Chereads / Exulansis Girl / Chapter 11 - NEW STUDENT ARRIVAL

Chapter 11 - NEW STUDENT ARRIVAL

"Ada ibu ibu ges," Cetus Putri saat gue mendatangi mereka.

"Ibu Ibu Mudah." Tambah Dinda.

Khanza langsung nyanyi sambil ngejadiin handphone nya sebagai mic "Aku suka body goyang mama Byna. Mama byna nananana."

"Radio rusak mode on." Sindir Rara sembari menutup telinga diikuti dengan teman temannya.

"Jahat jahat jahat!  Khanza gak bisaa diginiin."

"AH! KENAPAAA KEHIDUPAN KALIAN PENUH DRAMAA." Teriak Aya.

"No drama no lep." Celetuk Khanza.

"UDAH YAH UDAH, CEWEK TERIMUT INI MAU NGOMONGIN BERITA YANG MASIH HOT." Ucap gue bersemangat.

"Kalau Pak Jamal punya istri baru? Ogah dah." Sergah Khanza.

"Seriusan lo?  Kok gue baru tau? Bukannya Pak Jamal udah punya 3 istri? Glowing lagi." Tanya Dinda.

"Gue laper gue gak peduli." Sahut Putri sambil memegangi perutnya.

Rara langsung menjitak Kepala Putri "Makan mulu lo bembeng! gak gemuk gemuk,"

"Zela kok gak nimbrung? Para dajjal lagi gibah loh, gak minat?" Hasut Aya.

"Dih senyum senyum sendiri main hp. Lo main tantan Ya Zel??" Tanya Rara.

"Tantan?" Ucap Aya membeo.

"Hellow Ayaa! Lo polos apa bego sih? Tantan tuh semacam Tinder," Jawab Khanza.

"Tinder... paan?" Beo Aya.

"APLIKASI CARI JODOH AYAAA!" Emosi Khanza semakin menjadi jadi, "Tahan gue tahan gue."

"NAH MAKA DARI ITU, BERITA INI BERHUBUNGAN DENGAN ZELA." Ucap gue setengah setengah buat nguji keimanan mereka hwhe.

"Zela pacaran ya sama Kak Brean?" Tebak putri.

"Kok lo tau???  Kok bisa??  Kok gitu?" Tanya gue gak terima.

"Putri bener?? Wah first time otak Putri gak di perut. Fix gue harus sebar informasi ini di live streaming ig." Ucap Khanza lalu mengotak atik HP nya.

"Eh undang gue dong!  Biar followers lo nge follow gue juga." pinta dinda.

"Owghey,"

Khanza dan Dinda sibuk dengan urusan mereka. Karena Gue tau gue bakalan dikacangin jadi gue langsung pergi dari makhluk makhluk mars itu.

Kemana yak? Rooftop aja deh belum sempat gue tidur disana.

Gue berjalan dengan lompatan kecil gembira. Setibanya disana pintu rooftop terkunci. "Sialan!" kata gue.

"Minggir," ucap Seorang cowok berbadan tinggi dengan cirikhas wajah nya yang pucat pasi. Gue langsung beri cowok itu jalan biar bisa ngebuka pintu rooftopnya.

"Kok lo punya kunci pintu rooftop ini? " tanya gue ke Lion.

"Karena gue osis?"

"Lo kira gue percaya?"

"Gue juga anak kepala sekolah, terserah gue mau ngelakuin apapun di sekolah ini." jawabnya membuat gue terbelalak.

"Don't worry,  gue tau ngehalu itu enak. Mana mungkin Kepsek kita yang berisi itu jadi bokap lo, mengada ngada." Jawab gue.

Dia langsung memperlihatkan foto di dompetnya, disana ada seorang wanita cantik layaknya seorang model, seorang bocah yang sangat riang dan kepala sekolah gue.

Beribu ribu pertanyaan muncul di benak gue "Oh jadi kegantengan lo menurun dari nyokap. Tapi sayang, lo gak pernah senyum."

"Lo mau liat gue senyum??" Tanya Lion.

"Gak Jadi ah ntar lo diabetes," lanjutnya.

"Dih najis, tau ah! enak kali ya sejuk sejuk gini gue tidur." Gue meninggalkan Lion yang masih berada didepan pintu rooftop.

Tiba tiba Lion memanggil gue. "Byna, kalau gue minta lo ngejauhin Skala gimana?"

"Ng- hah? Apasi Lion, jangan merusak suasana deh lo."

"That's the reality, gue gak mau orang yang gue suka, sakitnhati cuman karena cowok berandalan itu."

suka?

Jantung gue tiba tiba berdegup kencang mendengar ucapan Lion itu. Gue berbalik kearahnya menatap mata cowok didepan gue itu dalam dalam. "Becandaan lo gak lucu Lion. stop, im not comfort!"

"I'm seriously!" sergah nya.

"Sekarang gue bodo amat sama perasaan gue, lo bakal bales apa ngga. Cuman satu tadi gue minta lo jauhin Skala. Thanks and sorry mengganggu." Lanjut Lion.

"Fal, lo tau kan kalau gue masih berhubungan ama Skala? Gue gak mungkin sejahat itu Fal ninggalin dia. we are just friends, gak lebih." ucap gue mengingatkan.

"Gue tau, tapi bukannya dia juga udah nyakitin lo dengan berhubungan sama Jabl*y itu? lo kenapa jadi sebucin ini sih sama Skala? Theo ngorbanin nyawa dia buat lo bisa hidup bahagia! bukan cuman buat disakitin satu cowok Byna!"

Gue langsung nampar Lion. "JANGAN NAWA BAWA NAMA THEO FAL! Tunggu, Theo? lo tau darimana soal Theo?" Tanya gue.

Lion bungkam, seperti sedang menutupi sesuatu.

"LO TAU THEO DARIMANA LION!" Teriak gue memaksanya untuk menjawab.

"Anggap kejadian ini gak pernah terjadi. Gue harap lo mau denger permintaan gue." Lion pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaan gue.

Lion dan Theo ada hubungan apa?

.

.

.

"Selamat pagi anak anak kali ini kita kedatangan murid baru pindahan dari Makassar, Silahkan perkenalkan dirimu." Ucap Bu Siti mempersilahkan Anak murid baru disebelahnya itu.

Ganteng.

"Iye, Assalamualaikum semuanya. Perkenalkan namaku' Arkalvaro Fayeeza Ramadhaniel bisa kita' panggil Arka, Yeeza, atau sayang juga bisa ji hehe."

Kelas menjadi ricuh terutama ciwi ciwi yang termakan gombalan anak baru itu. Sayangnya gue ngga, bukan karena gue belok atau apa, gue jijik.

"Baiklah silahkan kamu duduk di bangku depan Lion." Ujar Bu Siti.

"Lion yang mana Bu?" Tanya anak baru itu. Logat bicaranya khas Makassar banget.

"Maaf, Lion angkat tanganmu."

Cowok di samping gue mengangkat tangannya terpaksa.

Anak baru itu langsung menuju kearah gue tepatnya didepan Lion.

Sejak jam istirahat kemarin, lion gak pernah menegur gue, entah ada hubungan apa dia sama Theo, yang jelas sekarang dia temen gue yang berharga. "Fal, yakin lo masih gak mau ngajak gue bicara nih?" Ucap gue meyakinkan.

Lion langsung berdiri dan menyuruh anak baru itu buat gantian tempat duduk.

Kejadian kemarin sampai sebegitunya?

"Hai." lamunan gue terbuyar karena panggilan seseorang di samping gue, anak baru itu. "My name is Arka, kalau kamu?" Cowok bernama arka itu mengulurkan tangannya.

Gue menatapnya sinis, "Bisa gak lo ngomong pake 'lo gue' aja?  Gue jadi merasa banyak dosa."

"Sorry, kebiasaan waktu di kota dulu." Ucap Arka.

"Yaudah jangan bicara ama gue." ucap gue tajam ngalahin gosip ibu ibu komplek.

Muka doang yang kayak bule oppa, sifat ama bahasa indo tulen. Heran.

"Nama lo siapa?" tanya Arka.

"Mykaela Tsabynaa Amartha, panggil aja Byna" ucap gue sambil mengotak atik handphone gue yang padahal gue juga ga tau ngebuka paan.

"aku eh, gue panggil Kael boleh ya?"

"Hm."

Jam Istirahat gue gak langsung ke kantin tapi disuruh ma Bu Siti buat nganterin Arka keliling sekolah dulu, padahal gue aja gak hapal sekolah ini. Tenang aja gue bawa HP kok kalau semisal nya gue tersesat.

Saat gue melewati Lapangan basket gue melihat Skala yang lagi latihan ditonton oleh beberapa ciwi ciwi sambil memegang botol. Siapa tau kan ya Skala haus. Gue sama sekali belum pernah nonton Skala latihan karena menurut gue itu bikin ngantuk gak ketulungan.

"Arka, lo mau nonton Basket kaga?" ajak gue.

"Good idea!" Ucap arka.

Gue mendekat ke arah lapangan biar bisa nonton Skala lebih jelas. Sesekali dia melirik gue sambil tersenyum membuat beberapa fansnya yang beberapa meter dari gue merasa iri.

Sorry borr

"Itu yang daritadi ngeliatin lo pacar lo ya?" Tanya Arka.

"Bisa dibilang iya?" Tanya gue balik.

"Ooh, biasa aja." Ucap arka merendahkan.

"Dasar sok ganteng."

Skala berlari menghampiri gue. "Kesambet apaan lo, sampai mood buat nontonin gue latihan? biasanya alesan bikin ngantuk lah apa lah," Tanyanya sambil mengelap keringat diwajahnya menggunakan handuk kecil miliknya.

"Gatau mau aja, gaboleh ya?  Yaudah Ar balik kelas yuk." ajak gue ke Arka.

"Ngapain Anak baru ini bareng ama lo Byna? Lo selingkuh dari gue?" Belum sempat gue menjawab Skala langsung narik kerah baju Arka "Heh punya nyawa berapa lo,  deketin cewek gue?!"

"Apaan sih Kal?  Gue cuman disuruh ama Bu Siti ngajak dia keliling sekolah, Lepasin kerah bajunyaa! Robek nanti." Jelas gue. Skala langsung melepaskannya.

"Gue minta maaf jika ganggu lo, Kal?"  ucap Arka yang tidak yakin menyebutkan nama Skala.

"Badan gede kok cupu gini, panggil gue Skala."

Gue langsung nampar mulut Skala. "Gak diajarin sopan santun? Baik baik dong." bentak gue.

"Sakit Bynaa, Mamah aja gak pernah pukul gue." Ucap Skala.

"Bodo amat!"

"Ngomong-nya doang bodo amat, Padahal mah aslinya pedulian. Ada ada aja." ucap Skala.

Jleb.. Nembus..

"L-lo ganti baju, gue ma Arka balik dulu kekelas." ucap gue gagu.

.

.

.

Dikelas gue lagi jamkos, gue udah tidur jadi bingung mau ngapain hingga akhirnya gue ngasih surat kecil Ke Lion.

"Dear temanku Michael Falion Alaska. Maukah engkau duduk disampingku?  Agar aku tidak kesepian karena Anak baru ini ternyata wibu akut, sehingga aku gabut sendirian.

Salam manis Byna cantik sepanjang jalan.

Gue langsung ngelemparin Lion dan mendarat didepan Lion. Lion membacanya dan langsung balik ke gue. Dia beranjak dari tempat duduknya sambil membawa tas buat kembali duduk disamping gue.

"Temanmu sudah ada disini" Ucapnya tersenyum kecil.

WUIH  GEMAY SEKALI CIPTAANMU INII

"Gue tau gue gemay." ucap lion untuk kesekian kalinya ngebuat gue berpikir dia lagi ngebaca pikiran gue.

"Lo pake ilmu hitam ya?"

"kok tauuu?"

"gue Lagi gak ngegombal bambank."

"Haha. Eum Byn,"

"Ya?"

"Soal kemarin, gue minta lo pikir baik baik lagi. Dan soal Theo... kasih gue waktu buat ngejelasin."

"its okay, sorry kemarin gue juga udah maksa. Dan soal ngejauhin Skala, Skala gak seburuk yang lo pikirin Fal, gue tau kok siapa aja yang tulus baik ke gue."

"Fine, it's good if you can take care of yourself."

Kenapa seakan akan Lion sudah ngenal gue sejak lama? tapi kenapa gue gak ingat apa apa tentnag dia?