Mega Bangsa Internasional di Jakarta.
"Biasaaa.. mau gangguin senja kamu dek" jawab Bita dengan cengirannya.
"Ya udah masuk deh kak, tumben pertengahan bulan kunjungin rumah kak? Biasanya juga akhir bulan" tanya Audy.
"Hehe iya, kakak disuruh Mama sama Papa nemenin kamu, soalnya mereka mau ke luar negeri ada meeting di sana sama Dubes Aussie"
"Oh.." jawab Audy ber-oh ria seolah dia sudah terbiasa dengan kabar seperti itu.
"Dek, gimana?" tanya Bita sambil menoleh ke tempat Audy berbaring di kasurnya.
"Apanya yang gimana kak?"
"Hemm biasalah.. gimana perasaan kamu ke dia? Masih disimpen?"
"Emm ya gitu deh kak masih kayak dulu dan masih aku simpen perasaan aku ke dia." jawabnya sambil menutup rapat matanya.
"Udahin aja dek rasa itu ke dia, cari dan terima seseorang yang suka dan perhatiin kamu, kamu jangan gini terus, gak baik tau gak? Umur segini seneng-seneng aja dulu jangan hanya terpacu sama satu orang"
"Iya kak makasih sarannya. Gimana kakak sama kak David?" tanya Audy sambil mengalihkan pembicaraan.
"Baik dek alhamdulillah langgeng sampe sekarang udah berjalan empat tahun dek, dan rencana mau tunangan juga." jawab Bita senang, karena hubungannya dengan seorang laki-laki bernama David Adrian akan serius ke tahap pertunangan.
"Wah kak serius? Kakak mau tunangan di umur 19?" Audy memasang wajah kagetnya.
"Iya. Kenapa sih dek?"
"Ya... gapapa sih kak cepet banget gitu kayaknya aku mau punya kakak ipar nih?"
"Ya gak secepet itu lah dek. Kan pertunangan juga gak harus langsung nikah soalnya kak David juga mau nerusin S2 dulu di London dan kakak juga mau selesaiin S1 kakak dulu. Tunangan juga buat ikatan hubungan dek"
"Ya udah kak jangan di sia-siain kak Davidnya ya hehe.."
"Gak bakalan dek. Ya udah, udah mau adzan maghrib nih sana siap-siap sholat dan rapi-rapi ya. Abis itu kita turun dan makan, terus temenin kakak belanja dan gak ada penolakan." Ucap Bita panjang lebar dan diangguki saja oleh Audy.
"Abis sholat langsung siap-siap ya biar makan nanti gak ngebut"
"Iya iya kak dasar bawel udah sana pergi ke kamar, aku juga mau bersih-bersih nih"
"Iya iya adikkuuu.." kemudian Bita mencubit pipi Audy gemas membuat adiknya itu mengerucutkan bibirnya.
***
Bita dan Audy sudah berada di dalam swalayan terdekat yang berada di depan gapura Perumahan Cendrawasih. Mereka sibuk mencari bumbu makanan untuk stok di dapur rumah, juga berbelanja untuk keperluan makan lainnya.
"Kak kenapa gak nyuruh Bi Inah aja sih belanjanya?" Tanya Audy yang sedari tadi membututi kakaknya mencari bumbu-bumbu pokok.
"Kakak lagi pengen belanja aja dek, udah lama kita gak belanja bareng kan. Lagi pula kalo Bi Inah yang belanja sendiri kan juga kasian." Audy hanya berdecak mendengar penjelasan Bita, ia sebetulnya ingin di rumah saja berdiam diri di kasur kesayangannya.
"Udah deh kita mendingan pencar aja ya biar cepet selesai, kalau kamu cuma buntutin kakak yang capek kakak doang dong. Nah sekarang kamu ke bagian buah sama sayur ya Dy, kakak mau ke bagian roti sama mau beli yang lain. Nih list nya, cocokin sama yang di list dan jangan ada yang kelewat satu pun." Cerocos Bita panjang kali lebar. Audy menerima daftar list tersebut yang berisi buah dan sayur apa saja yang harus dibelinya.
"Bawel banget sih kak. Ya udah aku kesana dulu." ucapnya. Audy pun langsung pergi mengambil troli dan langsung menuju ke bagian buah dan sayur.
'Duh bosen gue! Mana gak ada temen buat diajak ngobrol' omelnya dalam hati kesal. Audy paling sebal jika disuruh belanja dengan keadaan sendiri.
"Mana sayur yang dibeli banyak jenisnya lagi, buahnya juga. Huft.." omelnya lagi sambil memilih beberapa jenis sayur dan sesekali melihat pada list yang dipegang. Ekor matanya tahu di samping kanannya ada seorang wanita seumuran Mamanya itu juga sedang memilih sayuran.
"Kak bantuin bunda dong cari sayur yang lain. Kenapa diem di situ aja? Besok kan keluarga Ayah mau ngumpul di rumah kita, jadi beli sayurnya dibanyakin aja karna bunda juga mau bikin salad kesukaan Arel sama adik sepupu kamu kan?" Ucap wanita tersebut.
Audy terdiam mendengar nama gadis yang disebutkan wanita itu. Sepertinya ia mengenal nama itu yang tak asing baginya dan juga suara wanita itu. Tak lama Audy segera menoleh ke kanan dan mengernyitkan dahinya seperti kenal dengan wanita itu.
"Bun aku gak bisa nih milih sayuran. Aku bantuin bawa trolinya aja ya bun." Jawab laki-laki yang berada tak jauh dibelakang ibunya itu sambil mendorong troli mendekati ibunya.
"Ya udah siniin trolinya ini brokoli hijau kesukaan Arel bunda banyakin belinya." Wanita itu kemudian menoleh ke kiri hendak memilih sayur yang lain, tapi ia melihat Audy yang juga melihatnya sambil mengernyitkan dahi sedari tadi.
"Audy? Ini Audrewna kan?" Tanya wanita itu sambil memegang brokoli yang dipilihnya.
"Tante? Tante Sarah kan?" Tanya Audy karena ia juga terkejut akan bertemu dengan wanita yang dulu pernah dekat dengannya.
"Iya ini tante Dy, Audy apa kabar?" Sambil meletakkan kembali sayur yang dipegang, Tante Sarah memeluk Audy dan mengusap lembut rambut Audy.
Tanpa sengaja saat Audy memeluk tante Sarah ia bertemu dengan pemilik mata cokelat terang itu lagi yang tak lain tak bukan adalah Ralando Arya Abimanyu akrab disapa Alan. Alan hanya terdiam dan tersenyum tipis saat Audy melihatnya. Lalu tante Sarah melepaskan pelukannya.
"Kak, ini Audy masa kamu lupa? Dulu kan kalian sering main bareng sama Arel juga di rumah, ya kan?" Tanya tante Sarah.
"Inget kok bun, dia kayaknya satu SMA sama Alan." Jawab Alan dengan nada cuek.
'Kayaknya ya' batin Audy.
"Kamu lagi belanja sayur juga ya Dy? Sendirian nak?"
"Enggak tante, Audy belanja sama kak Bita. Cuma kita pencar ke bagian lain biar belanjanya cepet selesai. Nah aku kebetulan disuruh ke bagian buah dan sayur tante." Jelas Audy sembari tersenyum dan sesekali melirik ke arah Alan berdiri dengan pose cueknya.
"Oh gitu ya nak, rajin juga kamu mau bantuin belanja. Ini Alan malah gak tau sayur mana yang harus dibeli, tante jadi repot sendiri."
"Namanya juga laki-laki tante, mungkin gak tau jenis sayur.." ucap Audy, dan langsung mendapat tatapan sinis dari Alan yang masih diam di tempatnya seolah tak mau beranjak karena keberadaan Audy.
Audy yang menyadari hal itu langsung berpikir untuk pergi dari tempat itu sekarang. Dengan cepat ia mulai mengambil buah dan sayur dan dicocokkan dengan list yang dipegangnya. Dikira sudah cukup Audy pun pamit.
"Emm.. tante, aku sudah selesai nih belanjanya. Aku duluan ya tante.. takut ditungguin kakak.." ucap Audy menyalami bunda Alan.
"Iya Dy, kapan-kapan main ke rumah tante ya.. udah lama loh Dy kamu gak ke rumah tante lagi."
"Iya tante, kalau Audy ada waktu luang pasti Audy ke rumah tante dan ajak mama juga."
"Ya Dy, salam buat keluarga kamu ya.. terutama mama kamu tuh tante kangen banget."
"Iya tante.. ya sudah tante Audy duluan ya.. Al aku duluan ya." Sambil berjalan mendorong troli menuju arah lain Audy melewati Alan dan mengangguk senyum, Alan hanya tersenyum sinis tanpa menatap Audy. Ia mengelus dada setelah melewati Alan. Ia sedikit malu bercampur kesal karena Alan yang bersikap dingin seolah tak mengenalnya, dan juga senyumnya uhhh baginya senyum Alan tadi sangat dingin. Mukanya? Jangan ditanya. Dingin banget.
***
Dari arah berlawanan Bita melihat Audy dengan trolinya yang sudah dipenuhi buah dan sayur. Ia pun menghampiri adiknya itu.
"Dek kamu lama banget sih gak peka apa kakak tungguin dari tadi." Omelan Bita pun keluar.
"Maaf kak tadi ada tegur sapa yang canggung dikit." Jawab Audy malas.
"Maksudnya?" Tanya Bita yang menautkan alisnya bingung.
"Nanti aja deh kak di rumah Audy ceritain. Kakak udahan kan belanjanya? Yuk deh buru ke kasir aku udah bosen." Audy malas sekali. Mood nya hancur mengingat muka Alan tadi.
"Dih! Gitu amat mukanya" Bita segera menyusul adiknya ke kasir.
***
Di perjalanan pulang memasuki gapura perumahan Audy hanya memandang ke arah jendela. Bita yang masih bingung melihat sikap adiknya hanya bisa fokus menyetir mobilnya agar cepat sampai ke rumah.
Setelah pagar dibuka oleh satpam, Bita langsung memasuki halaman rumahnya dan memarkirkan mobilnya dengan manis di garasi, kemudian keluar membuka bagasi dan memanggil Bi Inah.
"Bi ini semua belanjaan dikeluarin semua ya.. langsung aja bibi tata di meja makan, kulkas, sama di dapur. Saya sama Audy mau langsung ke atas capek." Ucapnya.
"Iya non, non Bita sama non Audy langsung istirahat saja non." Ucap bi Inah mulai mengeluarkan barang belanjaan.
"Makasih bi" Bita langung masuk ke rumah dan melihat Audy sudah menaiki anak tangga terlebih dahulu menuju kamarnya di lantai dua. Bita juga menuju kamarnya kemudian cuci muka dan berganti pakaian tidur lalu menyusul ke kamar adiknya.
Tanpa mengetuk pintu kamar adiknya Bita langsung masuk dan ikut berbaring di.samping adiknya.
"Dek kamu kenapa? Sejak habis belanja tadi raut muka udah ditekuk aja. Ada masalah cerita dong.. kakak kan setia sama curhatan kamu." Ucap Bita dan menghadap ke arah Audy berbaring.
"Hmmm.. tadi aku ketemu sama tante Sarah dan Alan."
"Apa? Kok bisa?"
"Ya bisalah kak, swalayan kan tempat belanja umum. Lagi pula rumah Alan kan masih di blok yang dulu."
"Terus terus?" Tanya Bita kepo.
Audy terdiam sebentar menarik napasnya dalam. Kemudian memposisikan dirinya berhadapan dengan Bita, dan mulai menceritakan pertemuannya tadi dengan tante Sarah dan Alan.
"Yahh gitu ya dek? Sebenernya apa sih yang bikin Alan dingin gitu ke kamu?" Ya. Audy memang selalu bercerita tentang Alan pada Bita. Tapi, ada sesuatu yang belum Bita ketahui. Terkadang Bita hanya mendengar kata yang selalu Audy ucapkan yaitu 'pembawa sial'.
"Aku juga gak tau kak. Mungkin karna aku dulu pembawa sial buat adiknya." Audy tanpa sadar mengeluarkan bulir bening dari matanya dan memeluk boneka beruangnya erat.
"Udah dek udah jangan dipikirin.. sekarang tidur aja ya besok kan hari pertama kamu sekolah dan udah naik kelas sebelas kan.. udah ya tidur jangan nangis."
Bita mengelus rambut adiknya agar terlelap dan tidur, melepaskan masalahnya sementara. Audy sebenarnya tidak ingin menangis tapi hatinya yang sedih. Ia tidak selemah itu. Hanya tentang Alan yang membuatnya lemah, hal sekecil apapun jika mengenai Alan pasti ia menuruti hatinya entah itu menangis atau tersenyum.