Chereads / Exulansis Girl / Chapter 22 - I AM WRONG

Chapter 22 - I AM WRONG

"Soal kemarin. Ngapain Lo bohong? Lo tau kan, gue bener bener serius soal itu?" Byna dan Noel saling bertatapan.

"Hm?"

Noel tersenyum kecil. "Pikirin baik baik dulu sebelum Lo bertindak gegabah dan pada akhirnya Lo bakalan nyesel." Dia berjalan mendekati Byna seraya menepuk pundak gadis itu lalu meninggalkannya.

Byna menghela nafas berat. Menatap pemandangan taman belakang kantin yang asri dan hijau dengan langit yang mendung. "Gue butuh hujan."

"Jangan ngintip lagi. Sana! Lo hibur Byna. Tapi jangan ambil hatinya ya!" Noel mendapati Lion yang sedang memata matai Byna dari kantin lantai dua.

"Maksud Lo?" Lion berlagak seperti sedang kaget walau sebenarnya sudah lewat dari beberapa detik yang lalu.

"Buruan Bro! Dia butuh seseorang disaqmping dia, jangan ajak satu ini ya." Dia menunjuk Arka yang sedang makan.

"Kenapa?"

"Gue bilang Byna butuh seseorang bukan yang manusia purba."

Lion tersenyum mengerti "Gue pamit."

Saat Lion melangkah pergi Arka baru saja sadar Lion tidak ada disampingnya melainkan orang lain.

"Mana Lion ku?" Arka mengalungkan tangan kirinya di leher Noel yang sedang memakan makanan Lion yang tidak sempat dihabiskan.

"Hm dibabwah, sabmwa Bbwyna."

"Habiskan dulu dimulutmu tolo."

"Dibawah ama Byn-"

Belum sempat Noel melanjutkan ucapannya, Arka langsung bergegas lari kebawah sampai sampai leher Noel hampir juga dia bawa.

Dalam perjalanan Arka yang sedang membawa sekantong plastik pentol curian entah dari siapa, ia bertemu dengan The World Squad

"Woi berhenti dulu." Keila mendorong punggung Arka.

Pentol yang dipegang Arka terlempar entah kemana.

"Songkolo. Dimana mana itu kalau disuruh berhenti dari depan! Bukan dari belakang!"

"Gak ada yang berhak buat ngatur ngatur gue selain keluarga gue. Jadi Lo gak usah deh ngomong panjang lebar, gue gak bakalan peduli."

"Lah ko bilang keluargaki."

Keila terdiam merenungi kebodohannya.

"Ck. To the point aja lah! Sal, ngomong gih."

"Emm, jadi gini Ar, gue mau Lo jadi pacar-" ucapan Salsya terpotong.

"Siapa yang melempar pentol ini kekepala saya?!!" Pak Yusuf guru terkiller menekan ucapannya menatap ke sekeliling mencari pelakunya.

Arka yang tersadar pentol di tangannya sudah tidak ada segera bersembunyi dibelakanng badan Salsya yang lebih kecil darinya.

Pak Yusuf yang menyadarinya langsung mendatangi The World Squad dan Arka yang sudah keringat basah.

"Arka, ayo ikut sama bapak."

"Ba- bapak mau apakan sa-saya."

"Tak retakkan ginjalnya."

"Ampun Pak Amvun..."  

Arka ditarik oleh Pak Yusuf keruang BK, disana dia bertemu dengan seorang cewek yang dia kenal.

"Kanja? Kenapako ada di ruang penyiksaan ini? Sudahko juga lempari kepalanya Pak Yusuf pake pentol?" Pertanyaan bertubi tubi dilontarkan kepada Khanza.

"Bahkan lebih dari itu."

"Agaan?" Tanya Arka yang sangat kepo.

"Lupa pake iketan rambut warna item."

"KATANYA LEBIH. TERNYATA TAI KUKU JI, CIELAH"

"TAI KUKU LO BILANG?! ITU SANGAT SANGAT FATAL BUAT GUE YANG PERFECT INI."

"Talliwa."

"Ekhem." Guru BK yang sedari tadi memperhatikan mereka merasa dicampakkan saat ini.

"DIAM!" Ucap Arka dan Khanza bersamaan.

Say bye Khanza & Arka to the world~~~.

.

.

.

Lion mendatangi Byna dengan membawa sebotol teh tarik ditangannya. Byna duduk bersandar di dinding, gadis itu melamun menatap langit yang ditutupi awan berwarna kelabu.

Suara tepukan bahu membuat lamunan kosong Byna teralihkan. Byna mengulas senyum kecil melihat Lion yang membawa teh tarik kesukaannya.

"Lo kok tau gue ada disini?" Byna bertanya sesekali meminum Teh tariknya.

"Skala mana?" Lion balik bertanya seakan akan tidak tahu padahal sudah memata matainya.

"Oh lagi main basket ma temen temennya, Lo sendiri? Gak sibuk? Gue kira Lo mau ngecalonin diri jadi ketos kan? Wah pasti ribet banget. Semangat ya."

Lion terdiam dan menganggukkan kepalanya. "Sebenarnya, gue mau ngomong sama Lo."

Mata Byna berbinar. Ingin berbicara tentang apa? Apakah percakapan baik atau-

"Gue bakalan pergi ke Kalimantan besok,  mungkin gue balik sekitar dua hari lagi. Jaga diri Lo baik baik dari Babik ngepet itu."

Byna tersenyum kecil "Siap kapten."

"Ngapain Lo disini?"

"Ngga ngapa ngapain, lagi nunggu hujan turun aja. Aneh ya?"

"Nggak kalau itu Lo, Lo kalau nunggu hujan berarti ada apa apa kan? Lo kenapa?"

"Gapapa."

"Gapapa tapi ada yang dipendam hahaha."

Byna menyandarkan kepalanya dibahu Lion. "Gue bingung Fal,"

"Gue... Takut." Byna memejamkan matanya.

"Semua orang pasti punya ketakutan tersendiri. Gak gue jamin tapi Lo jangan nyerah, ini belum akhir dari segalanya. Lo harus kuat."

"Hmm."

"Byn?" Lion memanggil Byna yang tidak menyaut sama sekali.

"Tidur ternyata. Percuma banget gue ngomong panjang lebar ampe mual saking seringnya gak pernah ngomong."

Lion menyadari sesuatu. "Lo emang manusia Byn, tapi satu hal yang ngebuat Lo istimewa, Lo membawa perubahan di kehidupan gue."

Hujan akhirnya turun membasahi permukaan bumi, sepasang manusia itu sedang menikmati hujan. Byna sudah bangun sejak tadi tapi belum bangun dari sandarannya. Nyaman.

Suara langkah kaki datang dari sebelah kanan Byna.

Prok prok prok

"Lo belum puas ya ternyata sama kakak kelas yang kemaren." Skala menghampiri Lion dan Byna.

"Diem, Byna lagi tidur." Lion menatap Skala sinis.

"Tidur? Atau sandaran di bahu Lo?" Lion menatap Byna, Byna sangat gelagapan seraya menggigit bibir bawahnya.

Gadis itu akhirnya berdiri menghampiri Skala. "I-ini bukan seperti apa yang Lo li-liat." Byna mengulurkan tangannya mendekat. Tetapi ditepis begitu saja oleh Skala.

"Gue kelewat bodoh apa lagi? Gue udah kasih semua kesempatan, gue udah alihin pikiran gue. Tapi, wahh kalian bikin gue sangat kaget sekarang." Skala berbicara dengan nada sedikit menyindir.

"Kal... Gue, Nggak- AWAS!!" Byna melihat sebuah ranting pohon akan tumbang berada tepat diatas Skala, Byna tanpa aba aba langsung mendorong Skala kuat kuat agar tidak ditimpahi pohon itu, tanpa memikirkan dirnya sendiri Byna sekarang dalam keaadan tengkurap penuh darah disekujur kepala dengan sebuah ranting pohon berukuran sedang mendarat tepat di kepalanya.

"BYNA!!!" Lion menghampiri Byna seraya mengangkat ranting pohon itu menjauh, Skala terdiam di tempat. Masih syok dengan apa yang dia lihat.

"JANGAN DIEM AJA!! MINTA PERTOLONGAN!!! CEPAT!!!" Lion berteriak histeris.

Ini salah gue. Ini salah gue. Ini salah gue. Semuanya salah gue. Gue gak becus. Gue mending mati. Mati. MATI!! "ARGHHHHH."

Merasa tidak ditanggapi Lion langsung mengangkat Byna menuju area parkir. Diperjalanan Lion dan Byna menjadi bahan sorotan para siswa termasuk Khanza dan Arka yang baru saja keluar dari BK.

"Loh?! Byna kenapa?!?!"

"PANGGIL AMBULANS, ARpp!!" Lion lagi lagi berteriak tidak karuan. Dia kembali berlari, jarak kantin dan area parkir itu sungguh jauh.

"Ar, Lo sekarang pergi cari Skala!! Gue mau ngikutin Lion."

"Lah, kenapai Skala?"

"GAK ADA WAKTU BUAT NANYA ARKA!!!"

"I-iyaudah,"