Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Hug Me!

mitaratna
376
Completed
--
NOT RATINGS
148.5k
Views
Synopsis
1 tahun adalah waktu yang singkat untuk melupakan. Dalam 1 tahun pula ia dituntut untuk mengikhlaskan. Bagaimana bisa? Dalam waktu sesingkat itu Abian harus melupakan kejadian miris yang dialami sahabatnya. Kejadian merenggut nyawa yang sampai sekarang pun ia tak tahu siapa pelakunya. Kejadian yang berusaha ia lupakan dan ikhlaskan dengan hati yang lapang. Namun apa daya, semua bangkai pasti tercium pula baunya. Waktu menunjukkan semuanya. membongkar seluruh fakta dibalik topeng topeng orang bermuka dua. Namun hadirnya Keana mampu melunakkan apa yang selama ini dirasakannya. Hingga melupakan semua status yang terjalin diantara keduanya. Hidupnya seolah menemukan penerang. Ia menemukan seseorang yang menerimanya apa adanya. Tanpa tuntutan harta maupun tahta. Dan kini ia sadar, setidaknya ia tak rapuh sendirian. Adelard Abian Abraham.
VIEW MORE

Chapter 1 - UKS

Semua orang pasti pernah merasakan masa suram yang entah seberapa dalam luka yang dihasilkannya. Semua orang pasti juga merasakan kebahagiaan saat orang yang paling disayang turut bahagia. Sedangkan bahagia dan luka adalah dua hal yang saling bertolak belakang. Keduanya akan datang disaat saat orang tak yakin kapan hadirnya. Semua tergantung takdir.

Namun Abian tak mau sedikit pun mengakui apalagi peduli akan takdirnya.

Adelard Abian Abraham. Seorang anak yang menghabiskan waktunya hanya dengan menghambur-hamburkan uang. Kebahagiaannya adalah uang dan kesedihannya adalah... kesedihan? Tak pernah tampak sedikit pun kesedihan dalam hidupnya jika orang memandang dari gaya hidup dan kebiasaannya.

Sempurna. Satu kata yang mampu menggambarkan pendapat semua orang yang melihat paras tampan seorang Adelard Abian Abraham. Dan jangan lupakan berapa banyak uang yang telah dihabiskannya hanya untuk bersenang senang belaka.

*

Laki laki berbadan atletis itu adalah seorang siswa disekolah ternama. SMA Harapan Bangsa. Ia duduk di kelas 11 IPA 2. Sungguh beruntung teman temannya memiliki seseorang yang enak dipandang seperti Abian. Tampang gerusak-gerusuknya membuat kesan tersendiri yang membuat terlihat semakin... ah tampan.

Brukk!

Pagi itu dihebohkan dengan suara gebrakan yang membuat seluruh siswa yang ada di 11 IPA 2 terkejut.

"Jangan sembunyi lo, Bian!" Teriak Regan yang datang seorang diri ke kelas Abian. Regan Dirgatama yang akrab dipanggil Regan. Seorang teman lama yang telah berubah menjadi musuh bebuyutan Abian.

"Eh lo tuh kalau masuk kelas orang assalamualaikum dulu bangsat, main gebrak gebrak meja seenak jidat aja! Lo pikir kita kagak jantungan napa?" sarkas Genta. Sobat karip Abian yang langsung beranjak dari tempatnya tidur di belakang kelas bersama Abian.

"Eh diem lo, gue nggak ada urusan sama lo!" ucap Regan, "Bangunin si tukang tidur!" lanjutnya menyuruh Genta membangunkan Abian yang entah tidurnya terlalu nyenyak atau overdosis obat tidur sampai sampai kegaduhan seperti itu tak mengusik tidurnya sama sekali.

"Eh oncom, lo siapa gue main suruh suruh aja," balas Genta tak terima.

"Ah kelamaan lo," Regan langsung berjalan menghampiri Bian yang tengah tertidur pulas dan langsung menarik tangannya.

Abian yang mendapat perlakuan itu pun kebingungan karena nyawanya tak sepenuhnya terkumpul. Sedangkan Regan terus saja menariknya menuju lapangan sekolah yang masih sepi karena pagi itu masih pukul 6.10 pagi.

"Apa apaan, nih?" tanya Abian dengan nada khas bangun tidur saat mereka sampai di lapangan sekolah.

Dan seketika itu lapangan pun langsung dikerumuni siswa-siswi yang hendak menonton kehebohan yang akan terjadi.

"Ih itu kak Regan sama Kak Bian ada apa lagi sih?"

"Wah pagi pagi udah liat damage-nya Kak Bian aja nih!"

"Aduh gantengnya penyemangat sekolahku!"

"Kak Bian baru bangun tidur aja ganteng," Begitulah rata rata tanggapan siswa siswi yang berkerumun disana. Bukan ingin melerai pertengkaran malah mengagumi sang most wanted. Begitulah adanya.

Bugh!

Tanpa babibu Regan langsung menonjok rahang milik Abian dengan kekuatan superduper kerasnya itu.

"Lo sadar gak lo salah apa? Lo udah ngerebut Vanya dari gue! Lo tau nggak sih, dia tuh satu- satunya orang yang bisa buat gue nyaman! Jangan maruk lo jadi orang" sarkas Regan pada Abian yang tengah kebingungan karena nyawanya belum sepenuhnya terkumpul.

Bugh!

"Lo kekurangan cewek ha?!" lanjut Regan.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Namun saat tak melihat respon apapun dari Abian, Regan pun langsung menghentikan aksi pukul pukulnya. Menunggu apa yang akan Abian katakan padanya.

"Ngapain berhenti?" semua orang di lapangan dibuat cengo oleh pertanyaan Abian.

"Maksud lo apa, bego?" hardik Regan.

"Ngapain lo berhenti? Sini tonjok gue lagi! Gue lagi males ikut pelajaran, gue mau ke UKS aja," ucap Abian menampilkan ekspresi santai.

"Sini tonjok lagi," tantang Abian yang semakin membuat Regan mengeraskan rahangnya. Regan yang sudah naik pitam langsung saja menarik kerah baju milik Bian siap untuk menghantam pipi tegas milik Abian. Lagi.

"Bangsat!" kepalan tangan milik Regan terhenti di udara saat sebuah suara memotong ucapannya.

"Regan! Balik ke kelas buruan! Elo belum piket!" Ucap seorang gadis dengan beraninya, dan tentunya langsung mempermalukan Regan saat itu juga.

Keana?

*

"Dia ngapain sih ikut campur segala?" ucap Abian dalam hati. Matanya masih tak mau terpejam memikirkan kejadian tadi. Aksi rebahannya di UKS benar benar membuatnya tak bisa tidur sama sekali.

Keinginan Abian untuk datang ke UKS telah menjadi nyata. Berkat bantuan dari teman lamanya kini ia bisa mengistirahatkan tubuhnya tenang disana.

Namun pikirannya masih berkelana. Mengingat kembali kejadian beberapa menit lalu di lapangan sana.

"Regaaaan! Balik ke kelas buruan! Elo belum piket!" Teriak seorang gadis berambut gelombang terurai dengan sapu dan kemoceng di masing masing tangannya.

"Eh lo bener bener gak tau sikon, ya!" hardik Regan dengan dongkolnya. Tangannya sudah melepaskan kerah baju Bian yang ia cekal kuat kuat sebelumnya. "Ntar aja, masih ada urusan gue," lanjut Regan.

"Eh enak aja! Gue suruh lo berangkat pagi pagi tuh buat piket! Bukan buat berantem, Regan! Elo dengerin gue gak sih!" Omel gadis itu dengan lugas, jelas dan tentunya keras.

"Yaelah katanya bos besar Antariksa tapi kok masih piket piket segala," ucap Abian sambil meyungging senyum ejekan khasnya.

"Eh elo jangan pengaruhin Regan ya, Regan buruan balik!"

"Eh napa jadi gue yang kena semprot sih?" Teriak Abian tak terima.

"Elo sih ngomongnya kagak di filter! Regan, buruan ke kelas!" ucap gadis itu lagi

"Iya iya bawel ah!" setelah Regan mengatakan itu pun gadis itu langsung membalikkan badannya bersiap menuju ruang kelas kembali.

"Inget ya urusan kita belum selesai!" bisik Regan saat berlalu disamping Abian.

Sedangkan para siswa yang menonton terlihat kebingungan dengan keberanian Keana.

Ya, gadis itu bernama Keana Ayudha. Murid kelas XI IPS 1. Satu kelas yang sama dengan Regan. Entah sejak kapan Regan begitu dekat dengan Keana sampai sampai menurut saat disuruh piket walau keadaannya tidak memungkinkan.

Keana Ayudha. Apa hubungan diantara mereka?

*

"Bian! Bebeb tercintamu sudah datang menjemputmu," teriak Genta saat datang ke UKS bersama Rizky dan Revan.

"Eh disini tuh UKS bukan pasar malem yang lo bisa teriak teriak!" ucap Abian menasehati namun dengan nada dongkolnya.

"Yaelah sensian banget sih beb, lagi pms lo?" Genta tak henti hentinya menutup mulut walaupun sudah mendapatkan serangan mata elang dari Abian.

"Bian, gue bawain lo bunga nih," kata Revan sambil menyerahkan bunga layu hasil curiannya di taman tadi.

"Eh lo bawain gue bunga buat apa?" tanya Abian kebingungan.

"Ya barangkali aja habis dari sini lo udah nggak ada," gelak tawa langsung memenuhi seluruh penjuru uks karena perkataan Revan. Benar benar teman laknat.

"Lo nyumpahin gue," teriak Abian  langsung mengejar Revan yang mulai berlari menjauh.

Kedua berlari ke arah luar ruangan uks sampai akhirnya...

"Biaan!" teriakan itu nyaring terdengar di seluruh koridor.

"Kamu pura pura sakit ya? Mana ada orang sakit bisa lari seniat itu? Kamu coba coba ga mau ikut pelajaran ya?" celotehan yang selalu saja membuat hari harinya di sekolah kian berwarna. Siapa lagi kalau bukan sang guru BP yang entah seorang cenayang atau penguntit aktivitasnya hingga ia selalu tahu apapu kesalahan yang dilakukan Abian. Dan tentunya celotehan itu sangat amat terbiasa di dengar oleh Abian.

Diceramahi Guru BP adalah rutnitasnya setiap hari. Tak lengkap rasanya jika sekolah sehari tanpa masuk ruang BP. "Kalau saya tidak berbuat ulah terus Ibu nggak ada kerjaan dong?" itulah jawaban yang selalu Bian katakan. Benar benar murid not have akhlaq.

"Ya ampun ada Bu Diah, Ibu mau kemana? Sini saya anter, kasian lo dedek bayinya kalau ibunya kecapekan apalagi sambil teriak teriak nggak baik lo, Bu." bujuk Abian melihat ke arah perut buncit Bu Diah yang sedang mengandung berusaha sambil mengalihkan perhatian tentunya dengan cengiran tak berdosanya.

"Gak usah mengalihkan topik kamu Bian, sekarang juga kamu lari 10 kali keliling lapangan!"

Pruft, lagi lagi.

Dengan jalan gontai, ia terus berjalan menuju lapangan dan tentunya bersama Bu Diah yang mengintilinya dari belakang.

"Bian kamu itu jalan cepet dikit kenapa sih? Orang tadi lari juga sehat sehat aja kok, sekarang waktu ibu yang suruh lari kamu males malesan gini?" omel Bu Diah yang seolah olah dibawa serius oleh Bian.

"Oooh jadi ibu perinya Bian minta Bian lari sekarang? Oke Bu, laksanakan!" dengan secepat kilat Bian langsung berlari ke arah lapangan meninggalkan Bu Diah yang wajahnya memerah menahan amarah.

"Abiaaan! Awas kamu ya!"

*

"Wah gue lupa kalau dia ada jam olahraga, beruntung banget gue," batin Bian saat tiba di lapangan.

Satu tarikan napas ia ambil untuk meneriaki Keana yang sedang duduk di lapangan.

Namun belum juga berteriak, tiba tiba bola sudah melayang menghantam kepala Keana yang sudah terbaring di pinggir lapangan.

"Keana!"