"Al-lan?" Tanyanya terbata.
Lagi. Audy mengerjapkan matanya, dia memang bertemu lagi dengan pemilik manik mata cokelat terang tersebut. Ya. Lagi.
"Kenapa?" Tanya Alan.
"Emm gapapa kok.." Audy mengusap tengkuknya gugup.
"Oh iya yang kemarin sorry gue sama sekali gak nyapa lo. Gue paling males kalau diajak belanja sama bunda." Ucap Alan.
"Oh iya gapapa kok kirain kamu lupa sama aku." Jawab Audy sekenanya, "Al? Aku mau ngembalikan sesuatu, boleh bicara sebentar?"
"Boleh aja sih, apa?"
"Emm.. gimana kalo kita duduk di bangku taman itu?" Ajak Audy yang menunjukkan telunjuknya ke arah taman dekat perpustakaan.
"Ya udah ayo." Alan pun menerimannya. Ya, dia sempat berpikir perasaan tadi saat terjatuh gadis itu menggunakan panggilan lo-gue, kenapa tiba-tiba berubah aku-kamu? Tapi masa bodoh lah dengan itu.
"Sini Al," Audy menepuk tempat duduk disebelahnya, mengisyaratkan untuk Alan juga duduk disitu.
"Mau ngembalikan apa sih?" Tanya Alan yang juga mulai duduk disamping Audy.
Audy mengeluarkan sebuah benda terlipat kecil berbahan kain lembut dari sakunya, "Ini, saputangan kamu waktu nolongin aku." Audy menyodorkan saputangan berwarna biru muda yang terdapat sulaman benang merah berinisial 'A' di salah satu pojoknya.
"Ahh ini? Gue udah sedikit lupa sama benda ini, lo ambil aja. Lagipula itu saputangan udah berapa tahun ada sama lo?" Tanya Alan dingin tanpa berniat menerima saputangan itu.
"Iya sih, tapi ini aku balikin ke kamu aja, nih.." Audy masih tetap dalam posisi menyodorkan benda itu.
"Lo ambil aja lah, gue udah gak butuh." Ucap Alan yang beranjak berdiri dan memasukkan kedua tangannya di masing-masing saku celana, kemudian pergi begitu saja.
Ya.
Pergi.
Audy masih terpaku di bangku taman, masih dalam posisi menggenggam saputangan tadi. Rasanya sedikit sakit ditinggal seperti ini. Emm, mungkin tidak sedikit tapi banyak. Ia termenung bagaimana ia mengingat kejadian beberapa tahun lalu.
[Flashback ON]
Gadis kecil yang baru saja menempati rumah barunya hampir satu minggu itu ingin sekali menikmati sore hari dengan bermain sepatu roda. Ia masih berumur 9 tahun saat itu dan duduk di bangku SD kelas 3.
"Mom, aku ingin sekali bermain sepatu roda sore ini." Ucap gadis kecil itu. Kata-katanya masih baku karena baru menginjakkan kaki nya di tanah Indonesia, ya dia dari Aussie.
"Dear, listen.. mommy harus menjaga kakakmu, dia sedang demam sekarang." Jawab Ibunya.
"Mommy please.. I can, aku bisa belajar bermain sepatu roda sendiri." Ucap gadis kecil itu dan memohon dengan puppy-eyes nya.
"But, you must be carefull. Promise?" Tanya ibunya.
"Yes mom, thank you." Gadis kecil itu berlari setelah mencium pipi mommynya. Ia mengambil sepatu roda dan keluar rumah.
"Be carefull honey." Teriak mommynya sebelum gadis kecil itu menghilang dari balik pintu depan.
Gadis kecil berambut cokelat gelap itu memakai sepatu rodanya di teras rumah. Saat ia akan berdiri tak sengaja ia melihat sosok anak laki-laki sedang bermain di halaman rumahnya. Anak laki-laki itu menggerakkan mobil mainannya ke kanan-kiri dan terlihat bosan. Gadis kecil tadi pun berniat memanggil dan berteriak.
"Heeeiiii, come on.. ayo bermain sepatu roda bersama, kita bisa bergantian memakainya." Teriaknya pada anak laki-laki yang rumahnya tepat berhadapan dengan rumah gadis kecil itu.
Anak laki-laki tadi mengangguk, lalu menghampiri gadis kecil tadi di terasnya.
"Haii siapa namamu? Aku baru lihat kamu di sini." Tanya anak laki-laki itu, yang umurnya lebih tua satu tahun dari gadis kecil dihadapannya.
"My name is Audy, kamu?" Gadis kecil itu antusias bertemu teman barunya.
"Aku Alan, kamu terdengar sedikit asing, memangnya kamu dari mana?" Tanya Alan.
"Mommy said, aku dilahirkan di Aussie dan aku baru pindah di negara daddy."
"Oh begitu ya, ayo kita main." Ajak Alan. Ia juga mengerti dengan cara berbicara Audy kecil itu. Setidaknya ia juga bisa berbahasa asing karena ia juga pernah tinggal di Aussie sewaktu ia masih TK sampai kelas 2 SD. Karena, kakeknya juga orang sana.
Audy kecil mulai melangkah menuruni teras yang medannya menurun. Ia tidak sadar kalau sepatu rodanya akan melaju cepat dan...
"Aaaawwww" teriaknya. Audy kecil jatuh terperosok dengan lutut sebagai tumpuan. Alan kecil melihat itu dan berlari ke arah Audy.
"You okay?" Tanya Alan.
"Hiks.. hikss.. ssa-sak-kitt" Audy kecil menangis melihat lutut kirinya berdarah. Alan kecil yang melihat itu langsung menolongnya.
"Ayo naik, aku gendong." Alan menggendong gadis kecil itu. Dan mendudukkannya di kursi depan rumah gadis kecil itu, kemudian ia menuju keran air yang berada di taman rumah tersebut. Alan kecil membasahi sesuatu disana.
Audy yang masih menangis merasakan sesuatu yang lembut tetapi basah kemudian menunduk. Ia mendapati Alan yang sedang membersihkan lukanya dengan kain lembut itu.
Saat membersihkan luka gadis kecil itu, Alan mendengar Ibunya memanggil menyuruhnya pulang.
"Ini saputangan aku, kamu bawa dulu ya.. terus bersihin ya lukanya. We can play again tomorrow, byeee.." ucap Alan sambil menyerahkan saputangan yang masih basah itu kepada Audy kecil kemudian berlari pulang meghampiri Ibunya yang berdiri di depan pintu.
Setelah Alan pergi pulang, Audy kecil patuh dengan ucapan anak itu dan terus membasuh lukanya sampai bersih, kemudian masuk ke dalam rumahnya dan bercerita ke mommy nya.
[Flashback OFF]
"Dy?" Panggil seseorang sambil melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Audy. "Heii Dy? Lo gak kenapa-napa kan?" Tanya orang itu lagi.
"Eh? Maaf maaf i-iya gue gapapa kok Val." Audy tersadar dari lamunannya dan menjawab dengan sedikit gugup.
"Lo ngapain diem disini? Mana pandangan lo kosong gitu ntar lo kesambet kalo gitu terus, lagi ditaman sendirian juga lo." Cerocos cowok yang bernama Keyvaldino Rahardyan akrab disapa Valdi.
Valdi itu cowok yang bakal sebangku sama Vallen. Dia juga masuk ke dalam kelompok sahabat ketiga gadis temannya. Mereka berempat--Audy, Steffani, Vallen, dan Valdi-- memang baru kenal saat Mos awal SMA, tetapi mereka sangat akrab sejak itu dan selalu bersama walaupun beda kelas.
Ya meski Valdi itu cowok sendiri tapi dia suka bersahabat dengan mereka bertiga, karena gak pernah pada jaim dan selalu asik buat jadi sahabat. Tapi, Valdi tidak selalu bersama mereka. Ia juga memiliki teman-teman lelaki lainnya. Dia juga ikut eksul basket. Valdi ikut bergabung dengan tiga gadis itu saat jam kosong dan saat sesi curcol saja.
"Udah yuk ke kelas bareng gue. Kita sekelas kan?" Tanya Valdi.
"Iya Val." Audy pun mengangguk dan beranjak dari bangku taman. Ia membuntuti Valdi yang berjalan didepannya.