Byna cemas akan keadaan Skala, entah dimana dia sekarang. Gadis itu langsung merogoh kantong celananya dan menekan log panggilan.
"Halo Byna,"
"Skala dimana?"
"Ndak tau."
"Gue serius Ar, jawab gue! Skala tadi kok absen? Dia sakit ya?"
"Skala bilang dia mau bolos."
"Rumah lo mau gue bakar?"
"Banyak ji rumahku hwehwe,"
"ARKA! Ayolah... Kasi tau gue...."
"Arka.."
"Ntar is dead ka ditanganna Skala kalau kutanyako Byn (Nanti aku mati kalau aku kasih tau kamu),"
"Bodo. Daripada ditangan gue? Lo jadi laki ga malu?"
"Pertanyaan sulit hiks..."
"Eh katanya, ada film baru. Nonton yuk."
"Jangan alihin pembicaraan, cepet jawab Skala kenapa!"
"MamanyaSkalamasukrumahsakit."
"Rumah sakit man-"
TIT
Teleponnya dimatikan Arka, Sialan.
Byna berjalan bolak balik di kamarnya, bingung. Jika dia tidak datang, kasian Skala akan memendam beban ini sendiri, dengan kondisi keluarganya yang pernah diceritakan Skala, Byna tidak mungkin membiarkannya sendirian.
"Hish, Bodo ah!" Byna segera memesan ojol menuju Rumah Sakit terdekat dari rumah Skala.
Sesampainya disana Byna dengan cepat menuju Resepsionis Rumah Sakit.
"Neng ongkosnya-"
"Lebihnya ambil aja, makasih pak." Ucap Byna terburu buru.
"Ngigau tuh anak, uangnya pas juga."
***
"Mbak, Kamar mamanya Skala dimana ya?" Tanya Byna Pe'a.
"Atas nama siapa?" Mbak resepsionos itu tersenyum paksa.
"Sialan nih bocah, ngatain gue mbak mbak! Baru juga gue 29." Batin Mbak Resepsionis itu halu.
"Duh gue gatau lagi, bentar mbak. Bentar..." Byna menjauh dari resepsionis mencoba menelpon Skala tapi nomornya tidak Aktif.
Tiba tiba, Byna menabrak seorang Nenek yang sedang membawa barang. "Maaf Nek, saya bantu yaa."
"Kamarnya dimana?" Byna bertanya.
"Gausah Nak... Nanti ngerepotin,"
"Gapapa, Ayo Nek."
Setelah mereka sampai didepan pintu, Nenek itu mengetuk ngetuk pintunya.
"Masuk aja, gak dikunci."
Byna membuka pintunya dan melihat seorang kakek yang terbaring lemah di kasur. Gue nyimpen barang barangnya di dalam lemari dekat WC. Seorang pemuda keluar dari dalam WC.
"Lo?!" Ucap mereka bersamaan.
"Ngapain lo disini?!" Tanya pemuda itu.
"Gue yang harusnya nanya! Lo... Mau malak Lansia ya?"
"Bego, mereka itu Kakek Nenek gua!"
"Oh gitu, ya Sat," Byna bertanya.
"Sat saha?" Pemuda itu balik bertanya.
"Lo Satria kan?"
Kepala Byna di jitak, "Gue Noel bodoh."
"Oh Doel."
"NOEL."
"Oh."
"Tau ah, lo ngapain disini? Lo mau ngemis? Kaga ada." Ucap Noel.
"Tadi gue ga sengaja nabrak nenek lo, jadi gue bantu bawa barang nya kesini."
"Oh gitu, Lo ngapain di rumah sakit? Sakit jiwa ya? Oh pantesan."
"Kalau gue sakit jiwa ya ke RS Jiwa lah bego."
"Yaudah gue sih, Lo mau jenguk Sape?"
"Kepo."
"Jawab." Noel mencubit pipi Byna Gemay.
Byna menepis tangan Noel, "Lo mau gue tabok huh?"
"Jawab mangkanya."
"Mau jenguk manusia yang sakit." Byna terkekeh.
"Sini gue temenin," Noel menarik tangan Byna keluar. Mereka berjalan menyusuri setiap Ruangan, mengintip setiap kamar memastikan kamar Skala yang mana.
"Byna?" Panggil seseorang dari belakang. Byna menoleh, kaget dengan orang yang memanggilnya.
"Si pendek itu... Siapa?" tanya orang itu lagi.
Byna melepas paksa genggaman Noel. "Ah- ini... Dia itu sepupu gue, iya sepupu gue."
"Bohong, dia Anak kelas 12 kan?"
"Tuh tua," Ujar Noel.
"Tau woi!"
Byna berlari kearah Skala dan bersembunyi di belakangnya. "Dia orang jahat, mau nyulik gue tadi..."
"Woi jangan ngibul jing."
Skala menatap Noel tajam, dia menarik tangan Byna melewati Noel. Byna melirik Noel seraya menjulurkan Lidahnya.
"Keparat, Awas lo!"
.
.
.
Sampai didalam Ruang rawat mama Skala, mereka duduk di Ruang tamu yang cukup luas.
"Tante mana? Kok kita gak masuk?" Tanya gue.
"Lagi tidur."
Byna ber oh ria.
Skala menatap Byna meminta penjelasan akan apa yang dia lihat, alasan yang Byna berikan tadi tidak cukup untuk menjawab Skala.
"Tadi gue mau jenguk mama lo, terus gak sengaja nabrak nenek nenek tua."
"Bukan Si Pendek itu kan?"
"DENGERIN DU-" Skala cepat cepat menutup mulut Byna seraya mengangkat jari telunjuk kedepan bibirnya.
Byna tiba tiba gak mood buat ngomong. "Byn lanjutin ceritanya tapi pelan pelan aja,"
"Gak mood, Sekarang lo kasi tau gue kenapa lo ngerahasiain ini? Kan tinggal gampang nge chat, gue bisa bantu jagain mama lo, bisa ngapain kek, beli makanan kek, atau jangan jangan gue gak sepenting itu ya dalam hidup lo?" Byna menghela nafas berat.
"Gue gak mau lo kerepotan gegara gue doang."
"Repot lo bilang? Ck, lo malah bikin gue tuh khawatir."
Skala menunduk dalam. "Mama sakit, kalau lo ikut sakit karena bantuin gue, gue... Sendirian lagi."
Byna tertegun mendengarnya, ia memeluk Skala agar menenangkan dirinya. "Lain kali... Gaboleh ada rahasia rahasia lagi diantara kita oke?"
Skala mengangguk.
"Dit..." panggil Mama Skala. Mereka beranjak dari tempat duduk dan menghampirinya.
Wanita itu sangat Ayu, "Dit, si cantik ini siapa ya?"
"Kenalin Tan, aku Byna. Temennya Skala." Byna mengecup punggung tangan Mama Skala.
"Pacar," Skala meluruskan.
"Hihi, Radit mama udah gede ternyata,"
Mamah Skala menatap leher gadis didepannya beberapa saat. Byna yang sadar diperhatikan seperti itu, ia langsung bertanya ada apa dengan lehernya.
"Kamu... Artha kan?" Tanya Mamah Skala.
"Maksud nya?"
Mama Skala menunjuk kalung yang dipakai Byna. "Hebat juga, kamu masih make kalung matahari pemberian Radit itu."
Byna bingung.
"Nanti kamu juga bakalan ingat kok." Ucap Mamah Skala.
Cukup lama mereka berbincang-bincang Byna pamit ke Mamah Skala dan anaknya. Skala menawarkan untuk mengantarnya pulang tetapi ditolak Byna karena ia khawatir nanti tidak ada yang menjaga Mamanya.
"Sore gini kenapaa kaga ada ojol sih." Keluh Byna.
"Woi," Panggil seseorang dari arah belakang.
"Ngapain lagi Sat?"
"Sat palalu b*ngsat,"
"Dih nethink mulu lo, lo Satan kan?"
"Noel bangke." Noel menjelaskan kembali namanya.
"Lo emang bangke,"
"Untung cantik."
"Dih, mandang fisik."
"Jujur, iya. Gue emang mandang orang dari fisik, tapi sekalipun orang itu bad looking tapi nyaman? kenapa nggak?"
Belum Byna membalas ocehan Noel, ia langsung di tarik ke arah parkiran motor, "Naik,"
"Gamau Om."
"Gue beliin Teh Tarik di depan," Tawar Noel.
"Gue bukan cewek murahan Sat."
"Gue beliin 2 sama cemilan mau?"
"Deal."
Mereka singgah ke minimarket depan Rumah Sakit, Byna membeli 2 Teh Tarik lalu dia berikan satunya buat Noel.
"Buat Om, nih. Yok antar gue pulang."
Noel tersenyum. "Thanks, lo ga mau beli cemilan?"
"Disini kagak ada Oreo Supreme, ntar Aan beliin gue lewat olshop."
"Uang gue...Wait, Aan Sape woe?"
"Lo?" Byna balik bertanya.
Noel menahan emosinya tetapi Byna langsung dinginin Noel pake Teh Tariknya yang dingin.
Sesampainya dirumah Byna pergi begitu saja tanpa mengucapkan sesuatu, tapi ia balik kembali ke Noel yang baru saja ingin pergi.
"Din, lo tau dari mana rumah gue? Lo jangan jangan selingkuh ya sama Bunda?" Byna mulai curiga.
"Pale lo, Lo adeknya pi'i kan?"
"Lo jangan ikut ikutan ya ngubah nama!" Byna kesal.
"PI'I ITU DARI ALFI'I DUNGU, MENDINGAN GUE DARIPADA LO, SATRIA, AAN, BUDI, DANI, UDIN BELOM LAGI MANGGIL OM, bikin naik darah astagfirullah."
"Masih ingat tuhan lo?" Byna langsung berlari menjauh dari Noel sebelum ia di mutilasi.
.
.
.
Diruang Keluarga Byna dan Bunda sedang menonton salah satu acara keluarga di TV, Bang Rean sedang mengerjakan tugasnya, maklum anak rajin, gak kayak si Byna anak setan.
Ups.
Sesekali Byna menendang Bang Rean yang sedang duduk lesehan dibawahnya. Bang Rean tak mau kalah, dia menggelitik kaki Byna tidak berhenti.
"Udah udah HAHAHAHA, gak mau lagi HAHAHAHA." Byna menyerah.
Byna kembali mengingat perkataan Mama Skala."Bun, Bukannya ini kalung dari Bunda yah?" Byna bertanya seraya memegang Kalungnya.
"Emang dari Bunda kok," Bunda terkekeh.
"Tapi tadi mamanya Skala bilang-"
"Skala siapa? Pacar kamu ya, astaga anak mama udah gede."
Muka Byna di buat datar, "Bunda ih, Merinding dengernya."
.
.
.
Line!
Nada dering berasal dari Hp Byna, ia langsung membukanya.
PERSONAL CHAT
Noelle_rfk
Mau berapa?
Bynartha
Lo tau dari mana ID line gue?
Bynartha
Stalker....
Noelle_rfk
...
Bynartha
Hmm Oreonya Se-dus aja gapapa
Noelle_rfk
Pale lo!
Bynartha
Yaudah 1 aja, asal Dani seneng.
Noelle_rfk
Oke, fix tahun depan gua kirim
Bynartha
Yah :(
***
Byna berpikir kalau tahun depan mungkin udah ga viral lagi, Terlintas sebuah ide di benak Byna.
TITT
"Apa Byn?"
"Mau oreo supremen, Ar."
"Siap, meluncur."
TITT
Beberapa menit kemudian ada yang mengetuk ngetuk pintu rumahnya. Byna langsung turun.
Seorang berbadan besar menggunakan jas berwarna hitam layaknya pencuri terang terangan."Ini Oreonya disimpan dimana Non?"
"Wanjir 1 mobil Pick Up waw. Oreo supremen pula hiks terharu gue. Simpen disana aja."
"Baik Non, ada pesan juga dari Prince Arka."
Prince....
"Ekhem, Hai Byna. Bemana? Nusuka ji? Ndak bisaka datang, ada acaraku, sorry cuman segini yang kukirim. Sekian Non."
Byna menganga tidak percaya. Setelah semuanya sudah dipindahkan, Bang Rean turun dengan berpakaian rapi. "Mau kemana Bang?"
"Ngedate ama Zela, BUSET lo dapet darimana Oreo Sultan ini Byn?!"
"Temen. Kalau mau ambil aja... Satu HEHEHEHEHEHE soalnya mau gue jual murahan dikit, mayan lah.. Seharga ginjal busuk Lo," Ejek gue ke Bang Rean.
"Thanks. Gue cabs ya! Jangan bilang bilang ke Bunda, Awas lo."
"Gampang...jangan apa apain Zela yak! Masih polos dianya, Sana hush hush."
Setelah Bang Rean pergi, Bunda keluar dari kamar ingin mengambil minum, "Dek, Bang Rean mu mana?"
"Gausa panggil dek Bun, inget umur...."
"Dimana?!"
"Bang Rean? Pergi ngedate, katanya gak boleh kasi tau Bunda."
"Adek bego."